Google ads

Sabtu, 30 Januari 2016

Pharmaceutical Care




Defenisi Pharmaceutical Care
Pharmaceutical Care adalah penyediaan pelayanan langsung dan bertanggung jawab yang berkaitan dengan obat, dengan maksud pencapaian hasil yang pasti dan meningkatkan mutu kehidupan pasien (Siregar, 2004).

Tujuan Pharmaceutical Care
Tujuan akhir dari Pharmaceutical Care adalah meningkatkan kualitas hidup pasien melalui pencapaian hasil terapi yang diinginkan secara optimal. Hasil terapi yang diinginkan dapat berupa : sembuh dari penyakit, hilangnya gejala penyakit, diperlambatnya proses penyakit, dan pencegahan terhadap suatu penyakit (Trisna, 2004).
Pharmaceutical Care adalah salah satu elemen penting dalam pelayanan kesehatan dan selalu berhubungan dengan elemen lain dalam bidang kesehatan. Farmasi dalam kaitanya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa pasien mendapatkan terapi obat yang tepat, efesien, dan aman. Hal ini melibatkan tiga fungsi umum, yaitu:
                     1.       Mengidentifikasi potensial Drug Related Problems.
                     2.       Memecahkan atau mengatasi potensial Drug Related Problems.
                     3.       Mencegah terjadinya potensial Drug Related Problems (Siregar, 2004 ; Aslam 2000).
Tahapan Pharmaceutical Care
Tahapan proses Pharmaceutical Care (Siregar, 2004) :
         1.         Hubungan kekeluargaan yang profesional dengan pasien harus selalu terjaga.
         2.         Informasi medis yang khusus atau spesifik dari setiap pasien harus dikumpulkan, dicatat dan disimpan.
         3.         Informasi medis yang khusus atau spesifik dari setiap pasien harus dievaluasi dan rencana terapi obat harus melibatkan pasien.
         4.         Apoteker harus menjamin penyediaan obat, informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menyusun rencana terapi obat.
         5.         Apoteker harus melakukan pemantauan, monitoring, menilai, dan melakukan perubahan rencana teraupetik jika diperlukan, terlibat dengan tim kesehatan lainnya.

Manfaat Pharmaceutical Care
Beberapa penelitian melaporkan bahwa manfaat kepedulian Pharmaceutical Care, antara lain (Siregar, 2004) :
a.       Mencegah terjadinya masalah yang berkaitan dengan obat.
b.      Memperbaiki hasil klinis dari terapi obat.
c.       Menurunkan angka lamanya penderita dirawat.
d.      Menurunkan biaya perawatan.
e.       Perlindungan terhadap pasien dari kesalahan pemakaian obat.
Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems)
Defenisi Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems)
Masalah terkait obat dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas kualitas hidup pasien serta berdampak juga terhadap ekonomi dan sosial pasien. Pharmaceutical Care Network Europa mendefenisikan masalah terkait obat (DRP) adalah suatu kondisi terkait dengan terapi obat yang secara nyata atau potensial mengganggu hasil klinis kesehatan yang diinginkan (Zuidlaren, 2006).
Drug Related Problems (DRP) didefenisikan sebagai suatu kejadian yang tidak diinginkan yang menimpa pasien yang berhubungan dengan terapi obat, dan secara nyata maupun potensial berpengaruh terhadap hasil terapi yang diinginkan (Strand, 1990).
Komponen Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems)
Suatu kejadian dapat dikatakan Drug Related Problems (DRP), apabila memenuhi dua komponen berikut (Zuidlaren, 2006) :
         1.         Kejadian tidak diinginkan yang dialami pasien.
Kejadian ini dapat berupa keluhan medis, gejala, diagnosis, penyakit, ketidakmampuan (disability) atau sindrom, dapat merupakan efek dari kondisi psikologis, fisiologis, sosiokultural, atau ekonomi.
         2.         Ada hubungan antara kejadian tersebut dengan terapi obat.
Bentuk hubungan ini dapat berupa konsekuensi dari terapi obat, maupun kejadian yang memerlukan terapi obat sebagai solusi maupun preventif.
Klasifikasi Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems)
Pharmaceutical Care Network Europa (The PCNE Classification V5.01) mengelompokan masalah terkait obat (Zuidlaren, 2006) sebagai berikut, yaitu:
         1.         Reaksi obat yang tidak dikehendaki (Adverse Drug Reaction/ADR)
Pasien mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki seperti efek samping ataupun toksisitas obat.
         2.         Masalah pemilihan obat (Drug Choice Problems)
Masalah pemilihan obat dengan arti pasien memperoleh atau akan memperoleh obat yang salah (atau tidak memperoleh obat) untuk penyakit dan kondisinya. Masalah pemilihan obat antara lain obat diresepkan tetapi indikasi tidak jelas, bentuk sediaan yang tidak sesuai, kontraindikasi dengan obat yang digunakan, obat tidak diresepkan untuk indikasi yang jelas.
         3.         Masalah pemberian dosis obat (Drug Dosing Problems)
Masalah pemberian dosis obat berarti pasien memperoleh dosis yang lebih besar atau lebih kecil daripada yang dibutuhkannya.
         4.         Masalah pemberian atau penggunaan obat (Drug Use/ Administration Problems)
Masalah pemberian atau penggunaan obat berarti tidak memberikan atau tidak menggunakan obat sama sekali atau memberikan atau menggunakan obat yang tidak diresepkan.
         5.         Interaksi obat (Drug Interaction)
Interaksi obat berarti terdapat interaksi obat-obat atau obat-makanan yang bermanifestasi atau potensial.
         6.         Masalah lainnya (Other)
Masalah lainnya adalah pasien tidak puas dengan terapi yang diberikan, kurangnya kesadaran pasien terhadap kesehatan dan penyakit, keluhan yang tidak jelas (memerlukan klarifikasi lebih lanjut), kegagalan terapi yang tidak diketahui penyebabnya, dan perlunya pemerikasaan laboratorium.
Faktor yang memberi kecendrungan terjadinya Drug Related Problems (DRP) antara lain usia (pediatrik dan geriatrik), pasien dengan multiple drug therapy, jenis kelamin, dan pasien yang mempunyai disfungsi hati maupun ginjal yang dapat mempengaruhi eliminasi obat (Dipiro, 2006).
            Adapun kategori Drug Related Problems (DRP) antara lain :
         1.         Indikasi yang tidak terobati
Pasien mengalami permasalahan medis yang membutuhkan terapi medis (indikasi untuk menggunakan obat) namun pasien tidak memperoleh pengobatan untuk indikasi tersebut (ASHP, 1995).
         2.         PIP (Potentially Inappropriate Prescription)
Pasien mempunyai indikasi untuk menggunakan obat namun memperoleh pengobatan yang salah (ASHP, 1995).
         3.         Dosis sub terapi
Pasien mengalami permasalahan medis yang diobati dengan dosis obat yang terlalu rendah dari yang seharusnya (ASHP, 1995).
 
         4.         Gagal memperoleh obat
Pasien mengalami permasalahan medis yang diakibatkan oleh kegagalan pasien memperoleh obat karena alasan sediaan farmasi, psikologis, sosiologis, atau ekonomis (ASHP, 1995).
         5.         Overdosis
Pasien mengalami permasalahan medis yang diobati dengan dosis obat yang terlalu besar dari dosis yang seharusnya (ASHP, 1995).
         6.         ADR (Adverse Drug Reaction)
Menurut WHO tahun 2002, Adverse drug reaction adalah respon dari obat yang berbahaya dan tidak diinginkan, dan terjadi pada dosis normal pada manusia. Deskripsi terpentingnya lebih tertuju pada respon pasien dan modifikasi fungsi fisiologis, dimana faktor individual mempunyai peranan penting.
         7.         Interaksi obat
Pasien mengalami permasalahan medis yang diakibatkan interaksi obat-obat, obat-makanan, atau obat-uji laboratorium, intoleransi obat, idiosinkrasi obat, alergi obat, reaksi pseudoalergik atau anafilaktoid (ASHP, 1995 ; Vervloet and Durham, 1998).
         8.         Penggunaan obat tanpa indikasi
Pasien menggunakan obat tanpa adanya indikasi medis yang valid (ASHP, 1995).
  Manifestasi Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems) (ASHP, 1995)
Manifestasi Drug Related Problems (DRP) dapat bersifat aktual maupun potensial. Perbedaan antara keduanya adalah penting, namun dalam prakteknya belum terlihat secara jelas. Perbedaan antara keduanya terlihat dalam defenisi berikut :
a.       Drug Related Problems aktual
Merupakan permasalahan Drug Related Problems yang telah terjadi sehingga seorang apoteker berkewajiban untuk menyelesaikan permasalahan ini.
b.      Drug Related Problems potensial
Merupakan permasalahan Drug Related Problems yang kemungkinan besar akan terjadi. Seorang pasien beresiko besar akan mengalami Drug Related Problems jika seorang apoteker tidak melakukan intervensi terhadap permasalahan yang ada.
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) (Siregar, 2004)
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) adalah program rumah sakit menyeluruh, yang merupakan proses jaminan mutu yang dilaksanakan secara terus menerus dan terstuktur, secara organisasi diakui, ditujukan untuk menjamin penggunaan obat yang tepat, aman dan efektif. Oleh karena itu, EPO merupakan kegiatan resmi yang ditetapkan oleh rumah sakit. Evaluasi penggunaan obat juga merupakan salah satu teknik pengelolaan sistem formularium di rumah sakit. Program evaluasi penggunaan obat terdiri atas evaluasi secara kuantitatif dan kualitatif. Tujuan program evaluasi penggunaan obat adalah untuk mengetahui pola penggunaan obat di rumah sakit dan menilai ketepatan atau ketidaktepatan penggunaan obat tertentu. Tanggung jawab apoteker dalam program evaluasi penggunaan obat adalah:
a.       Mengadakan koordinasi program evaluasi penggunaaan obat dan menyiapkan kriteria atau standar penggunaan obat bekerja sama dengan staf medik dan personel lainnya
b.      Pengkajian order obat terhadap kriteria penggunaan obat dan mengkonsultasikan dengan dokter jika dibutuhkan
c.       Memperoleh data kuantitatif penggunaan obat
d.      Interprestasi data.
 Sasaran evaluasi penggunaaan obat secara umum, sebagai berikut :
  1. Mengadakan pengkajian penggunaan obat yang efisien dan terus menerus
  2. Meningkatkan pengembangan standar penggunaan terapi obat
  3. Mengidentifikasi bidang yang perlu untuk materi edukasi berkelanjutan
  4. Meningkatkan kemitraan antarpribadi professional pelayanan kesehatan
  5. Menyempurnakan pelayanan pasien yang diberikan
  6. Mengurangi resiko tuntutan hukum pada rumah sakit
  7. Mengurangi biaya rumah sakit dan perawatan pasien sebagai akibat dosis akurat, efek samping yang lebih sedikit, dan waktu hospitalisasi yang lebih singkat.

Tidak ada komentar:

Google Ads