Senyawa Berstruktur Tidak Spesifik
Senyawa berstruktur tidak spesifik adalah senyawa
dengan truktur kimia bervariasi, tidak berinteraksi dengan reseptor spesifik,
dan aktivitas biologisnya tidak secara langsung dipengaruhi oleh struktur kimia
tetapi lebih dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia fisika, seperti derajat
ionisasi, kelarutan, aktivitas termodinamik, tegangan permukaan dan redoks
potensial. Terlihat bahwa efek biologis karena akumulasi obat pada daerah yang
penting dari sel sehingga menyebabkan ketidakteraturan rantai proses
metabolisme. Senyawa berstruktur tidak spesifik menunjukkan aktivitas fisik
denga karakteristik sebagai berikut:
a.
Efek biologis berhubungan langsung dengan aktivitas
termodinamik, dan memerlukan dosis yang relatif besar.
b.
Walaupun perrbedaan struktur kimia besar, asal
aktivitas termodinamik hampir sama akan memberikan efek yang sama.
c.
Ada keseimbangan kadar obat dalam biofasa dan fasa
eksternal.
d.
Bila terjadi keseimbangan, aktivitas termodinamik
masing-masing fasa harus sama.
e.
Pengukuran aktivitas termodinamik pada fasa ekternal
juga mencerminkan aktivitas termodinamik biofasa.
f.
Senyawa dengan derajat kejenuhan yang sama, mempunyai
aktivitas termodinamik sama sehingga derajat efek biologis sama pula. Oleh
karena itu larutan jenuh dari senyawa dengan sruktur yang berbeda dapat
memberikan efek biologis yang sama.
Senyawa berstruktur spesifik adalah senyawa yang
memberikan efeknya dengan mengikat reseptor atau aseptor yang spesifik.
Mekanisme kerjanya dapat melalui salah satu cara
berikut ini:
a.
Bekerja pada enzim, yaitu dengan cara pengaktifan,
penghambatan atau pengaktifan kembali enzim-enzim tubuh.
b.
Antagonis, yaitu antagonis kimia, fungsional,
farmakologis atau antagonis metabolik.
c.
Menekan
fungsi gen, yaitu dengan menghambat biosintesis asam nukleat atau sintesis
protein.
d.
Bekerja pada membran, yaitu dengan mengubah membran
sel dan mempengaruhi sistem transpor membran sel.
Aktivitas biologis senyawa berstruktur spesifik tidak
bergantung pada aktivitas termodinamik, nilai a lebih kecil dari 0,01 , tetapi
lebih bergantung pada struktur kimia yang spesifik. Kereaktifan kimia, bentuk,
ukuran, dan pengaturan stereokimia molekul, distribusi gugus fungsional, efek
induksi dan resonansi, distribusi elektronik dan interaksi dengan reseptor
mempunyai eran yang menentukan untuk terjadinya aktivitas biologis.
Senyawa berstruktur spesifik mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
a.
Efektif pada kadar yang rendah.
b.
Melibatkan
keseimbangan kadar obat dalam biofasa dan fasa eksternal.
c.
Melibatkan ikatan-ikatan kimia yang lebih kuat
dibandingkan ikatan pada senyawa yang berstruktur tidak spesifi.
d.
Pada keadaan
kesetimbangan aktivitas biologisnya maksimal.
e.
Sifat fisik dan kimia sama-sama berperan dalan menentukan
efek biologis.
f.
Secara umum mempunyai struktur dasar karakteristik
yang bertanggung jawab terhadap efek biologis senyawa analog.
g.
Sedikit perubahan struktur dapat mempengaruhi secara
drastis aktivitas biologis obat.
Contoh obat berstruktur spesifik antara lain :
Analgesik (morfin), antihistamin (difenhidramin), diuretika penghambat monoamin
oksidase (asetazolamid) dan β – adrenergik (salbutamol). Pada senyawa
berstruktur spesifik sedikit perubahan struktur kimia dapat berpengaruh
terhadap aktivitas biologisnya.
Perbedaan antara senyawa berstruktur spesifik dan
nonspesifik tidak cukup dipandang dari satu atau dua perbedaan
karakteristik senyawa tetapi harus dipandang sifat atau karakteristik secara
keseluruhan. Sering pada obat tertentu tidak mempunyai struktur yang mirip
tetapi menunjukkan efek farmakologis yang sama, dan perubahan sedikit struktur
tidak mempengaruhi efek. Sebagai contoh adalah obat diuretik yang mempunyai
struktur kimia sangat bervariasi, contoh turunan merkuri organik, turunan
sulfamid, turunan tiazid, dan spironolakton. Sedikit modifikasi struktur tidak
mempengaruhi aktivitas diuretik dari masing-masing turunan. Ini merupakan salah
satu karakteristik dari senyawa berstruktur spesifik.
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa obat diuretik
menghasilkan respons farmakologis yang sama tetapi masing-masing turunan
mempengaruhi proses biokimia yang berbeda, jadi mekanisme aksinya berbeda.
Turunan merkuri organik, seperti klormerodrin, bekerja sebagai
diuretik dengan mengikat gugus SH enzim Na, K-dependent ATP-ase, yang
bertanggung jawab terhadap produksi energi yang diperlukan untuk reabsorpsi Na
di membran tubulus, turunan sulfamid, seperti asetazolamid, bekerja dengan menghambat enzim karbonik anhidrase,
turunan tiazid seperti hidroklorotiazid,
menghambat reabsorpsi Na tubulus ginjal, dan spironolakton bekerja sebagai antagonis aldosteron, senyawa yang
mengatur keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Fenomena di atas menunjang pengertian bahwa mekanisme
aksi obat pada tingkat molekul dapat melalui beberapa jalan, dan ini memberikan
penjelasan mengapa obat dengan tipe struktur berbeda dapat menunjukkan respons
farmakologis yang sama. Sebanarnya sulit memisahkan antara senyawa berstruktur
tidak spesifikdan spesifik karena banyak senyawa yang berstruktur spesifik,
seperti antibiotika turunan penisilin, tidak berinteraksi secara spesifik
dengan reseptor pada tubuh manusia, tetapi beinteraksi dengan reseptor spesifik
yang terlibat pada proses pembentukan dinding sel bakteri. Jadi aktivitas
antibakterinya terutama ditentukan oleh sifat kimia fisika seperti sifat
lipofilik dan elektronik yang berperan pada proses distribusi obat sehingga
senyawa dapat mencapai jaringan target dengan kadar yang cukup besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar