Perubahan
adalah sulit bagi setiap orang. Secara tak terelakkan, para apoteker yang
prakteknya mengalami suatu transisi ke perawatan farmasi akan mengalami
kesulitan. Sebuah model umum untuk perubahan, yang diterapkan terhadap proses
yang telah dialami apoteker dalam menguasai perawatan farmasi, melibatkan
langkah-langkah ini:
- Persiapan: Kontak ==> Kesadaran
- Sambutan: Pemahaman ==> Persepsi Positif
- Komitmen: Instalasi ==> Adopsi ==> Institusionalisasi ==> Internalisasi
Fase awal dimana selama ini para apoteker mempersiapkan perubahan ke depan,
pertama mencari istilah perawatan farmasi dan mengembangkan suatu kesadaran
terhadap eksistensinya. Selama fase kedua, para apoteker secara gradual
mengembangkan pemahaman sesungguhnya terhadap apa yang dimaksud mempraktekkan
perawatan farmasi dan memandangnya sebagai kekuatan positif dalam farmasi.
Selama fase ketiga, para apoteker sesungguhnya mulai berubah. Mereka membuat
usaha awal untuk mekonversi praktek ini menjadi perawatan farmasi. Setelah
periode percobaan ini, praktek baru diadopsi secara luas sampai ia menjadi
bagian dari praktek lazim dalam farmasi itu.
Beberapa artikel telah membahas
rintangan terhadap perawatan farmasi dengan berbagai lingkungan praktek, namun
sedikit yang telah ditulis mengenai rintangan dalam lingkungan komunitas. Dalam
bab ini kami akan membahas rintangan terhadap perawatan farmasi, yang telah
kami kelompokkan ke dalam enam kategori:
- Sikap apoteker
- Kurangnya skill praktek yang maju
- Pembatas terkait-sumber
- Pembatas terkait-sistem
- Rintangan intraprofesional
- Rintangan akademis/pendidikan
SIKAP
APOTEKER
Sikap adalah rintangan
kritis untuk diatasi. Sayangnya, masih ada beberapa apoteker yang enggan
menerima perubahan tak terelakkan dalam profesi.
Kurangnya
Komprehensi (Pemahaman)
Suatu definisi yang berlaku dalam perawatan
farmasi seharusnya meliputi aktivitas-aktivitas yang dibahas sebelumnya dalam
buku ini:
- Menetapkan hubungan terapis dengan pasien
- Mewawancarai pasien untuk mengumpulkan data yang diperlu untuk mengidentifikasi problem terapi obat.
- Mengembangkan dan mengimplementasi rencana perawatan spesifik-pasien untuk mengatasi problem yang teridentifikasi.
- Memberi layanan pemantauan dan follow-up terus menerus kepada pasien
- Medokumentasi semua aktivitas perawatan pasien
Miskonsepsi
Keyakinan
umum mengenai perawatan farmasi yang
bisa menghindari apoteker dari membuat praktek yang berhasil meliputi:
- Para apoteker sedang mempraktek perawatan farmasi demi seluruh karier mereka.
- Pasien tidak akan menerima tipe perawatan ini atau ingin membayarnya.
- Perawatan farmasi akan menciptakan “turf wars” dengan penyedia perawatan kesehatan lain.
Keyakinan yang pertama adalah salah bagi kebanyakan apoteker. Perawatan
farmasi meliputi follow-up dan dokumentasi aktivitas-aktivitas dengan pasien,
yang jarang dilakukan dalam praktek tradisional.
Item kedua dalam daftar ini adalah miskonsespsi yang sangat lazim. Benar,
beberapa pasien akan merasa bahwa mereka tidak membutuhkan perawatan farmasi,
dan beberapa tidak akan menganggapnya layanan yang berharga untuk dibayar,
namun ini bisa berlaku dari semua barang dan jasa yang dijual dimana-mana.
Mengenai keyakinan ketiga, perawatan farmasi sesungguhnya bisa digunakan
sebagai jembatan untuk mengembangkan hubungan
profesional dengan dokter dan penyedia perawatan kesehatan lain.
Untuk menghindari miskonsepsi di
antara penyedia perawatan kesehatan lain, para apoteker harus membiarkan diri
mereka mengetahui bahwa:
- Apoteker memiliki informasi yang bisa digunakan oleh dokter
- Apoteker tertarik dalam bekerja secara kooperatif dengan dokter untuk mencapai hasil dan tujuan dokter demi pasien.
- Apoteker mengunjungi pasien lebih sering dibanding dokter, dan sebab itu bisa bertindak sebagai penyaring (screener) bagi problem pasien. Saat problem teridentifikasi, dokter akan diberi informasi dan dimasukkan dalam semua keputusan.
- Karena adanya aksesibilitas mereka dalam komunitas, apoteker bisa memberi layanan pendidikan pasien yang diperlukan oleh dokter.
Rasa
Takut Perubahan
Beberapa apoteker
membiarkan rasa takut mereka dalam peran pengubah karena menjadi rintangan
dalam mempraktekkan perawatan farmasi. Apoteker mungkin cemas bahwa mereka
kehilangan skill atau pengetahuan untuk memasukkan konsep perawatan farmasi ke
dalam praktek mereka.
Untuk mengatasi rintangan rasa takut, para apoteker harus mengadopsi
filosofi “satu pasien satu waktu.” Skill dan pengetahuan ini yang diperlukan
untuk memberi perawatan farmasi tidak akan diperoleh secara cepat, namun akan
berkembang sepanjang waktu.
Kurangnya
Motivasi
Karena adanya sifat tidak
teguh, motivasi untuk membuat suatu perubahan pasti berasal dari dalam individu
KURANGNYA
SKILL PRAKTEK YANG MAJU
Rintangan
penting lain adalah kurangnya skill praktek yang maju dalam terapeutik,
pemecahan masalah klinis, komunikasi, dokumentasi, dan informasi obat. Para
apoteker perlu mengenal dan merasa yakin mengenai skill yang telah mereka
miliki dan mengorbankan waktu dan usaha ke dalam pembentukan hal-hal yang
lemah.
Terapeutik
Dengan beberapa alasan,
pengetahuan terapeutik adalah tidak konsisten di antara praktisi. Secara
mengejutkan, jumlah tahun di lapangan atau jumlah tahun menghabiskan studi
farmasi nampaknya tidak menjadi indikator akurat dalam pengetahuan terapis
Pemecahan
Masalah Klinis
Beberapa apoteker yang
tertarik dalam memberikan perawatan farmasi merasa berlebihan oleh kurangnya
skill pemecahan-masalah klinis mereka dalam terapeutik dan patofisiologi.
Apoteker yang memandang lemah terapeutik mereka akan berjalan hati-hati, namun
demikian, berjalan dan secara gradual membentuk skill pemecahan-masalah klinis
mereka, yang penting untuk memberi perawatan farmasi.
Skill
Komunikasi
Skill yang sangat penting
untuk menguasai dalam bidang perawatan farmasi adalah komunikasi. Apoteker yang
memberi perawatan akan berinteraksi dengan pasien dan penyedia perawatan
kesehatan lain secara lebih rutin, baik komunikasi lisan maupun tertulis,
dibanding mereka lakukan dalam praktek penyaluran tradisional.
Dokumentasi
Kebanyakan apoteker tidak
terbiasa dengan medokumentasi aktivitas perawatan pasien, sementara penyedia
perawatan kesehatan lain menghabiskan banyak waktu tentang dokumentasi.
Sistem dokumentasi mengizinkan apoteker untuk meninjau secara sistematis
status kesehatan dan terapi obat dari pasien. Sistem ini juga memberi catatan
perawatan terus menerus, termasuk intervensi apoteker, keberhasilan dan
kegagalan regim perlakuan, rencana perawatan yang diimplementasi, dan follow-up
pasien.
Informasi
Obat
Adalah sulit untuk
mengimplementasi perawatan farmasi tanpa pemahaman dan pengetahuan
sumber-sumber informasi obat.
PEMBATAS
TERKAIT-SUMBER
Waktu
Beberapa apoteker adalah
sangat prihatin dengan kurangnya waktu yang mereka miliki atas perawatan
farmasi. Mereka mungkin menggunakan pola workflow yang tidak mendukung layanan
perawatan pasien atau mereka mungkin tidak nyaman mendelegasikan tugas-tugas
kepada pihak lain.
Keuangan
Keprihatinan keuangan bisa
dipicu oleh keyakinan salah bahwa sejumlah besar uang diperlukan untuk
mengimplementasi perawatan farmasi. Merancang ulang farmasi, menyewa lebih
banyak personil, dan membeli komputer
Ruang
Suatu ruang yang
didedikasi untuk memberi perawatan pasien secara privat adalah bersifat kritis.
Tanpanya, pasien bisa prihatin dengan kerahasiaan dan mungkin tidak ingin
memberi kepada apoteker dengan informasi perawatan kesehatan yang diperlukan.
Personil
Untuk memberi perawatan
farmasi kepada pasien, apoteker perlu membebaskan waktu mereka dari
fungsi-fungsi lain – yang hanya bisa dilakukan dengan pemakaian tepat dari
teknisi dan personil pembantu.
Manajemen
Wichman dkk. melihat bahwa manajemen harus
mempertimbangkan empat bidang kunci saat mengimplementasi perubahan.
- Struktur dan fungsi organisasi
- Sumber manusia
- Kebutuhan pendidikan
- Revisi terhadap sistem dan proses
PEMBATAS
TERKAIT-SISTEM
Reimbursement
Persoalan
reimbursement terus membayangi farmasi. Dari semua rintangan terhadap perawatan
farmasi, ini nampaknya menjadi yang sangat real dan sulit diatasi.
Nilai finansial dari perawatan farmasi telah
dinyatakan oleh studi Johnson dan Bootman tentang problem mortalitas dan
morbiditas obat dalam masyarakat sekarang.
Permintaan
Pasien
Pasien
bisa menentang adopsi perawatan farmasi dengan banyak alasan. Beberapa mungkin
enggan menghabiskan waktu tambahan dengan apoteker karena mereka tidak familiar
dengan keahlian apoteker.
Alasan penting kenapa pasien tidak meminta
perawatan farmasi adalah bahwa mereka tidak memahami konsep. Yang merumitkan
masalah ini, banyak apoteker memiliki sedikit atau tidak memiliki pengalaman
Sambutan
oleh Penyedia Perawatan Kesehatan
Secara
realistis, tidak semua dokter atau penyedia perawatan kesehatan akan menghargai
apoteker yang mengambil peran dari penyedia perawatan pasien.
Kekurangan
Data
Kurangnya data yang
membuktikan nilai perawatan farmasi kepada masyarakat merupakan rintangan utama
RINTANGAN
INTRAPROFESIONAL
Hubungan
Profesional
Di masa lalu, organisasi
farmasi yang mewakili apoteker dalam lingkungan praktek tertentu belum bekerja
sama secara efisien demi kebaikan bersama dari farmasi.
Dewan
Farmasi
Farmasi, seperti profesi
perawatan kesehatan lain, adalah bidang yang dinamis. Jika tanggungjawab
apoteker berubah, maka praktek farmasi berubah secara keseluruhan
Perguruan
Tinggi Farmasi
Meskipun beberapa
perguruan tinggi farmasi mungkin tidak memandang diri mereka memiliki peran
dalam menciptakan kapasitas atas perawatan farmasi, dukungan mereka adalah
esensial.
RINTANGAN
AKADEMIK DAN PENDIDIKAN
Kurangnya mentor
(penasehat) dan model peran serta kebutuhan atas perubahan kurikulum merupakan rintangan
teratas dalam kategori ini. Para apoteker, seperti mahasiswa, belajar dengan
melihat dan mengemulasi perilaku dari model peran.
Banyak mahasiswa farmasi yang telah sadar atas perawatan farmasi
mengekspresikan kekecewaan mengenai kurangnya mentor yang memberi perawatan ini
kepada pasien. Perguruan tinggi farmasi bisa membantu meralat problem ini
dengan mendukung praktisi inovatif dan mendorong mereka untuk mengembangkan
hubungan penasehatan dengan mahasiswa.
KESIMPULAN
Rintangan
terhadap implementasi perawatan farmasi terus ada. Menurut waktu, beberapa
rintangan ini telah diminimisasi (misalnya sikap apoteker) selagi rintangan
lain terus mempengaruhi profesi ini (misal kurangnya reimbursement). Dengan
dukungan tepat, perencanaan baik, waktu, dan komitmen, para apoteker bisa
mengatasi beberapa rintangan yang diuraikan dalam bab ini. Profesi ini berubah
cepat – diluar kebutuhan – dan dengan perubahan ini muncul kesempatan. Para
apoteker bisa memiliki efek positif terhadap masa depan profesi ini jika, dari
pada takut perubahan, mereka menguasainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar