Proses pemutihan pulp adalah suatu
proses untuk mengubah warna pulp dari coklat menjadi putih dengan cara
menambahkan bahan kimia pemutih untuk menghilangkan sisa kandungan lignin dari
proses pemasakkan tanpa merusak serat
sehingga sifat fisik pulp yang dihasilkan tetap tinggi.
Secara prinsip, selulosa murni
sebenarnya berwarna putih, tetapi pulp menjadi berwarna karena mengandung
zat-zat lain seperti senyawa lignin dan zat - zat organik lainnya. Cara
pemutihan yang dilakukan tergantung pada serat pulp yang akan diputihkan dan
kualitas pulp putih yang diinginkan. Dalam hal ini ada dua cara pemutihan pulp
yaitu cara penghilangan lignin dan pemutihan lignin.
Pemutihan pulp dengan cara pelarutan
senyawa lignin merupakan kelanjutan penghilangan lignin yang masih tertinggal
dalam pulp setelah proses pemasakkan dengan cara mendegradasi rantai lignin
yang panjang oleh bahan - bahan kimia pemutih menjadi rantai - rantai yang
pendek, maka lignin dapat larut pada saat pencucian.
Pemutihan dengan cara penghilangan lignin
dapat dilakukan dalam satu tahap yaitu dengan cara menggunakan hipoklorit dan
dapat pula dilakukan dengan beberapa tahap. Pulp kimia berwarna coklat
disebabkan adanya senyawa lignin dan turunannya yang tertinggal dalam pulp.
Walaupun sebagian besar lignin telah dalam proses pemasakkan, derajat putih
pulp kimia coklat lebih rendah dari pada bahan bakunya, hal ini dapat terjadi
karena peningkatan penyerapan cahaya yang besar terhadap turunan lignin yang
masih tertinggal dalam pulp, mengakibatkan kenaikan koefisien penyerapan cahaya
pulp yang bersangkutan.
prinsip pemutihan
•
Pemutihan lignin
Kromofor lignin dirubah strukturnya
hingga memantulkan sinar putih lebih banyak, tetapi molekul lignin tidak dihilangkan Cara
ini diterapkan untuk pulp mekanis
•
Penghilangan lignin
Lignin (polimer panjang)
diputus-putus (degradasi) membentuk rantai-rantai pendek sehingga mudah larut
dalam alkali
•
Proses pemutihan pulp kimia dapat didefinisikan
sebagai pelarutan senyawa-senyawa lignin yang dapat menyebabkan perubahan warna
dan kemudian dihilangkan pada saat proses pencucian
•
Pemutihan pulp dengan cara pelarutan senyawa lignin
merupakan kelanjutan penghilangan lignin yang masih tertinggal dalam pulp
setelah proses pemasakan
•
Dengan cara mendegradasi rantai lignin yang panjang
oleh bahan-bahan kimia pemutih menjadi rantai-rantai lignin yang pendek, maka
lignin dapat larut pada saat pencucian.
Istilah dalam proses pemutihan
•
Konsistensi
Perbandingan berat kering terhadap
berat suspensi
•
Faktor kappa
Faktor pengali terhadap bilangangan
kappa pulp yang akan diputihkan
Jumlah senyawa klor yang digunakan
pada tahap pemutihan
•
Brightness
reflektifitas contoh
(lembaran pulp) dibandingkan terhadap reflektifitas permukaan standar pada
panjang gelombang 457 nm didaerah warna biru
·
Kadar air
Perbandingan berat air yang terdapat
dalam contoh dengan berat contoh kadar air semulayang dinyatakan dalam persen dan
di ukur pada kondisi standar.
Bahan kimia pemutih :
- Oksidator, digunakan untuk mendegradasi dan menghilangkan warna lignin
- Alkali, digunakan untuk mendegradasi lignin dengan hidrolisa dan membantu pelarutannya.
Bahan kimia yang digunakan dipilih
karena keekonomisan dan keselektifannya. Oksidator yang digunakan antara lain :
ClO2, HClO2, Cl2, H2O2,
NaOH. Alkali yang digunakan adalah NaOH.
Bahan kimia
•
Bentuk serbuk, kristal
•
Bentuk larutan
–
Konsentrasi % berat
–
Konsentrasi gpl
–
Konsentrasi Normal
–
Konsentrasi Molar
•
Jika bahan kimia tersedia dalam
bentuk larutan, maka bahan kimia hrs dihitung dalam satuan volume, ml (gram
sesuai volume)
Tahapan
Pemutihan pulp paling tidak dilakukan
dua tahap, bahkan seringkali lebih. Tahapan-tahapan tersebut dinyatakan dengan
simbol - simbol sabagai berikut :
•
Kholinasi ( C ) - Reaksi dengan gas khlor dalam media asam
•
Ekstraksi yang bersifat basa ( E ) -
Pelarutan hasil reaksi dengan NaOH
•
Hipokhlorinasi ( H ) - Reaksi dengan hipokhlorit dalam larutan
basa
•
Khlor Dioksida ( D ) - Reaksi dengan ClO2 dalam media asam.
•
Peroksida ( P ) -
Reaksi dengan peroksida dalam media alkali.
•
Oksigen ( O ) -
Reaksi dengan oksigen pada tekanan
tinggi
•
(Dc) atau ( CD ) -
Campuran gas khlor dan khlordioksida.
Ø Tahap khlorinasi ( C )
reaksi dengan gas khlor (Cl2) dalam
media asam. Penggunaan di industri dalam bentuk liquid bertekanan dan diuapkan
sebelum di campur dengan suspense pulp. Berfungsi sebagai pengoksidasi dan
pendegradasi lignin. Gas khlor ini efektif dan ekonomis jika dibandingkan
dengan bahan kimia pemutih lain dan merupakan partikel Bleacing yang baik tapi
pada pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan degradasi selulosa sehingga
kekuatan pulp bisa menurun dan sangat korosif.
Ø Ekstraksi yang bersifat basa
(E)
Reaksi dengan NaOH (Natrium
Hidrogen) dalam bentuk larutan 5 – 10 % NaOH. Bahan kimia yang efektif dan
ekonomis tapi dapat menyebabkan pulp menjadi gelap, biasanya digunakan pada
pertengahan tahapan. Pada bleacing NaOH berfungsi menghidrolisa Khlorolignin,
dan melarutkan lignin.
Ø Khlorodioksida (D)
Pemutihan
dengan klor dioksida ( ClO2 ) secara komersial dimulai tahun 1946 di canada dan swedia.
Perkembangan penggunaan klor dioksida ini mula-mula sangat lambat karena adanya
efek-efek negatif.Tetapi dalam 20 tahun terakhir ini hampir tidak ada pabrik
pulp sulfat putih yang tidak menggunakan klor dioksida. Klor dioksida adalah
cairan mudah menguap menjadi gas yang sangat beracun dan menimbulkan korosi.
Uapnya dalam udara dengan konsentrasi
12-15 % sangat mudah meledak bila terkena panas atau cahaya sehingga
terlalu riskan bila menggunakan gas klor dioksida pada suhu tinggi. Akhirnya
dengan kemajuan teknologi efek-efek
negatif tersebut dapat dikurangi.
Penggunaan khlordioksida pada saat ini
sangat luas. Hampir semua pabrik pulp menggunakan bahan kimia ini.
Khlordioksida mempunyai selektifitas tinggi sebab khlordioksida hanya bereaksi
dengan lignin dan tidak bereaksi secara luas dengan karbohidrat.
Reaksi khlordioksida dengan lignin :
Ø ClO2 + lignin lignin
teroksidasi + HClO3 +HClO2
Reaksi khlordioksida dengan karbohidrat :
Gugus aldehid gugus karboksil
Selain tingkat selektifitas yang
tinggi dalam proses pemutihan pulp, khlordioksida juga digunakan untuk mencapai
derajat putih pulp akhir yang tinggi tanpa menurunkan kekuatan pulp yang cukup
berarti. Khlordioksida juga efektif untuk menurunkan kandungan shive, resin,
dan kotoran. Penggunaan khlordioksida dalam bentuk sedikit campuran dengan
sedikit khlor tidak banyak memberi pengaruh sedangkan penggunaan khlor yang
terlalu banyak dapat mendegradasi selulosa.
Penggunaan khlordioksida pada tahap
awal pemutihan tanpa menggunakan khlor banyak digunakan pada pabrik – pabrik
pulp. Untuk mencapai derajat putih yang tinggi pada pulp sulfat dapat diproses
dengan dua tahap khlordioksida dengan memakai ekstraksi alkali diantara dua
tahap tersebut.
Konsistensi memberikan pengaruh yang kecil
pada pemutihan dengan menggunakan khlordioksida. Laju reaksinya hampir sama
dengan konsistensi 4 – 15 %. Dalam pabrik biasanya pemutihan dengan
khlordioksida menggunakan konsistensi 10 – 12 %. Jika khlordioksida digunakan
pada tahap akhir pemutihan, biasanya suhu pemutihan adalah 60 – 80 0 C atau suhu optimumnya 70
0 C dengan waktu reaksi antara 3 – 5 jam. Penggunaan khlordioksida
pada tahap awal pemutihan suhunya lebih rendah. pH suspensi pulp pada pemutihan
dengan khlordiksida harus rendah, biasanya 3 – 5 penggunaan pH yang lebih
tinggi menghasilkan pulp dengan kualitas rendah.
Dalam
suasana basa klor dioksida membentuk banyak ion klorat dan ion klorit yang tidak efektif dalam pemutihan.
Sedangkan dalam suasana asam klor dioksida akan membentuk banyak ion klorit dan
ion hipoklorit yang selanjutnya membentuk klor (Cl2 ) yang aktif.
2ClO +
H+ + Cl - + H2O ClO
- + 2ClO2- + 3H+
2H+ + Cl - + ClO -
Cl2 + H2
dalam
suasana asam juga sebenarnya juga terbentuk ion klorat, karena itu daya
pemutihan klor dioksida akan berkurang, jumlah klor dioksida yang hilang atau
tidak efektif berkisar antara 20-36 %.
Ø Hipokhlorit (H)
Reaksi dalam larutan basa
dalam bentuk larutan encer yang dibuat secara onsite dengan absorbsi gas dalam
larutan Ca( OCl )2 (kalsium hipokhlorit) atau NaOCl ( natrim hipokhlorit ) sekitar 40
g/l. merupakan pengoksidasi dan dapat mencerahkan pulp serta melarutkan lignin.
Bahan kimia pemutih ini mudah dibuat dan digunakan, partikel pemutih yang baik
hanya saja perlu biaya yang tinggi untuk membuatnya dan jika pemakaian yang
berlebihan dapat menyebabkan kekuatan pulp menurun.
Ø Peroksida (P)
Reaksi
denga hydrogen peroksida (H2O2) dalam media alkali,
penggunaan berupa larutan 50 % dan lerutkan sampai kira – kira 2 % sebelum
digunakan. Berfungsi sebagai pengoksidasi dan dapat mencerahkan pulp.
Keuntungannya mudah digunakan dan biaya proses murah hanya saja harga bahannya
mahal dan partikel Bleacingnya kurang baik.
Ø Oksigen (O)
Penggunaan
oksigen pada saat ini meluas dan hampir semua pabrik pulp mengoperasikan proses
pemutihannya dengan menggunakan oksigen, meskipun oksigen dapat digunakan untuk
pemutihan sesungguhnya banyak instalasi menggunakan oksigen alkali sebagai
suatu langkah delignifikasi sebelum pemutihan dengan bahan kimia khlor atau
khlordioksida.
Reaksi
utama oksigen terhadap lignin dalam kondisi alkali terjadi melalui gugus
feniksi radikal yang distabilkan dengan resonansi. Bagian penting dari
degradasi lignin mungkin terjadi melalui degradasi unit - unit fenolik yang
didegradasi menjadi asam - asam alifatik. Degradasi selulosa dan polisakarida
terlihat dari menurunnya hasil pulp dan viskositas. Gugus radikal menengah yang
terbentuk merupakan oksidator yang non selektif, sehingga dapat pula menyerang
selulosa seperti menyerang lignin.
Penggunaan
senyawa magnesium mempunyai peranan yang penting dalam mencegah terjadinya
dgradasi karbohidrat. Senyawa magnesium berfungsi sebagai protektor sehingga
rendemen dan kekuatan pulp masih tetap baik.
Variable
proses pemutihan dengan oksigen yang utama adalah konsistensi pulp serta
tekanan, suhu dan waktu. Suhu yang dipakai adalah 90 – 130 0 C
dengan waktu retensi 60 menit. Pengguanaan NaOH adalah 3 - 7 % terhadap berat kering pulp mampu
menetralisir produk reaksi asam organik dan mempertahankan kondisi ynag sangat
alkali. Konsistensi serat ( 8 -15 % ) merupakan pilihan utama dan banyak
digunakan di industri.
Keuntungan
menggunakan sistem ini adalah biaya investasi yang diperlukan lebih kecil,
penggunaan uap yang lebih sedikit ( hemat energi ) dan lebih banyak lignin yang
terlarut dan sedikit degradasi karbohidrat. Disamping itu lebih fleksibel dalam
penataan peralatan serta penggunaan alat yang lebih sederhana dan resiko yang
lebih kecil terhadap bahaya yang disebabkan oleh uap dan bahan-bahan organik.
EOP (
Ekstraksi Oksigen Peroksida )
Campuran larutan NaOH, Oksigen dan Hydrogen peroksida. Tahap yang
dapat mengurangi degradasi selulosa dan limbah pemutihnya tidak berbahaya.
Ø Ozon (Z)
Reaksi dengan O3 dalam
bentuk gas. Merupakan pengoksidasi dan dapat mencerahkan pulp serat melarutkan
lignin. Ozon sangat baik digunakan untuk pulp dan TCF karna limbah pemutihnya
tidak berbahaya. Bahan pemutih efektif dan dapat direcovery.
Secara garis besar, urutan dalam
pemutihan pulp kimia dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :
a.
Tahap delignifikasi
b.
Tahap pencerahan ( brightening
)
Tujuan utama dalam proses
delignifikasi adalah penghilangan 80 – 90 % lignin yang masih tersisa dalam
pulp dengan biaya yang rendah. Dalam hal ini daya terputihkan misalnya bilangan
kappa sebagai parameter pengendali.
Tujuan dalam tahap pencerahan adalah
untuk memperoleh derajat putih yang tinggi. Perlu dicatat bahwa sebagian proses
pencerahan terjadi pada tahap delignifikasi.
- Sistem Pemutihan
Ada dua pendekatan
yang digunakan dalam pemutihan dengan bahan kimia :
- Memilih bahan kimia yang hanya mendegradasi gugus kromoform tanpa menyerang lignin. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan pulp dengan rendemen yang tinggi dan sifat seratnya yang sedikit kaku. Pendekatan ini umumnya untuk pulp mekanis.
- Pemisahan dan penghilangan keseluruhan lignin yang masih tersisa dalam pulp.
- Proses Pemutihan secara Konvensional
Pemutihan konvensional merupakan
proses pemutihan yang melibatkan senyawa
khlor murni yang ditempatkan diawal tahapan proses. Contoh tahapan
proses pemutihan ini diantaranya CEHEH, CEHD, CEH, dan lain - lain.
Pada pulp kraft, cara pemutihan yang
cocok untuk pulp jenis ini yaitu dengan menghilangkan lignin karena sifat sisa
lignin yang terdapat dalam pulp kraft sulit dihilangkan, maka proses pemutihan
biasanya berlangsung dalam beberapa tahap. Pemutihan pulp kraft secara
konvensional pada umumnya menggunakan
khlor atau kombinasi senyawa khlor dengan senyawa khlordioksida ( ClO2
), sebagai contoh untuk memperoleh pulp dengan derajat putih 84 - 86 dengan
bilangan kappa sebelum pemutihan 18, maka dibutuhkan 5 tahapan proses pemutihan
yaitu CEHEH.
Variable yang Mempengaruhi Khlorinasi
Hal
|
Faktor
|
Sifat Pulp
|
1.
Nilai Pemutihan ( PN )
2.
Metode Pulping
3.
Viskositas CED
|
Kondisi Operasi
|
|
Kondisi Proses
|
|
Parameter Kontrol
|
|
Proses Pemutihan dengan Cara ECF ( Elemental Chlorine Free )
Proses ECF merupakan proses pemutihan
pulp yang tidak menggunakan khlor murni sebagai bahan kimia pemutihnya, akan
tetapi menggunakan ClO2.
Keuntungan dari proses ECF adalah :
- Mengurangi polusi limbah yang berbahaya terhadap lingkungan
- Dengan pemakaian oksigen, akan terjadi pengembangan terhadap individu serat
Pemutihan menggunakan oksigen pada
tahap awal pada saat ini banyak digunakan dan menjadi standar pabrik.
Penggunaan oksigen semakin meluas setelah isu mengenai pencemaran lingkungan
semakin marak dibicarakan. Contohnya adalah C/DEDED, DEDED, OC/DEDD, ODEDD,
ODEDED ( yang telah dilakukan dalam praktikum skala laboratorium ).
Proses Pemutihan
dengan Cara TCF ( Totally Chlorine Free )
Sejak adanya isu tentang dioksin, penggunaan khlor sebagai bahan kimia pemutih
mulai ditinggal dan digantikan dengan Totally
Chlorine Free Bleaching. TCF merupakan tahapan proses pemutihan yang sama
sekali tidak menggunakan senyawa - senyawa khlor, baik khlor murni maupun
khlordioksida, sebagai contoh proses pemutihan pulp kraft kayu daun yang
menggunakan tahap ozon dan peroksida dapat mencapai derajat putih sesuai yang
yang diinginkan. Contoh proses TCF misalnya : OZEP, OZE, OZEPEP, ZPOP.
Peruses TCF ini belum dilakukan di
Indonesia disebabkan selain penyediaan ozon dari sitem recovery gas, biasanya
investasi yang terbesar dari sistem peralatan proses pemutihan tahap peroksida
yang meliputi di sistem penyimpanan, pengenceran, dan pemakaian peroksida.
Sementara itu biaya terbesar pada sistem pembuatan terletak pada daya listrik
yang digunakan. Energi spesifik yang digunakan untuk membuat 4 % ozon adalah 18
- 23 Kwh / kg O3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar