Gambut
Gambut pertama kali ditemukan oleh
Kyooker, Dia merupakan seorang pejabat Belanda pada tahun 1860 yang menyatakan bahwa 1/6 areal wilayah
Sumatra ditempati gambut.Gambut adalah jenis tanah yang
terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tetumbuhan yang setengah membusuk.oleh
sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk
di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat dan lahan-lahan bergambut di
berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor,
muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain. Istilah gambut
sendiri diserap dari bahasa daerah Banjar.
Sebagai bahan organik, gambut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Volume gambut di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4 trilyun m³, yang
menutupi wilayah sebesar kurang-lebih 3 juta km² atau
sekitar 2% luas daratan di dunia, dan mengandung potensi energi kira-kira 8
miliar terajoule.
Deposit gambut tersebar di banyak tempat di dunia, terutama di Rusia, Belarusia, Ukraina, Irlandia, Finlandia, Estonia, Skotlandia, Polandia, Jerman utara, Belanda, Skandinavia, dan di Amerika Utara, khususnya di Kanada, Michigan, Minnesota, Everglades di Florida, dan di delta Sungai Sacramento-San Joaquin di Kalifornia. Kandungan gambut di belahan bumi selatan lebih sedikit, karena memang
lahannya lebih sempit, namun
gambut dapat dijumpai di Selandia Baru, Kerguelen, Patagonia selatan Tierra del Fuego dan Kepulauan Falkland.
Sekitar 60% lahan basah di dunia adalah gambut,dan
sekitar 7% dari lahan-lahan gambut itu telah dibuka dan dimanfaatkan untuk
kepentingan pertanian dan kehutanan. Manakala kondisinya sesuai, gambut dapat berubah menjadi sejenis batubara setelah melewati periode waktu geologis.
Pembentukan gambut
Gambut terbentuk tatkala bagian-bagian tumbuhan yang luruh terhambat
pembusukannya,
biasanya di lahan-lahan berawa, karena kadar keasaman yang tinggi atau kondisi anaerob di perairan setempat. Tidak mengherankan jika sebagian besar tanah gambut
tersusun dari serpih dan kepingan sisa tumbuhan, daun, ranting, pepagan, bahkan
kayu-kayu besar, yang belum sepenuhnya membusuk. Kadang-kadang ditemukan pula,
karena ketiadaan oksigen bersifat menghambat dekomposisi, sisa-sisa bangkai binatang dan serangga yang turut terawetkan di dalam lapisan-lapisan gambut.
Lazimnya di dunia, disebut sebagai gambut apabila kandungan bahan organik
dalam tanah melebihi 30%; akan tetapi hutan-hutan rawa gambut di Indonesia umumnya mempunyai kandungan melebihi 65% dan kedalamannya melebihi dari 50cm. Tanah
dengan kandungan bahan organik antara 35–65% juga biasa disebut muck.
Pertambahan lapisan-lapisan gambut dan derajat pembusukan (humifikasi)
terutama bergantung pada komposisi gambut dan intensitas penggenangan. Gambut
yang terbentuk pada kondisi yang teramat basah akan kurang terdekomposisi, dan
dengan demikian akumulasinya tergolong cepat, dibandingkan dengan gambut yang
terbentuk di lahan-lahan yang lebih kering. Sifat-sifat ini memungkinkan para klimatolog menggunakan gambut sebagai
indikator perubahan iklim di masa lampau. Demikian pula, melalui analisis
terhadap komposisi gambut, terutama tipe dan jumlah penyusun bahan organiknya,
para ahli arkeologi dapat merekonstruksi gambaran ekologi di masa purba.
Pada kondisi yang tepat, gambut juga merupakan tahap awal pembentukan batubara. Gambut bog yang terkini, terbentuk di
wilayah lintang tinggi pada akhir Zaman Es terakhir, sekitar 9.000 tahun yang silam. Gambut ini masih terus bertambah
ketebalannya dengan laju sekitar beberapa milimeter setahun. Namun gambut dunia diyakini mulai terbentuk tak kurang dari 360
juta tahun silam dan kini
menyimpan sekitar 550 Gt karbon.
Macam-macam
Luas lahan gambut di Sumatra diperkirakan berkisar antara 7,3–9,7 juta hektare atau kira-kira seperempat luas lahan gambut di seluruh daerah tropika. Menurut kondisi dan sifat-sifatnya, gambut di sini dapat dibedakan atas
gambut topogen dan gambut ombrogen.
a) Gambut topogen ialah lapisan tanah gambut yang
terbentuk karena genangan air yang terhambat drainasenya pada tanah-tanah
cekung di belakang pantai, di pedalaman atau di pegunungan. Gambut jenis ini
umumnya tidak begitu dalam, hingga sekitar 4 m saja, tidak begitu asam airnya dan relatif subur; dengan zat hara yang berasal dari lapisan tanah mineral di dasar cekungan, air sungai, sisa-sisa tumbuhan, dan air hujan. Gambut topogen relatif tidak banyak dijumpai.
b) Gambut ombrogen lebih sering dijumpai, meski
semua gambut ombrogen bermula sebagai gambut topogen. Gambut ombrogen lebih tua
umurnya, pada umumnya lapisan gambutnya lebih tebal, hingga kedalaman 20 m, dan
permukaan tanah gambutnya lebih tinggi daripada permukaan sungai di dekatnya.
Kandungan unsur hara tanah sangat terbatas, hanya bersumber dari lapisan gambut
dan dari air hujan, sehingga tidak subur. Sungai-sungai atau drainase yang
keluar dari wilayah gambut ombrogen mengalirkan air yang keasamannya tinggi (pH
3,0–4,5), mengandung banyak asam humus dan warnanya coklat kehitaman
seperti warna air teh yang pekat. Itulah sebabnya
sungai-sungai semacam itu disebut juga sungai air hitam.
Gambut ombrogen kebanyakan
terbentuk tidak jauh dari pantai. Tanah gambut ini kemungkinan bermula dari
tanah endapan mangrove yang kemudian mengering; kandungan garam dan sulfida yang tinggi di tanah itu
mengakibatkan hanya sedikit dihuni oleh jasad-jasad renik pengurai. Dengan demikian lapisan gambut
mulai terbentuk di atasnya. Penelitian di Sarawak memperlihatkan bahwa gambut mulai terbentuk di atas lumpur mangrove
sekitar 4.500 tahun yang lalu pada awalnya dengan laju penimbunan sekitar
0,475 m/100 tahun (pada kedalaman gambut 10–12 m), namun kemudian menyusut
hingga sekitar 0,223 m/100 tahun pada kedalaman 0–5 m Agaknya semakin tua hutan di atas tanah gambut ini tumbuh semakin lamban akibat semakin berkurangnya
ketersediaan hara.
Berdasarkan ketebalannya,
gambut dibedakan menjadi empat tipe :
- Gambut Dangkal, dengan ketebalan 0.5 – 1.0 m
- Gambut Sedang, memiliki ketebalan 1.0 – 2.0 m
- Gambut Dalam, dengan ketebalan 2.0 – 3.0 m
- Gambut Sangat Dalam, yang memiliki ketebalan melebihi 3.0 m
Selanjutnya berdasarkan kematangannya, gambut dibedakan
menjadi tiga jenis,
yaitu :
- Fibrik, digolongkan demikian apabila bahan vegetatif aslinya masih dapat diidentifikasikan atau telah sedikit mengalami dekomposisi
- Hemik, disebut demikian apabila tingkat dekomposisinya sedang
- Saprik, merupakan penggolongan terakhir yang apabila telah mengalami tingkat dekomposisi lanjut.
Karakteristik fisik dan kimia gambut
·
Kadar air
kadar air tanah gambut berkisar
antar 100-1.300 dari berat keringnya.artinya bahwa gambut dapat menyerap air 13
kali bobotnya.dengan demikian sampai batas tertentu,kubah gambut dapat
mengalirkan air ke areal sekelilingnya.kadar air yang tinggi menyebabkan BD
menjadi rendah.
·
Berat IsI (
bulk density,BD )
Rendahnya Bd gambut menyebabkan daya
menahan atau menyangga beban menjadi sangat rendah .hal ini menyulitkan
beoperasinya peralatan mekanisasi,karrena tanahnya empuk.
·
Mengering
Tidak Balik
Gambut yang tidak mengering dengan
kadar air<100%,tidak bisa menyerap air lagi jika dibasahi.gmabut yang
mengering ini sifatnya sama dengan kayu kering yang mudah hayut dibawa aliran
air dan mudah terbakar dalam keadaan kering.
•
Secara
kimiawi bereaksi asam (pH dibawah 4 )
•
Kandungan N
total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman karena rasio c/n yang tinggi.
•
memiliki kandungan unsur K, Ca, Mg, P yang rendah dan juga memiliki
kandungan unsur mikro (seperti Cu, Zn, Mn serta B) yang rendah pula.
Luas total
lahan gambut di Indonesia
Propinsi
|
Luas total ( ha )
|
Riau
|
4.043.600
|
Jambi
|
716.839
|
SumSel
|
1.483.662
|
KalTeng
|
3.010.640
|
KalBar
|
1.729.980
|
KalSel
|
331.629
|
Papua Barat
|
7.001.239
|
Pengelolaan Kesuburan pada tanah Gambut
•
Banyak kendala
antara lain kematangan dan ketebalan gambut yang bervariasi,menurunan permukaan
gambut,rendahnya daya tumpu,rendahnya kesuburan tanah,pH yang sangat asam dan
munculnya lapisan pirit.
•
Untuk
mengatasi kendala kesuburan lahan gambut pada umumnya dilakukan pemberian abu
bakran gambut,kapur dan pemberian pupuk kimia,pengaturan air (drainase dan
irigasi),pencegahan hama dan penyakit.
Pemamfaatan gambut
•
gambut
digunakan untuk lahan pertanian,pemukiman,perkembangan kehutanan dan
pemamfaatan untuk sumber daya energi mau pun dari segi fungsi lingkungan hidup
sebagai penyangga kehidupan yang beraneka ragam dan menjaga perubahan global.
Dampak pembukaan lahan gambut
•
Hilangnya
berbagai jenis flora dan fauna
•
Kemungkinan
terjadinya instrusi air asinn dari laut
•
Kenaikan
keasaman tanah
•
Timbulnya
banjir di daerah Hilir
•
Keterbatasan
sumber air bersih
•
Berkurangnya
kandungan Oksigen di udara
Terjadinya
penurunan muka tanah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar