Google ads

Selasa, 12 Januari 2016

Hipertensi



1.    Hipertensi
a.      Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Mansjoer,dkk,2001). Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik yang tingginya tergantung umur individu yang terkena, tekanan darah yang berfluktasi dalam batas-batas tertentu tergantung posisi tubuh, dan tingkat strees yang di alami. Hipertensi juga sering di golongkan sebagai hipertensi ringan, sedang dan berat. Berdasarkan tekanan diastole hipertensi ringan bila tekanan darah diastol 95-104 mmHg, sedangkan hipertensi berat diastolnya ≥ 115 mmHg (Tambayong,2002).
Menurut M.N Bustan (2007), hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak) penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan atau left ventricle hypertrophi (untuk otot jantung).   
Secara teoritis maka hipertensi dapat didefenisikan sebagai suatu tingkat tekanan darah tertentu, yaitu diatas tingkat tekanan darah tersebut dengan memberikan pengobatan akan menghasilkan lebih banyak manfaat dibandingkan dengan tidak memberikan pengobatan (Susalit,dkk,2001).
b.      Klasifikasi hipertensi
Beberapa klasifikasi tekanan darah tinggi diantaranya sebagai berikut :
1.      Klasifikasi menurut WHO
Menurut WHO (World Health Organization) klasifikasi tekanan darah tinggi sebagai berikut :
a)        Tekanan darah normal yakni jika sistol kurang atau sama dengan  40 mmHg dan diastol kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b)        Tekanan darah perbatasan yakni sistol 141-149 mmHg dan tekanan diastol 90-104 mmHg.
c)        Tekanan darah tinggi yakni jika sistol lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastol lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
2.                  Klasifikasi menurut Sutanto
Berikut ini adalah klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa di atas 18 tahun,(Sutanto,2010):









Tabel 2.1
Klasifiakasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa diatas 18 Tahun
Kategori
Tekanan darah sistolik
Tekanan darah distolik
1.  Normal
<120 mmHg
<80 mmHg
2.  Hipertensi perbatasan
120 -139 mmHg
80-89 mmHg
3.  Hipertensi ringan (stadium 1)
140-159 mmHg
90-99mHg
4.  Hipertensi sedang (stadium 2)      
160-179 mmHg
100-109Hg
5.  Hipertensi 3 (stadium 3)
180-209 mmHg
110-119Hg

c.       Manifestasi klinis
Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan salah satunya gejala, bila demikian gejala muncul setelah terjadinya komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang di temukan adalah sakit kepala, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing (mansjoer,dkk,2001). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala bertahun-tahun. Gejala bila ada biasanya menunjukkan kerusakan vaskuler dengan menifestasiyang khas sesuai dengan system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan (Smetzer dan Bare, 1994).
d.      Etiologi hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1)     Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder). Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan).
2)     Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain-lain. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
e.       Epidemiologi hipertensi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penatalaksanaan yang baik. Di Amerika Serikat sekitar 50 juta penduduk mengalami peningkatan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg ( Ismail Yusuf,2008).
Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko untuk menderita hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal adalah 90 % (Depkes RI,2006)
Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah pre-hipertensi sebelum mereka didiagnosis dengan hipertensi, dan kebanyakan diagnosis hipertensi terjadi pada umur dekade ketiga dan dekade kelima. Sampai dengan umur 55 tahun, laki- laki lebih banyak menderita hipertensi dibanding perempuan. Dari umur 55 s/d 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang menderita hipertensi. Pada populasi lansia ( umur ≥ 60 tahun ), prevalensi untuk hipertensi sebesar 65,4 % ( Depkes RI, 2006)
Menurut data Riskesdes Nasional tahun 2007, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun keatas di Indonesia adalah 31,7 %. Untuk tingkat propinsi, prevalensi hipertensi tertinggi terdapat di propinsi Kalimantan Selatan (39,6 %) dan prevalensi terendah terdapat di propinsi Papua Barat (20,1 %). Sedangkan untuk tingkat kabupaten/kota dengan prevalensi tertinggi terdapat di Kabupaten Natuna ( 53,3 %) dan prevalensi terendah terdapat di Kabupaten Jaya Wijaya (6,8 %) (Depkes RI,2007).
Data diatas menggambarkan bahwa masalah hipertensi perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik, mengingat prevalensi yang tinggi dan komplikasi yang ditimbulkan cukup berat (Yusuf, 2008).



f.       Gejala Hipertensi
      Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukan gejala, kenaikan tekanan darah baru diketahui sewaktu pemeriksaan skrining kesehatan, dengan tujuan masuk kerja atau asuransi kesehatan. Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Gejala lain yang sering di temukan adalah sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, dan pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal (Dorothy M. Russel,2011).
g.      Diagnosis
Tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer. Alat tradisional dengan merkuri saat ini telah banyak digantikan oleh alat digital otomatis.
Menurut Williams dan Palmer (2005), hasil pengukuran tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1)      Aktivitas yang dilakukan sebelum pengukuran.
2)      Tekanan atau stress yang dialami.
3)      Posisi saat pengukuran – berdiri atau duduk.
4)      Waktu pengikuran.
h.      Pengobatan
Jenis obat antihipertensi adalah sebagai berikut (Maloedyn, 2006):

1)      Diuretika
Diuretika adalah antihipertensi yang merangsang pengeluaran garam dan air. Dengan mengkonsumsi diuretika akan terjadi pengurangan jumlah cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan tekana pada dinding pembuluh darah.
2)      Beta Bloker
Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.
3)      ACE-inhibitor
ACE-inhibitor dapat mencengah penyempitan dinding pembuluh darah sehingga bias mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
4)      Ca Bloker
Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan pembuluh darah.
Menurut Bangun (2002), pengobatan hipertensi juga dapat dilakukan sebagai berikut:
a)      Mengurangi kelebihan berat badan
Kelebihan berat badan berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, tingkat lipid (lemak darah), diabetes, dan penyakit jantung koroner. Kuncinya adalah dengan membatasi asupan kalori dan tingka latihan fisik. Penurunan berat badan juga dapat mempercepat turunnya tekanan darah dalam pengobatan.
b)      Membatasi asupan alkohol
Alkohol bias memberikan kontribusi terhadap hipertensi. Alkohol bisa mengurangi kemampuan pompa jantung dan pengobatan hipertensi kurang efektif. Oleh sebab itu lebih baik dihindari.
c)      Olahraga secara teratur
Olahraga secara teratur tiga atau empat kali seminggu selama 30-40 menit dapat membantu mengurangi tekanan darah.
d)     Membatasi asupan garam
Asupan garam yang tinggi bias meningkatkan tekanan darah, khususnya pada orang tua penderita tekanan darah tinggi. Menghindari  atau  mengurangi garam adalah salah  satu contoh cara mengurangi natrium.
e)      Berhenti merokok
Orang yang menderita hipertensi, sebaiknya berhenti merokok, karena nikotin dalam tembakau dapat membuat jantung bekerja lebih keras karena terjadi penyempitan pembuluh darah. Selain itu juga dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah.


i.        Pencegahan Hipertensi
Pencegahan Hipertensi adalah sebagai berikut (Bangun, 2002) :
1)                 Diet
Pengaturan pola makan dan makanan yang dikonsumsi oleh penderita hipertensi sangat penting. Diantaranya yaitu pembahasan mengkonsumsi garam, banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung serat dan mengatasi kelebihan berat badan.
2)        Alkohol dan rokok
Peminum alkohol yang berat akan berisiko terkena hipertensi. Dalam hal ini menunjukkan bahwa orang yang minum alkohol sampai dengan lima kali atau lebih per hari kemungkinan akan menderita hipertensi sangat tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak minum sama sekali.
3)   Teh dan kopi
Minum kopi atau teh dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah tinggi. Kafein dalam kopi dapat memperburuk keadaan tersebut. Jadi bagi penderita hipertensi dianjurkan untuk mengurangi konsumsi teh dan kopi.
4)   Olah raga
Dengan olah raga teratur akan memperlancar peredaran darah, memperbaiki arus darah melalui otot-otot akan memperbaiki efisiensi jantung dan mengurangi berat badan serta menyeimbangkan bentuk tubuh.
5)        Hindari stres
Ketegangan emosional tertentu dapat membuat tekanan darah naik, tetapi itu hanya sementara saja. Bila ketegagan itu lenyap maka tekanan darah kembali normal.
6)   Mengontrol tekanan darah
Mengontrol tekanan darah secara berkala sangat penting bagi penderita hipertensi, sekurang kurangnya 1x sebulan. Bila tidak ada keluhan supaya kita dapat mengantisipasikan ada hal-hal yang tidak diinginkan.

2.    Faktor- faktor yang mempengaruhi hipertensi.
a.      Faktor yang tidak dapat di kendalikan
1).  Usia
Penyakit hipertensi pada kelompok umur paling dominan berumur (31-55 tahun). Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung meningkat. Yang mana penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapai paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas  (Armilawaty,dkk,2007).Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia, hipertensi pada  yang berusia kurang dari 35 tahun  dengan di jelaskan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian premature.
Tabel 2.2
Hipertensi menurut golongan umur

Kelompok usia
Normal
Hipertensi
Bayi
80/40 mmHg
90/60 mmHg
Anak > 11 tahun
100/60 mmHg
120/80 mmHg
Remaja 12-17
115/70 mmHg
130/80 mmHg
             20-45
120/125 mmHg
135/90 mmHg
Dewasa > 65 Tahun
135-140/85 mmHg
140/90 mmHg-160/95 mmHg

150/95 mmHg
165/90 mmHg
                         Sumber: Gudlines WHO, 2005
Hasil dari penelitian (Hendri,2008) yang berjudul Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Benteng Hilir Kec. Mempura Kab. Siak menunjukkan  bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi.
Hal ini didukung dengan hasil analisis teknik Chi-Square dengan taraf signifikan p = 0,001 bermakna (p = < α 0,05).
2). Jenis kelamin
Hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Wanita sering kali mengadopsi perilaku tidak sehat seperti pola makan yang tidak seimbang sehingga menyebabkan kelebihan berat badan, depresi, dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada kaum pria, hipertensi lebih berkaitan erat dengan pekerjaan seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran (Sutanto,2010).
Hasil dari penelitian (Hendri,2008) yang berjudul Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Benteng Hilir Kec. Mempura Kab. Siak menunjukkan  bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi.
Hal ini didukung dengan hasil analisis teknik Chi-Square dengan taraf signifikan p = 0,002  bermakna (p = < α 0,05)
3). Faktor keturunan
Apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orang tua maka dengan terjadinya hipertensi primer pada seseorang akan cukup besar. Hal ini terjadi karena pewarisan sifat melalui gen. Pengaruh genetika ini terjadi pula pada anak kembar yang lahir dari satu sel telur. Jika salah satu dari anak kembar tersebut adalah penderita hipertensi maka akan dialami juga oleh anak kembar yang lain. Faktor keturunan dan gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Menurut sebagian ahli kesehatan, sebagian besar kasus hipertensi saat ini di pengaruhi oleh faktor keturunan.
Faktor keturunan memang memiliki peran besar terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot (berasal dari satu sel telur) dibanding heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda) (Sutanto,2010).
4). Ras/ Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifikasi terhadap vasopressin (fase peningkatan tekanan darah) lebih besar (Anggraini,dkk.2008).
b.      Faktor yang dapat di kendalikan
1). Obesitas
Obesitas adalah kata yang digunakan untuk menunjukan adanya penumpukan lemak tubuh (body fat) yang melebihi batas normal. Jumlah lemak pada laki-laki dewasa rata-rata berkisar antara 15- 20% dari berat badan total dan perempuan berkisar 20-25%. Jumlah lemak tubuh umumnya meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, terutama disebabkan oleh melambatnya metabolisme dan semakin berkurangnya aktivitas fisik. Terlebih lagi diet tidak dikendalikan dengan baik. Seseorang dikatakan obesitas, apabila beratnya lebih dari 20% berat badan normal (Suharto, 2004).
Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dengan hipertensi essensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal (Dalimartha,2008).
Hasil penelitian (Wan Asrul,2010) yang berjudul Analisis peningkatan kejadian hipertensi di Puskesmas Serasan Natuna menunjukkan  bahwa ada hubungan antara Obesitas dengan hipertensi dengan taraf signifikan p = 0,026 (p = < α 0,05).
2). Stress
Stress mengaktifkan sistem rasa takut simpatetik. Bagian otomatis  sistem rasa takut yang mempengaruhi banyak orang termasuk jantung, sistem ini berpengaruh melalui berbagai cara (Djohan,2007).
a)      Stress yang mendadak meningkatkan aksi pemompa dan detak jantung dan berakibat urat nadi mengerut, sehingga memposisikan suatu resiko bagi tertutup aliran darah jantung.
b)      Pengaruh-pengaruh emosional stress mengubah ritme jantung.
c)      Stress juga  mengakibatkan darah menjadi kental (yang mungkin dalam persiapan atas potensi luka), meningkatkan kemungkinan pembuluh darah tersumbat karena darah yang menggumpal.
d)     Stress mungkin memberikan sinyal ke tubuh untuk melepaskan lemak kedalam aliran darah.
3). Asupan garam yang tinggi
Makanan yang mengandung garam/ asin bisa meningkatkan tekanan darah. Makanan itu misalnya telur asin, otak, penggunaan vetsin (Monosodium glutamate/MSG), soda kue, jeroan, sarden, udang dan cumi-cumi. Sebaiknya kurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup) (Dorothy M. Russel,2011).
Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-tahun kemungkinan meningkatkan tekanan darah karena meningkatkan kadar sodium dalam sel-sel otot halus pada dinding arteriol. Kadar sodium yang tinggi, memudahkan masuknya kalsium kedalam sel-sel tersebut, menyebabkan arteriol berkontraksi dan menyempit pada lingkar dalamnya (Beaver, 2008).
Peneilitian mengenai hipertensi menunjukkan bahwa pengurangan asupan garam, baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan penurunan berat badan, dapat menurunkan kejadian hipertensi sampai sekitar 20% (Sani,2008).


4). Alkohol
Minum alkohol berlebihan tidak hanya meningkatkan tekanan darah, tetapi juga menaikkan berat badan anda. Selain itu, mengkonsumsi alkohol berlebih dapat menyebabkan resistensi pada terapi antihipertensi dan berisiko terjadinya beberapa penyakit lain, seperti stroke dan jantung. Saat ini, direkomendasikan minum alkohol di batasi untuk perempuan tidak lebih dari 2-3 gelas sehari dan laki-laki 3-4 gelas sehari. Namun, lebih baik lagi tidak mengkonsumsi alkohol (Dorothy M. Russel,2011).
Penelitian menunjukkan bahwa penurunan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah pada pasien pria hipertensi dan normotensif yang merupakan peminum berat. Penurunan ini menunjukkan  adanya hubungan antara dosis obat yang dibutuhkan dengan persentase rata-rata penurunan konsumsi alkohol dan rata-rata penurunan tekanan darah. Peningkatan konsumsi alkohol dapat menyebabkan resistensi terhadap terapi anti hipertensi. Asupan alkohol sebaiknya tidak lebih dari 20-30 gram/hari etanol pada pria dan 10-20 gram/hari pada wanita (Sani 2008).
Hasil penelitian (Wan Asrul,2010) yang berjudul Analisis peningkatan kejadian hipertensi di Puskesmas Serasan Natuna menunjukkan  bahwa ada hubungan antara konsumsi alkohol dengan hipertensi dengan taraf signifikan p = 0,017 (p = < α 0,05).
5). Merokok
Merokok adalah salah satu kebiasaan yang harus mulai dihentikan. Dalam asap rokok yang membara karena dihisap, tembakau terbakar kurang sempurna sehingga sehingga menghasilkan karbon monoksida, yang di samping asapnya sendiri, tar, dan nekotin (yang terjadi dari pembakaran tembakau tersebut) dihirup masuk kejalan napas. Karbon monoksida, tar, nikotin berpengaruh terhadap syaraf yang menyebabkan: gelisah, tangan gemetar, selera makan kurang, ibu-ibu hamil yang merokok dapat mengalami keguguran kandunganya. Tar dan asap rokok dapat juga merangsang jalan napas, dan tertimbun di dalamnya sehingga menyebabkan: Batuk-batuk atau sesak napas, kanker jalan napas, lidah dan bibir. Gas karbon monoksida juga berpengaruh negatif terhadap jalan napas, karena lebih mudah terikat pada hemoglobin daripada oksigen. Oleh karena itu, darah yang kemasukan karbon monoksida banyak, akan berkurang daya angkutnya bagi oksigen dan orang dapat meninggal dunia karena keracunan karbon monoksida (Dorothy M. Russel,2011).
Hasil dari penelitian You, dkk (1997) yang berjudul faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Binjai menunjukan bahwa ada hubungan antara kejadian hipertensi dengan merokok.
Menurut Anthony (2011) menyatakan bahwa merokok tidak hanya berkontribusi pada penyakit jantung dan menyebabkan kanker paru-paru tetapi juga terkait dengan perkembangan diabetes. Merokok lebih dari 20 batang sehari dapat meningkatkan risiko diabetes 3 kali dari orang yang tidak merokok.
6). Aktifitas fisik (Olahraga)
Aktifitas fisik adalah konsep yang lebih luas dari latihan dan dapat didefenisikan sebagai pergerakan otot yang menggunakan energy.
Gaya hidup santai (kurang gerak, banyak duduk)merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk terjadinya kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Aktifitas fisik aerobik seperti jalan cepat, berlari-lari kecil dan berenang terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Pada pasien hipertensi disarankan untuk melakukan aktifitas fisik selama kurang lebih 30 menit sampai dengan 60 menit perhari (Sani ,2008).
            Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga, namun jika berolahraga teratur akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah lebih rendah daripada orang yang tidak berolahraga. Hal ini sebagian disebabkan karena olahraga makan secara lebih sehat, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol (Beaver,2008).
7). Hindari aktivitas berendam di air panas
Masyarakat dengan  tekanan darah tinggi sebaiknya menghindari beberapa aktivitas tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung pada tingkat yang membahayakan, seperti mandi sauna/ mandi uap, berendam dalam kolam air hangat/air panas. Sangat penting bagi penderita hipertensi untuk membatasi jumlah waktu yang dihabiskan untuk aktivitas tersebut kurang dari 10 menit. Setelah terjadinya paparan terhadap lingkungan ini, pasien sebaiknya duduk menjauh dari sumber panas selama beberapa menit sebelum berdiri kembali dengan tujuan untuk meminimalkan resiko terjadinya pusing kepala atau pingsan (Dorothy M. Russel,2011).

Tidak ada komentar:

Google Ads