Modifikasi
lempung dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan aktivasi
menggunakan asam, basa atau dengan cara pilarisasi (Sidabutar, 1999). Modifikasi lempung dengan cara pilarisasi
bertujuan untuk meningkatkan sifat khusus lempung dengan cara menghilangkan
unsur-unsur pengotor yang terdapat dalam lempung (Nusyirwan, 2005).
Pilarisasi
lempung dapat dilakukan dengan cara menyisipkan senyawa oligomer anorganik ke
dalam struktur lempung yang akan merubah jarak kisi, luas permukaan dan
kapasitas tukar kation. Pada prinsipnya, pilarisasi lempung terjadi karena
adanya pertukaran kation-kation pada kerangka utama lempung dengan kation logam
polihidroksi yang kemudian dikalsinasi pada suhu tertentu (Salerno,P and Mendioroz, S, 2002).
Tujuan
kalsinasi lempung yang telah diinterkalasi dengan senyawa oligomer adalah untuk
membentuk pilar-pilar dalam pori-pori lempung. Karena selama proses kalsinasi
tersebut ion-ion dalam senyawa oligomer akan mengalami dehidroksilasi dan
dehidrasi membentuk oksida yang berfungsi sebagai pilar untuk penyangga
lapisan-lapisan lempung.
Menurut Husen (2002),
ruang antar lapisan-lapisan struktur
lempung biasanya ditempati oleh
molekul air ataupun kation-kation yang
dapat dipertukarkan. Struktur
yang demikian menyebabkan lempung tidak begitu tahan terhadap
perlakuan suhu dan
akan mengalamikerusakan struktur
pada suhu 650°C. Guna
menghindari keduanya struktur
yang berupa lapisan tersebut
dapat diubah menjadi
suatu bahan yang
memiliki struktur pori dua
dimensi, yaitu dengan
membentuk pilar-pilar antara
lapisan-lapisannya.
Lempung
dari jenis monmollironit atau dikenal dengan bentonit memiliki kecenderungan
mengalami swelling (mengembang) jika berada dalam
medium air. Proses swelling pada lempung tersebut akan
mempengaruhi daya serap lempung sebagai adsorban ataupun sebagai katalis,
sehingga salah satu cara modifikasi yang tepat untuk lempung tersebut adalah
dengan cara pilarisasi. Pada gambar 2 di perlihatkan bahwa pada medium air pun,
lempung yang telah terpilar tidak mengalami sweeling dan tetap strukturnya setelah
mengalami dehidrasi sekalipun (Husen, 2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar