Pedoman
terapi didefinisikan sebagai pernyataan-pernyataan yang disusun secara
sistematis untuk membantu para klinisi membuat keputusan tentang terapi yang
rasional untuk suatu kondisi klinik tertentu. (MSH 1997)
Pedoman terapi merupakan strategi
yang efektif untuk mendorong peresepan karena meskipun tersedia formularium,
tetapi tanpa adanya pedoman dalam situasi dan kondisi klinik apa obat tersebut
digunakan, maka akan sulit bagi klinisi untuk meresepkan obat secara rasional.
Pedoman terapi bermanfaat dalam hal:
-
Memandu klinisi dalam
mendiagnosis dan terapi suatu kondisi klinik.
-
Mengenalkan staf medis baru akan norma-norma terapi yang
diterima.
-
Membantu klinisi dalam
peresepan
-
Membantu dalam memperkirakan kebutuhan
obat (pengadaan obat)
Masalah-masalah
yang terkait dalam penyusunan pedoman terapi:
-
Proses penyusunannya sulit,
makan waktu dan membutuhkan sumber daya manusia dan dana yang cukup banyak.
-
Perlu direvisi secara teratur
agar mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran.
-
Kemungkinan pedoman tidak
akurat dan tidak lengkap, sehingga informasi yang diberikan kepada klinisi
tidak benar.
Hal-hal yang
harus dihindari dalam penyusunan pedoman terapi:
-
Pilihan terapi lebih
menggambarkan apa yang dilakukan dalam praktik sehari-hari, bukan pada praktik
terbaik yang sesuai evidence.
-
Rekomendasi tidak
mempertimbangkan keahlian dan infrastruktur yang tersedia.
Karena
penyusunan pedoman terapi merupakan pekerjaan yang sulit, maka prioritas harus
dilakukan terhadap:
-
terapi yang mahal
-
terapi yang sering tidak
optimal
Bervariasinya
mutu pedoman terapi yang ada, maka di Eropa dibentuk Scottish Intercollegiate
Guideline Network (SIGN, 1999) dan Appraisal of Guidelines for Research &
Evaluation (AGREE, 2000).
Panitia Farmasi dan Terapi harus
terlibat dalam penyusunan pedoman terapi dan mendorong agar pedoman terapi yang
telah dibuat digunakan dalam praktik sehari-hari para klinisi. Peran PFT dalam
penyusunan pedoman terapi:
-
Menerbitkan dan menyebarluaskan
pedoman kepada semua klinisi.
-
Memastikan bahwa setiap pedoman
yang disusun telah sesuai dengan pedoman terapi di tingkat nasional (jika ada).
-
Membuat sistem agar pedoman
terapi dikaji dan direvisi agar selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
kedokteran.
-
Memberikan edukasi kepada para
klinisi dalam menggunakan pedoman terapi.
-
Menindaklanjuti dan memberikan
umpan balik kepada komite medik/pimpinan RS tentang kepatuhan klinisi terhadap
pedoman terapi.
Penyusunan
pedoman terapi dapat disusun dari awal atau disusun dengan mengambil dari
pedoman terapi yang sudah dibuat di tempat lain, yang kemudian dimodifikasi
sesuai situasi setempat.
Tahapan dalam
menyusun pedoman terapi:
- Menetapkan kelompok kerja yang ditugaskan untuk menyusun pedoman terapi. Harus terdiri dari para ahli di bidang terapi yang akan dibuatkan pedomannya. Jika tidak ada dari dalam, maka dapat dicari pakar dari luar.
- Menetapkan rencana kerja dan penanggungjawab dalam penyusunan pedoman terapi, contoh: - siapa yang mengumpulkan data? Mengkaji? Mengedit? Formatnya bagiamana? Anggaran yang dibutuhkan (untuk penerbitan, penyebarluasan dan implementasinya).
- Menetapkan penyakit yang akan dibuat pedoman terapinya, diranking berdasarkan: prevalensi, keparahan (severity), dampaknya bagi masyarakat dan biaya yang harus dikeluarkan oleh RS.
- Menetapkan terapi yang rasional. Tahap ini paling kritis, karena sedapat mungkin harus berdasarkan evidence.
Pilihan terapi yang direkomendasikan harus:
o
Mempertimbangkan terapi
non-obat.
o
Menggunakan sesedikit mungkin
obat
o
Menggunakan obat-obat yang
terdaftar dalam formularium (kadang justru adanya pedoman terapi akan memancing
direvisinya formularium karena sudah out-of-date).
o
Menetapkan pilihan terapi lini
pertama, kedua dan kalau perlu ketiga.
o
Menetapkan rejimen (dosis, durasi),
kontraiindikasi, ESO setiap obat yang direkomendasikan.
o
Mempertimbangkan: tingkat
keterampilan mendiagnosis para klinisi yang ada, fasilitas yang tersedia,
ketersediaan dan keterjangkauan obat pilihan di pasaran.
- Menetapkan informasi yang akan dimasukkan dalam pedoman terapi:
o
Kondisi klinik (tanda dan
gejala klinik).
o
Tujuan pengobatan
o
Terapi non-obat
o
Obat pilihan (lini pertama,
kedua, ketiga)
o
Informasi peresepan (dosis,
durasi, K/I, ESO, I/O, peringatan, toksisitas)
o
Kriteria rujukan
o
Hal-hal yang harus disampaikan
kepada pasien.
o
Biaya terapi
- Menyebarkan draft pedoman terapi untuk dimintakan tanggapan dan dilakukan uji coba (pilot test). Tanggapan hendaknya mencakup: apa yang harus diubah dan bagaimana; mengapa harus diubah, sebutkan bukti dan justifikasinya. Jika sudah disepakati, maka dilakukan uji coba untuk memastikan dokumen yang dibuat jelas dan mudah dipahami dan informasi di dalamnya akurat, serta format dan layoutnya baik.
- Mengimplementasikan : menerbitkan, launching, menyebarluaskan, melatih dan men-supervisi.
- Merevisi
Referensi:
WHO-MSH. Drug and Therapeutic Committee, a practical guide, 2003, hal. 23-27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar