Google ads

Selasa, 22 September 2015

Gambut



Gambut
       Gambut pertama kali ditemukan oleh Kyooker, Dia merupakan seorang pejabat Belanda pada tahun 1860  yang menyatakan bahwa 1/6 areal wilayah Sumatra ditempati gambut.Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tetumbuhan  yang setengah membusuk.oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain. Istilah gambut sendiri diserap dari bahasa daerah Banjar.
Sebagai bahan organik, gambut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Volume gambut di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4 trilyun m³, yang menutupi wilayah sebesar kurang-lebih 3 juta km² atau sekitar 2% luas daratan di dunia, dan mengandung potensi energi kira-kira 8 miliar terajoule.
Deposit gambut tersebar di banyak tempat di dunia, terutama di Rusia, Belarusia, Ukraina, Irlandia, Finlandia, Estonia, Skotlandia, Polandia, Jerman utara, Belanda, Skandinavia, dan di Amerika Utara, khususnya di Kanada, Michigan, Minnesota, Everglades di Florida, dan di delta Sungai Sacramento-San Joaquin di Kalifornia. Kandungan gambut di belahan bumi selatan lebih sedikit, karena memang lahannya lebih sempit, namun gambut dapat dijumpai di Selandia Baru, Kerguelen, Patagonia selatan Tierra del Fuego dan Kepulauan Falkland.
Sekitar 60% lahan basah di dunia adalah gambut,dan sekitar 7% dari lahan-lahan gambut itu telah dibuka dan dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian dan kehutanan. Manakala kondisinya sesuai, gambut dapat berubah menjadi sejenis batubara setelah melewati periode waktu geologis.

*      Pembentukan gambut
Gambut terbentuk tatkala bagian-bagian tumbuhan yang luruh terhambat pembusukannya, biasanya di lahan-lahan berawa, karena kadar keasaman yang tinggi atau kondisi anaerob di perairan setempat. Tidak mengherankan jika sebagian besar tanah gambut tersusun dari serpih dan kepingan sisa tumbuhan, daun, ranting, pepagan, bahkan kayu-kayu besar, yang belum sepenuhnya membusuk. Kadang-kadang ditemukan pula, karena ketiadaan oksigen bersifat menghambat dekomposisi, sisa-sisa bangkai binatang dan serangga yang turut terawetkan di dalam lapisan-lapisan gambut.
Lazimnya di dunia, disebut sebagai gambut apabila kandungan bahan organik dalam tanah melebihi 30%; akan tetapi hutan-hutan rawa gambut di Indonesia umumnya mempunyai kandungan melebihi 65% dan kedalamannya melebihi dari 50cm. Tanah dengan kandungan bahan organik antara 35–65% juga biasa disebut muck.
Pertambahan lapisan-lapisan gambut dan derajat pembusukan (humifikasi) terutama bergantung pada komposisi gambut dan intensitas penggenangan. Gambut yang terbentuk pada kondisi yang teramat basah akan kurang terdekomposisi, dan dengan demikian akumulasinya tergolong cepat, dibandingkan dengan gambut yang terbentuk di lahan-lahan yang lebih kering. Sifat-sifat ini memungkinkan para klimatolog menggunakan gambut sebagai indikator perubahan iklim di masa lampau. Demikian pula, melalui analisis terhadap komposisi gambut, terutama tipe dan jumlah penyusun bahan organiknya, para ahli arkeologi dapat merekonstruksi gambaran ekologi di masa purba.
Pada kondisi yang tepat, gambut juga merupakan tahap awal pembentukan batubara. Gambut bog yang terkini, terbentuk di wilayah lintang tinggi pada akhir Zaman Es terakhir, sekitar 9.000 tahun yang silam. Gambut ini masih terus bertambah ketebalannya dengan laju sekitar beberapa milimeter setahun. Namun gambut dunia diyakini mulai terbentuk tak kurang dari 360 juta tahun silam dan kini menyimpan sekitar 550 Gt karbon.
*      Macam-macam
Luas lahan gambut di Sumatra diperkirakan berkisar antara 7,3–9,7 juta hektare atau kira-kira seperempat luas lahan gambut di seluruh daerah tropika. Menurut kondisi dan sifat-sifatnya, gambut di sini dapat dibedakan atas gambut topogen dan gambut ombrogen.
a)    Gambut topogen ialah lapisan tanah gambut yang terbentuk karena genangan air yang terhambat drainasenya pada tanah-tanah cekung di belakang pantai, di pedalaman atau di pegunungan. Gambut jenis ini umumnya tidak begitu dalam, hingga sekitar 4 m saja, tidak begitu asam airnya dan relatif subur; dengan zat hara yang berasal dari lapisan tanah mineral di dasar cekungan, air sungai, sisa-sisa tumbuhan, dan air hujan. Gambut topogen relatif tidak banyak dijumpai.

b)   Gambut ombrogen lebih sering dijumpai, meski semua gambut ombrogen bermula sebagai gambut topogen. Gambut ombrogen lebih tua umurnya, pada umumnya lapisan gambutnya lebih tebal, hingga kedalaman 20 m, dan permukaan tanah gambutnya lebih tinggi daripada permukaan sungai di dekatnya. Kandungan unsur hara tanah sangat terbatas, hanya bersumber dari lapisan gambut dan dari air hujan, sehingga tidak subur. Sungai-sungai atau drainase yang keluar dari wilayah gambut ombrogen mengalirkan air yang keasamannya tinggi (pH 3,0–4,5), mengandung banyak asam humus dan warnanya coklat kehitaman seperti warna air teh yang pekat. Itulah sebabnya sungai-sungai semacam itu disebut juga sungai air hitam.
Gambut ombrogen kebanyakan terbentuk tidak jauh dari pantai. Tanah gambut ini kemungkinan bermula dari tanah endapan mangrove yang kemudian mengering; kandungan garam dan sulfida yang tinggi di tanah itu mengakibatkan hanya sedikit dihuni oleh jasad-jasad renik pengurai. Dengan demikian lapisan gambut mulai terbentuk di atasnya. Penelitian di Sarawak memperlihatkan bahwa gambut mulai terbentuk di atas lumpur mangrove sekitar 4.500 tahun yang lalu  pada awalnya dengan laju penimbunan sekitar 0,475 m/100 tahun (pada kedalaman gambut 10–12 m), namun kemudian menyusut hingga sekitar 0,223 m/100 tahun pada kedalaman 0–5 m Agaknya semakin tua hutan di atas tanah gambut ini tumbuh semakin lamban akibat semakin berkurangnya ketersediaan hara.
Berdasarkan ketebalannya, gambut dibedakan menjadi empat tipe :
  1. Gambut Dangkal, dengan ketebalan 0.5 – 1.0 m
  2. Gambut Sedang, memiliki ketebalan 1.0 – 2.0 m 
  3. Gambut Dalam, dengan ketebalan 2.0 – 3.0 m
  4. Gambut Sangat Dalam, yang memiliki ketebalan melebihi 3.0 m
Selanjutnya berdasarkan kematangannya, gambut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
  1. Fibrik, digolongkan demikian apabila bahan vegetatif aslinya masih dapat diidentifikasikan atau telah sedikit mengalami dekomposisi
  2. Hemik, disebut demikian apabila tingkat dekomposisinya sedang
  3. Saprik, merupakan penggolongan terakhir yang apabila telah mengalami tingkat dekomposisi lanjut.
*      Karakteristik fisik dan kimia gambut
·         Kadar air
kadar air tanah gambut berkisar antar 100-1.300 dari berat keringnya.artinya bahwa gambut dapat menyerap air 13 kali bobotnya.dengan demikian sampai batas tertentu,kubah gambut dapat mengalirkan air ke areal sekelilingnya.kadar air yang tinggi menyebabkan BD menjadi rendah.
·         Berat IsI ( bulk density,BD )
Rendahnya Bd gambut menyebabkan daya menahan atau menyangga beban menjadi sangat rendah .hal ini menyulitkan beoperasinya peralatan mekanisasi,karrena tanahnya empuk.
·         Mengering Tidak Balik
Gambut yang tidak mengering dengan kadar air<100%,tidak bisa menyerap air lagi jika dibasahi.gmabut yang mengering ini sifatnya sama dengan kayu kering yang mudah hayut dibawa aliran air dan mudah terbakar dalam keadaan kering.
      Secara kimiawi bereaksi asam (pH dibawah 4 )
      Kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman karena rasio c/n yang tinggi.
      memiliki kandungan unsur K, Ca, Mg, P yang rendah dan juga memiliki kandungan unsur mikro (seperti Cu, Zn, Mn serta B) yang rendah pula.

Luas total lahan gambut di Indonesia
Propinsi
 Luas total ( ha )
Riau
4.043.600
Jambi
716.839
SumSel
1.483.662
KalTeng
3.010.640
KalBar
1.729.980
KalSel
331.629
Papua Barat
7.001.239


*      Pengelolaan Kesuburan pada tanah Gambut
      Banyak kendala antara lain kematangan dan ketebalan gambut yang bervariasi,menurunan permukaan gambut,rendahnya daya tumpu,rendahnya kesuburan tanah,pH yang sangat asam dan munculnya lapisan pirit.
      Untuk mengatasi kendala kesuburan lahan gambut pada umumnya dilakukan pemberian abu bakran gambut,kapur dan pemberian pupuk kimia,pengaturan air (drainase dan irigasi),pencegahan hama dan penyakit.

*      Pemamfaatan gambut
      gambut digunakan untuk lahan pertanian,pemukiman,perkembangan kehutanan dan pemamfaatan untuk sumber daya energi mau pun dari segi fungsi lingkungan hidup sebagai penyangga kehidupan yang beraneka ragam dan menjaga perubahan global.

*      Dampak pembukaan lahan gambut
      Hilangnya berbagai jenis flora dan fauna
      Kemungkinan terjadinya instrusi air asinn dari laut
      Kenaikan keasaman tanah
      Timbulnya banjir di daerah Hilir
      Keterbatasan sumber air bersih
      Berkurangnya kandungan Oksigen di udara
Terjadinya penurunan muka tanah

Tidak ada komentar:

Google Ads