Google ads

Jumat, 16 Oktober 2015

Resistensi Insulin



Insulin merupakan hormon yang berperan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Insulin meningkatkan transpor glukosa dari darah ke dalam sel target di jaringan perifer (otot,otak, jaringan lemak, hati, dan lain-lain) melalui transporter glukosa. Insulin juga berperan dalam penghambatan lipolisis pada jaringan lemak dan mengurangi kadar asam lemak bebas dalam plasma(Sulistyoningrum, 2010).
Hormon insulin selain  berfungsi sebagai peningkatan pengambilan glukosa kehati dan jaringan perifer, juga mempunyai peranan dalam pengaturan konsentrasi glukosa darah. Produksi insulin yang tidak cukup mengakibatkan penyakit diabetes mellitus, penderita penyakit ini tidak mampu mengatasi kelebihan glukosa dalam darah dengan mengubahnya menjadi glikogen dan lemak (Yuriska, 2009).
Resistensi insulin merupakan suatu kondisi yang berhubungan dengan kegagalan organ target yang secara normal merespon aktivitas hormon insulin. Resistensi insulin berkaitan dengan kelainan pada berbagai organ, diantaranya adalah sindroma polikistik ovarium, kanker, infeksi, obesitas dan diabetes mellitus tipe 2. Resistensi insulin juga berkaitan dengan kondisi hipertensi, hiperglikemia, dan dislipidemia, gejala yang disebut sebagai sindroma metabolik. Resistensi insulin diyakini menjadi faktor terjadinya sindroma metabolik dan mendasari patofisiologi gejala-gejala yang ada pada sindroma metabolik. Resistensi insulin menyebabkan hiperinsulinemia yang berlanjut menjadi intoleransi glukosa, dislipidemia aterogenik, hipertrigliseridemia dan peningkatan tekanan darah(Sulistyoningrum, 2010).
Resistensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa yang dimediasi oleh insulin di jaringan perifer menjadi berkurang. Kekurangan insulin atau resistensi insulin maka akan menyebabkan kegagalan fosforilasi kompleks IRS (Insulin Receptor Substrate), dan penurunan oksidasi glukosa sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan akan terjadi kondisi hiperglikemia(Sulistyoningrum, 2010).
Resistensi insulin juga berhubungan dengan kejadian hipertensi. Studi Bogalusa melaporkan terdapat korelasi positif antara kadar insulin dan tekanan darah yang bersifat independen terhadap IMT. Kadar insulin secara signifikan mengalami peningkatan pada subyek dewasa muda dengan hipertensi esensial dan hipertensi ringan dibandingkan dengan subyek normotensif. Individu dengan resistensi insulin cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Peningkatan tekanan darah pada resistensi insulin terjadi karena insulin meningkatkan retensi natrium pada ginjal (Sulistyoningrum, 2010).

Tidak ada komentar:

Google Ads