Google ads

Rabu, 23 September 2015

Rintangan terhadap Profesi Apoteker dalam Praktek Kefarmasian




                                                                                     
            Perubahan adalah sulit bagi setiap orang. Secara tak terelakkan, para apoteker yang prakteknya mengalami suatu transisi ke perawatan farmasi akan mengalami kesulitan. Sebuah model umum untuk perubahan, yang diterapkan terhadap proses yang telah dialami apoteker dalam menguasai perawatan farmasi, melibatkan langkah-langkah ini:
  1. Persiapan: Kontak ==> Kesadaran
  2. Sambutan: Pemahaman ==> Persepsi Positif
  3. Komitmen: Instalasi ==> Adopsi ==> Institusionalisasi ==> Internalisasi
Fase awal dimana selama ini para apoteker mempersiapkan perubahan ke depan, pertama mencari istilah perawatan farmasi dan mengembangkan suatu kesadaran terhadap eksistensinya. Selama fase kedua, para apoteker secara gradual mengembangkan pemahaman sesungguhnya terhadap apa yang dimaksud mempraktekkan perawatan farmasi dan memandangnya sebagai kekuatan positif dalam farmasi. Selama fase ketiga, para apoteker sesungguhnya mulai berubah. Mereka membuat usaha awal untuk mekonversi praktek ini menjadi perawatan farmasi. Setelah periode percobaan ini, praktek baru diadopsi secara luas sampai ia menjadi bagian dari praktek lazim dalam farmasi itu.
Beberapa artikel telah membahas rintangan terhadap perawatan farmasi dengan berbagai lingkungan praktek, namun sedikit yang telah ditulis mengenai rintangan dalam lingkungan komunitas. Dalam bab ini kami akan membahas rintangan terhadap perawatan farmasi, yang telah kami kelompokkan ke dalam enam kategori:
  1. Sikap apoteker
  2. Kurangnya skill praktek yang maju
  3. Pembatas terkait-sumber
  4. Pembatas terkait-sistem
  5. Rintangan intraprofesional
  6. Rintangan akademis/pendidikan
SIKAP APOTEKER
            Sikap adalah rintangan kritis untuk diatasi. Sayangnya, masih ada beberapa apoteker yang enggan menerima perubahan tak terelakkan dalam profesi.
Kurangnya Komprehensi (Pemahaman)
Suatu definisi yang berlaku dalam perawatan farmasi seharusnya meliputi aktivitas-aktivitas yang dibahas sebelumnya dalam buku ini:
  • Menetapkan hubungan terapis dengan pasien
  • Mewawancarai pasien untuk mengumpulkan data yang diperlu untuk mengidentifikasi problem terapi obat.
  • Mengembangkan dan mengimplementasi rencana perawatan spesifik-pasien untuk mengatasi problem yang teridentifikasi.
  • Memberi layanan pemantauan dan follow-up terus menerus kepada pasien
  • Medokumentasi semua aktivitas perawatan pasien
Miskonsepsi
            Keyakinan umum  mengenai perawatan farmasi yang bisa menghindari apoteker dari membuat praktek yang berhasil meliputi:
  1. Para apoteker sedang mempraktek perawatan farmasi demi seluruh karier mereka.
  2. Pasien tidak akan menerima tipe perawatan ini atau ingin membayarnya.
  3. Perawatan farmasi akan menciptakan “turf wars” dengan penyedia perawatan kesehatan lain.
Keyakinan yang pertama adalah salah bagi kebanyakan apoteker. Perawatan farmasi meliputi follow-up dan dokumentasi aktivitas-aktivitas dengan pasien, yang jarang dilakukan dalam praktek tradisional.
Item kedua dalam daftar ini adalah miskonsespsi yang sangat lazim. Benar, beberapa pasien akan merasa bahwa mereka tidak membutuhkan perawatan farmasi, dan beberapa tidak akan menganggapnya layanan yang berharga untuk dibayar, namun ini bisa berlaku dari semua barang dan jasa yang dijual dimana-mana.
Mengenai keyakinan ketiga, perawatan farmasi sesungguhnya bisa digunakan sebagai jembatan untuk mengembangkan hubungan  profesional dengan dokter dan penyedia perawatan kesehatan lain.
Untuk menghindari miskonsepsi di antara penyedia perawatan kesehatan lain, para apoteker harus membiarkan diri mereka mengetahui bahwa:
  • Apoteker memiliki informasi yang bisa digunakan oleh dokter
  • Apoteker tertarik dalam bekerja secara kooperatif dengan dokter untuk mencapai hasil dan tujuan dokter demi pasien.
  • Apoteker mengunjungi pasien lebih sering dibanding dokter, dan sebab itu bisa bertindak sebagai penyaring (screener) bagi problem pasien. Saat problem teridentifikasi, dokter akan diberi informasi dan dimasukkan dalam semua keputusan.
  • Karena adanya aksesibilitas mereka dalam komunitas, apoteker bisa memberi layanan pendidikan pasien yang diperlukan oleh dokter.
Rasa Takut Perubahan
            Beberapa apoteker membiarkan rasa takut mereka dalam peran pengubah karena menjadi rintangan dalam mempraktekkan perawatan farmasi. Apoteker mungkin cemas bahwa mereka kehilangan skill atau pengetahuan untuk memasukkan konsep perawatan farmasi ke dalam praktek mereka.
Untuk mengatasi rintangan rasa takut, para apoteker harus mengadopsi filosofi “satu pasien satu waktu.” Skill dan pengetahuan ini yang diperlukan untuk memberi perawatan farmasi tidak akan diperoleh secara cepat, namun akan berkembang sepanjang waktu.
Kurangnya Motivasi
            Karena adanya sifat tidak teguh, motivasi untuk membuat suatu perubahan pasti berasal dari dalam individu

KURANGNYA SKILL PRAKTEK YANG MAJU
            Rintangan penting lain adalah kurangnya skill praktek yang maju dalam terapeutik, pemecahan masalah klinis, komunikasi, dokumentasi, dan informasi obat. Para apoteker perlu mengenal dan merasa yakin mengenai skill yang telah mereka miliki dan mengorbankan waktu dan usaha ke dalam pembentukan hal-hal yang lemah.
Terapeutik
            Dengan beberapa alasan, pengetahuan terapeutik adalah tidak konsisten di antara praktisi. Secara mengejutkan, jumlah tahun di lapangan atau jumlah tahun menghabiskan studi farmasi nampaknya tidak menjadi indikator akurat dalam pengetahuan terapis
Pemecahan Masalah Klinis
            Beberapa apoteker yang tertarik dalam memberikan perawatan farmasi merasa berlebihan oleh kurangnya skill pemecahan-masalah klinis mereka dalam terapeutik dan patofisiologi. Apoteker yang memandang lemah terapeutik mereka akan berjalan hati-hati, namun demikian, berjalan dan secara gradual membentuk skill pemecahan-masalah klinis mereka, yang penting untuk memberi perawatan farmasi.
Skill Komunikasi
            Skill yang sangat penting untuk menguasai dalam bidang perawatan farmasi adalah komunikasi. Apoteker yang memberi perawatan akan berinteraksi dengan pasien dan penyedia perawatan kesehatan lain secara lebih rutin, baik komunikasi lisan maupun tertulis, dibanding mereka lakukan dalam praktek penyaluran tradisional.
Dokumentasi
            Kebanyakan apoteker tidak terbiasa dengan medokumentasi aktivitas perawatan pasien, sementara penyedia perawatan kesehatan lain menghabiskan banyak waktu tentang dokumentasi.
Sistem dokumentasi mengizinkan apoteker untuk meninjau secara sistematis status kesehatan dan terapi obat dari pasien. Sistem ini juga memberi catatan perawatan terus menerus, termasuk intervensi apoteker, keberhasilan dan kegagalan regim perlakuan, rencana perawatan yang diimplementasi, dan follow-up pasien.


Informasi Obat
            Adalah sulit untuk mengimplementasi perawatan farmasi tanpa pemahaman dan pengetahuan sumber-sumber informasi obat.

PEMBATAS TERKAIT-SUMBER
Waktu
            Beberapa apoteker adalah sangat prihatin dengan kurangnya waktu yang mereka miliki atas perawatan farmasi. Mereka mungkin menggunakan pola workflow yang tidak mendukung layanan perawatan pasien atau mereka mungkin tidak nyaman mendelegasikan tugas-tugas kepada pihak lain.
Keuangan
            Keprihatinan keuangan bisa dipicu oleh keyakinan salah bahwa sejumlah besar uang diperlukan untuk mengimplementasi perawatan farmasi. Merancang ulang farmasi, menyewa lebih banyak personil, dan membeli komputer
Ruang
            Suatu ruang yang didedikasi untuk memberi perawatan pasien secara privat adalah bersifat kritis. Tanpanya, pasien bisa prihatin dengan kerahasiaan dan mungkin tidak ingin memberi kepada apoteker dengan informasi perawatan kesehatan yang diperlukan.
Personil
            Untuk memberi perawatan farmasi kepada pasien, apoteker perlu membebaskan waktu mereka dari fungsi-fungsi lain – yang hanya bisa dilakukan dengan pemakaian tepat dari teknisi dan personil pembantu.
Manajemen
Wichman dkk. melihat bahwa manajemen harus mempertimbangkan empat bidang kunci saat mengimplementasi perubahan.
  • Struktur dan fungsi organisasi
  • Sumber manusia
  • Kebutuhan pendidikan
  • Revisi terhadap sistem dan proses

PEMBATAS TERKAIT-SISTEM
Reimbursement
            Persoalan reimbursement terus membayangi farmasi. Dari semua rintangan terhadap perawatan farmasi, ini nampaknya menjadi yang sangat real dan sulit diatasi.
Nilai finansial dari perawatan farmasi telah dinyatakan oleh studi Johnson dan Bootman tentang problem mortalitas dan morbiditas obat dalam masyarakat sekarang.
Permintaan Pasien
            Pasien bisa menentang adopsi perawatan farmasi dengan banyak alasan. Beberapa mungkin enggan menghabiskan waktu tambahan dengan apoteker karena mereka tidak familiar dengan keahlian apoteker.
Alasan penting kenapa pasien tidak meminta perawatan farmasi adalah bahwa mereka tidak memahami konsep. Yang merumitkan masalah ini, banyak apoteker memiliki sedikit atau tidak memiliki pengalaman
Sambutan oleh Penyedia Perawatan Kesehatan
            Secara realistis, tidak semua dokter atau penyedia perawatan kesehatan akan menghargai apoteker yang mengambil peran dari penyedia perawatan pasien.
Kekurangan Data
            Kurangnya data yang membuktikan nilai perawatan farmasi kepada masyarakat merupakan rintangan utama

RINTANGAN INTRAPROFESIONAL
Hubungan Profesional
            Di masa lalu, organisasi farmasi yang mewakili apoteker dalam lingkungan praktek tertentu belum bekerja sama secara efisien demi kebaikan bersama dari farmasi.
Dewan Farmasi
            Farmasi, seperti profesi perawatan kesehatan lain, adalah bidang yang dinamis. Jika tanggungjawab apoteker berubah, maka praktek farmasi berubah secara keseluruhan
Perguruan Tinggi Farmasi
            Meskipun beberapa perguruan tinggi farmasi mungkin tidak memandang diri mereka memiliki peran dalam menciptakan kapasitas atas perawatan farmasi, dukungan mereka adalah esensial.

RINTANGAN AKADEMIK DAN PENDIDIKAN
            Kurangnya mentor (penasehat) dan model peran serta kebutuhan atas perubahan kurikulum merupakan rintangan teratas dalam kategori ini. Para apoteker, seperti mahasiswa, belajar dengan melihat dan mengemulasi perilaku dari model peran.
Banyak mahasiswa farmasi yang telah sadar atas perawatan farmasi mengekspresikan kekecewaan mengenai kurangnya mentor yang memberi perawatan ini kepada pasien. Perguruan tinggi farmasi bisa membantu meralat problem ini dengan mendukung praktisi inovatif dan mendorong mereka untuk mengembangkan hubungan penasehatan dengan mahasiswa.

KESIMPULAN
            Rintangan terhadap implementasi perawatan farmasi terus ada. Menurut waktu, beberapa rintangan ini telah diminimisasi (misalnya sikap apoteker) selagi rintangan lain terus mempengaruhi profesi ini (misal kurangnya reimbursement). Dengan dukungan tepat, perencanaan baik, waktu, dan komitmen, para apoteker bisa mengatasi beberapa rintangan yang diuraikan dalam bab ini. Profesi ini berubah cepat – diluar kebutuhan – dan dengan perubahan ini muncul kesempatan. Para apoteker bisa memiliki efek positif terhadap masa depan profesi ini jika, dari pada takut perubahan, mereka menguasainya.

Tidak ada komentar:

Google Ads