I.
DESKRIPSI
PENYAKIT
A.
Definisi
Infeksi Dengue adalah
infeksi yang disebabkan oleh Virus Dengue (DEN), yang terdiri dari empat
serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Sedangkan vektor dari infeksi
ini adalah nyamuk Aedes, terutama Aedes
aegypti.
Klasifikasi
kasus Dengue
Manifestasi klinis
infeksi Dengue bervariasi dari tanpa gejala, penyakit demam ringan yang tidak
spesifik. Demam Dengue (DD), atau bentuk yang lebih parah yakni Demam Berdarah
Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).
Klasifikasi kasus
Dengue yang digunakan saat ini adalah sebagai berikut :
Infeksi Virus Dengue
Asimtomatik Simptomatik
Demam tanpa Perbedaan Demam Dengue (DD) Demam Berdarah Dengue (DBD)
(sindrom viral) (sindrom kebocoran plasma)
Tanpa Berdarah Dengan Berdarah Tanpa shock Dengue Shock Syndrome (DSS)
Infeksi
asimtomatik Demam Dengue Demam
Berdarah Dengue
Atau
Demam tanpa
perbedaan
Gambar
1.
Klasifikasi Kasus Dengue
Klinisi mengalami
beberapa kesulitan dalam menetapkan kriteria DBD di situasi klinis dengan
menggunakan klasifikasi yang ada. Selain itu banyak kasus DBD berat yang
ditemukan ternyata sulit untuk memenuhi kriteria yang dirumuskan. World Health Organisation (WHO) dalam
pedoman terapi terbarunya mengusulkan klasifikasi Dengue berdasarkan tingkat
keparahan. Klasifikasi yang baru ini diharapkan akan lebih praktis bagi para
klinisi untuk mengetahui dimana dan seberapa intensif pengamatan dan pengobatan
pada pasien. Selain itu diharapkan akan menunjang pelaporan yang lebih
konsisten dalam sistem surveilans nasional dan internasional, serta dapat
digunakan sebagai alat ukur akhir pada penelitian pengembangan vaksin dan obat.
Model secepatnya.
B.
Patofisiologi dan
Patogenesis
·
Virus dengue masuk ke dalam tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk terutama Aedes
aegypti.
·
Masa inkubasi virus dengue di dalam
tubuh manusia 4-10 hari.
·
Setelah masuk ke dalam tubuh manusia,
virus melakukan replikasi dalam sel makrofag dan membentuk kompleks
antigen-antibodi.
·
Kompleks antigen-antibodi menyebabkan
sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang
ekstraseluler, sehingga mengakibatkan keadaan hipovalemik dan syok. Pada pasien
dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang hingga lebih dari 30%,
ditandai dengan adanya peningkatan kadar hematokrit, dan penurunan kadar
natrium.
·
Kompleks antigen-antibodi juga
menyebabkan agregasi trombosit sehingga trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endhotelial system) dan terjadi
trombositopenia. Agregasi trombosit akan menyebabkan pengeluaran platelet
faktor III dan mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif (KID=koagulasi
intravaskular deseminata), yang ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen degradation product) sehingga
terjadi penurunan faktor pembekuan.
Patogenesis
Tiga
fase dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, yaitu fase demam (febrile
phase), fase kritis (critical phase) dan fase reabsorpsi (reabsorption phase).
1. Fase
Demam
Pada fase ini, pasien
mengalami demam tinggi secara tiba-tiba selama 2 sampai 7 hari, muka merah (facial flushing), nyeri/linu seluruh
tubuh (generalized body ache), nyeri
otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), sakit kepala, dan eritema
pada kulit. Pasien juga dapat mengalami anoreksia, mual, dan muntah.
Masalah klinis yang
mungkin timbul dalam tahap ini adalah dehidrasi, dan pada anak – anak, demam
tinggi dapat menyebabkan gangguan syaraf dan kejang demam.
Pada fase ini sulit
untuk membedakan antara demam yang disebabkan infeksi Dengue atau penyakit
lain. Para klinisi dapat mengguanakan uji tourniquet,
dimana hasil uji tourniquet positif
menunjukkan kemungkinan demam karena infeksi dengue lebih besar. Selain itu
pada fase ini tingkat keparahan penyakit sulit untuk dibedakan.
2. Fase
Kritis
Fase ini biasanya
ditandai dengan penurunan suhu menjadi 37,5-380C atau kurang, dan akan
terus bertahan di bawah temperatur di atas. Pasien dalam tahap ini mempunyai
resiko tertinggi terhadap segala manifestasi klinis akibat kebocoran plasma dan
perlu dimonitor dengan seksama. Terapi yang tepat untuk mengganti kekurangan
cairan dan menstabilkan volume intravaskular sangat penting. Kebocoran plasma
yang signifikan biasanya berlangsung 24-48 jam.
Sebelum terjadinya
kebocoran plasma, leukopenia biasanya diikuti dengan penurunan cepat jumlah
platelet. Pada saat fase kritis atau fase dimana terjadi kebocoran plasma ini,
beberapa indikator seperti penurunan suhu, peningkatan hematokrit (peningkatan
≥ 20% dari baseline), trobositopenia (≤ 100.000 sel/mm3),
hipokolesterolemia, efusi pleura pada tampakan sinar x, dan adanya asites dapat
ditemukan. Monitoring yang diperlukan untuk pasien dengan kebocoran plasma
mencakup seluruh parameter hemodinamik yang berkaitan dengan kompensasi syok,
contohnya : takikardia yang tidak diikuti adanya demam, denyut nadi tang lemah,
ekstremitas terasa dingin, narrowing
pulse (tekanan darah sistol-tekanan darah diastol<20mmHg), penundaan
pengisian pembuluh darah kapiler/ capillary refill time (> 2 detik), dan
oligouria.
Syok dapat terjadi
terutama pada pasien yang kehilangan banyak cairan dan dikategorikan sebagai DSS.
Syok yang lama dapat menyebabkan kerusakan organ, asidosis metabolik dan
penyebaran penggumpalan darah intravaskuler, yang akhirnya dapat mengakibatkan
kematian.
3. Fase
Reabsorpsi
Tahap ini dimulai jika
pasien dapat bertahan dari fase kritis. Pada fase ini, kebocoran plasma
berhenti dan cairan dari ruang intravaskular diserap kembali., kondisi pasien
meningkat, nafsu makan berangsur-angsur kembali normal, gangguan
gastriintestinal membaik dan tanda vital mulai stabil seperti tekanan nadi
mulai melebar, denyut nadi menguat, hematokrit kemabali normal, dan adanya
peningkatan pengeluaran urin.
Pasien juga dapat
mengalami ruam yang cukup khas. Masalah klinis yang berhubungan dengan fase ini
biasanya terkait dengan manajemen cairan intravena. Hipervolemia atau fluid
overload dapat terjadi jika cairan IV yang diberikan terlalu banyak atau waktu
pemberiannya terlalu panjang.
C.
Manifestasi
Klinis
·
Demam tinggi mendadak, kadang – kadang
bifasik (saddle back fever)
·
Nyeri kepala berat
·
Nyeri belakang bola mata
·
Nyeri otot, tulang atau sendi
·
Mual, muntah
·
Timbulnya ruam yang berbentuk
makulopapular, ruam merah halus, petekia.
Tanda – tanda berbahaya (warning signs)
·
Nyeri perut
·
Muntah yang menetap/terus menerus
·
Akumulasi cairan
·
Perdarahan mukosa (mimisan, perdarahan
gusi)
·
Letargi dan restlessness
·
Pembesaran hati > 2 cm
·
Peningkatan hematokrit yang disertai
dengan penurunan jumlah platelet yang cepat.
Kriteria
dengue berat (severe dengue)
·
Syok (DSS)
·
Akumulasi cairan
·
Perdarahan hebat
·
Peningkatan nilai AST (aspartate aminotransferase) atau ALT (alanine aminotransferase) ≥ 1000
·
Gangguan kesadaran
·
Gangguan fungsi organ jantung dan organ
lain
II.
TERAPI
A.
Tujuan
Terapi
Pengobatan DBDbersifat
simtomatik dan suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai
akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan perdarahan.
B.
Pendekatan
Non Farmakologi
Pada fase demam pasien
dianjurkan :
·
Istirahat di tempat tidur, selama masih
demam
·
Pemberian cairan dan elektrolit per
oral, jus buah, air teh manis, sirop, susu, disamping air putih, serta oralit
dianjurkan paling sedikit diberikan 5 gelas per hari selama 2 hari.
Terapi Farmakologi
Pada
fase demam, untuk menurunkan suhu menjadi <390C, diberikan obat
antipiretik parasetamol. Asetosal/salisilat, dan ibuprofen tidak dianjurkan
karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan, atau asidosis.
Ada 3 kategori pasien :
1. Grup
A-pasien rawat jalan
Pasien yang dapat menerima sejumlah cairan
oral dan dapat mengeluarkan urin sedikitnya setiap 6 jam, dan tidak ada
tanda-tanda bahaya lain selain demam.
2. Grup
B-pasien rawat inap
Pasien dengan kondisi
khusus, misalnya kehamilan, anak – anak, orang tua, obesitas, diabetes melitus,
gagal ginjal, penyakit hemolitik kronis dan/atau pasien dengan tanda-tanda
bahaya demam berdarah dengue yang memerlukan observasi ketat.
3. Grup
C-pasien rawat inap, ICU
Pasien yang berada
dalam fase kritis, yaitu pasien dengan kebocoran plasma hebat yang mengarah ke
keadaan syok dan/atau penumpukan cairan yang mengganggu pernafasan, perdarahan
hebat, gangguan organ (kerusakan hati, gangguan fungsi ginjal, kardiomiopati,
ensafalopi atau ensefalitis).
Terapi
Berdasarkan Kategori Pasien
1.
Terapi
untuk Grup A
·
Asupan cairan dan rehidrasi oral, jus
buah, dan larutan yang mengandung elektrolit dan gula untuk mengganti
kehilangan cairan akibat demam dan muntah sedikitnya 5 gelas per hari. (Hati –
hati pemberian larutanyang mengandung gula pada pasien diabetes melitus). Hanya
minum air putih sebagai pengganti cairan dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit.
·
Pemberian parasetamol setiap 6 jam
(dosis maksimum 4g per hari) dan kompres apabila diperlukan. Hindari pemberian
aspirin, ibuprofen atau AINS ( Anti Inflamasi Non Steroid) lain karena obat –
obat tersebut dapat memperburuk gastritis atau perdarahan. Aspirin juga dapat
menyebabkan Reye’s Syndrome pada anak
– anak.
Konselingkan kepada
pasien dan keluarganya untuk segera membawa pasien ke rumah sakit apabila
dijumpai tanda – tanda bahaya, seperti : tidak ada perbaikan klinis, tanda –
tanda klinis memburuk, sesak nafas, tangan dan kaki pucat dan/atau dingin,
nyeri perut, muntah yang menetap/terus menerus, tangan dan kaki dingin,
letargi/ngantuk/kejang, perdarahan (mimisan atau gusi berdarah, muntah darah,
melena, menstruasi berlebihan), dan tidak berkemih setiap 4-6 jam.
2.
Terapi
untuk Grup B
·
Pemberian larutan isotonis seperti NaCl
0,9%, Ringer Laktat, atau larutan Hartmann dengan laju infus mulai dengan 5-7
ml/kg/jam untuk 1-2 jam, kemudian dikurangi hingga 3-5 ml/kg/jam selama 2-4
jam, dan kemudian dikurangi menjadi 2-3 ml/kg/jam atau kurang sesuai dengan
respon klinis untuk menjaga perfusi cairan dan ditandai dengan pengeluaran urin
0,5 ml/kg/jam atau penurunan nilai hematokrit. Cairan intravena biasanya
diperlukan hanya pada 24-48 jam.
Pasien
dengan tanda – tanda bahaya harus dimonitor hingga fase kritis terlewati.
Parameter
yang harus dimonitor, antara lain :
·
Tanda-tanda vital dan perfusi perifer
setiap 1-4 jam hingga pasien melewati fase kritis.
·
Volume pengeluaran urin setiap 4-6 jam.
·
Hematokrit, sebelum terapi cairan dan
setiap 6-12 jam sesudahnya.
·
Jumlah platelet
·
Kadar gula darah
·
Fungsi organ, misalnya profil ginjal,
profil hati, profil koagulasi, jika diindikasikan.
Target
resusitasi cairan adalah untuk memperbaiki perfusi sentral dan perifer, yang
ditandai dengan :
·
Penurunan takikardia
·
Tekanan darah menjadi normal
·
Nadi normal
·
Ujung jari dan telapak kaki hangat dan
berwarna merah muda
·
Capillary
refill time <2 detik
·
Pengeluaran urin ≥ 0,5 ml/kg/jam
·
Perbaikan kondisi asidosis metabolik
3.
Terapi
untuk Grup C
Kehilangan cairan harus
segera diganti dengan larutan kristaloid isotonis atau pada kondisi syok
hipotensi diberikan larutan koloid. Tranfusi darah hanya diberikan apabila
terjadi perdarahan hebat.
Parameter yang harus
dimonitor dan target resusitasi cairan sama seperti parameter dan target yang
tertera untuk grup B.
Terapi Syok
Mulai
resusitasi cairan intravena bolus yang pertama dengan larutan kristaloid
isotonis 5-10 ml/kg/jam selama 1 jam. Kemudian evaluasi kembali kondisi pasien
(tanda-tanda vital, capillary refill time,
hematokrit, pengeluaran urin).
Jika
kondisi pasien membaik :
·
Laju cairan intravena dikurangi bertahap
menjadi 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam,
dilanjutkan dengan laju 2-3 ml/kg/jam, dan tergantung pada status hemodinamik,
laju cairan intravena tersebut dipertahankan hingga 24-48 jam.
Jika tanda-tanda vital
belum stabil (masih ada tanda – tanda syok) periksa nilai hematokrit.
·
Jika terjadi peningkatan hematokrit atau
nilai hematokrit tinggi (>50%) maka diberikan cairan intravena bolus yang
kedua dengan larutan kristaloid isotonis 10-20 ml/kg/jam selama 1 jam.
Jika ada perbaikan maka
kurangi laju infus menjadi 7-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam. Selanjutnya, jika
kondisi pasien membaik, maka cairan intravena dikurangi bertahap menjadi 5-7
ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam, dilanjutkan
dengan laju 2-3 ml/kg/jam, dan tergantung pada status hemodinamik, laju cairan
intravena tersebut dipertahankan hingga 24-48 jam.
·
Jika terjadi penurunan hematokrit atau
nilai hematokrit < 40% pada anak – anak dan dewasa pria atau <45% pada
dewasa wanita, maka diberikan transfusi darah. Penurunan nilai hematokrit
mengindikasikan terjadinya perdarahan.
Parameter yang harus dimonitor untuk
pasien DBD yang mengalami syok adalah :
·
Tanda – tanda vital dan perfusi perifer
setiap 15-30 menit hingga kondisi syok pasien teratasi kemudian setiap 1-2 jam.
Perhatikan juga tanda – tanda fluid overlood (sesak nafas, efusi pleura,
peningkatan jugular venous pressure).
·
Pengeluaran urin setiap jam hingga
kondisi syok teratasi kemudian setiap 4-6 jam. Target pengeluaran urin adalah
0,5 ml/kg/jam
·
Hematokrit sebelum dan sesudah pemberian
cairan intravena bolus hingga kondisi pasien stabil kemudian setiap 4-6 jam.
·
Kondisi metabolik asidosis (arterial
atau venous blood gases, laktat,
karbon dioksida/bikarbonat total setiap 30 menit – 1 jam hingga kondisi pasien
stabil kemudian sesuai indikasi.
·
Kadar glukosa darah sebelum resusitasi
cairan dan diulang sesuai indikasi.
·
Fungsi organ, misalnya profil ginjal,
profil hati, profil koagulasi, sebelum resusitasi cairan dan diulang sesuai
indikasi.
MONOGRAFI OBAT
NaCl 0,9%
Indikasi :
Larutan NaCl 0,9% adalah larutan kristaloid isotonis yang merupakan cairan
intravena pilihan pertama untuk resusitasi cairan. Larutan NaCl 0,9% mengandung
natrium sebanyak 95-105 mmol/L.
Peringatan :
Pemberian larutan NaCl 0,9% dalam jumlah besar dapat menyebabkan asidosis
hyperchloraemic. Kondisi ini dapat membingungkan penetapan kondisi asidosis
metabolik, oleh karena itu monitor kadar klorida atau laktat dalam darah.
Apabila terjadi asidosis hyperchloraemic ganti larutan NaCl 0,9% dengan larutan
Ringer Laktat.
RINGER
LAKTAT
Indikasi :
Ringer Laktat mengandung 131 mmol/L,natrium dan 115 mmol/L klorida. Osmolaritas
larutan Ringer Laktat 273 mOsm/L.
Kontraindikasi :
Larutan Ringer Laktat tidak digunakan untuk pasien dengan hiponatremia berat.
Larutan
ringer laktat dihindari penggunaannya pada pasien dengan gagal hati dan pasien
yang menggunakan metformin karena meningkatkan risiko asidosis laktat.
Sediaan beredar : infusan RL, Ringer Laktat, Wida RL.
KOLOID
Macam –
macam
larutan koloid antara lain : larutan yang gelatin – based,
dextran – based, atau starch-based
Indikasi :
Larutan koloid diberikan kepada pasien dengan kondisi syok hipertensi
Kontra indikasi :
Reaksi alergi, misalnya demam, menggigil
Sediaan beredar : Expafusin, Fima Hes, Haemaccel, Haes-Steril, Otsutran L.,
Plasmafusin 4%, voluven, Widahes.
DAFTAR PUSTAKA
Sukandar, Elin Yulinah,
dkk., 2011, ISO Farmakoterapi 2,
Jakarta : IAI
WHO, 2009, Dengue : Guidelines for Diagnosis, Treatment,
Prevention
and
Control. New Edition, Geneva : World Health Organization.
1 komentar:
Saya didiagnosis Herpes 2 tahun yang lalu dan saya telah mencoba semua cara yang mungkin untuk mendapatkan obatnya tetapi tidak berhasil, sampai saya melihat sebuah posting di forum kesehatan tentang seorang Dokter Herbal (Dr Akhigbe) yang menyiapkan obat-obatan herbal untuk menyembuhkan semua jenis. penyakit termasuk Herpes, pada awalnya saya ragu, apakah itu nyata tetapi memutuskan untuk memberinya percobaan, ketika saya menghubungi Dr Akhigbe melalui Emailnya: drrealakhigbe@gmail.com dia membimbing saya dan menyiapkan obat herbal dan mengirimkannya kepada saya melalui jasa pengiriman kurir, ketika saya menerima paket (jamu) Dia memberi saya petunjuk tentang cara mengkonsumsinya, saya mulai menggunakannya seperti yang diperintahkan dan saya berhenti mendapatkan wabah dan luka mulai menghilang, bisakah Anda percaya saya sembuh dari virus mematikan ini dalam dua hingga tiga minggu dan pemberitahuan perubahan di tubuh saya. Berhari-hari menggunakan PEMULIHAN ini, tidak bisa mempercayai penyembuhan pada awalnya sampai saya melihatnya sebagai HERPES saya sembuh seperti sihir Dr Akhigbe juga menggunakan obat herbal untuk menyembuhkan penyakit seperti, HIV, HERPES, KANKER, ALS, PENYAKIT KRONIS, PENYAKIT JANTUNG , LUPUS, ASTHMA, DIABETES HEPATITIS A DAN B.ECZEMA, BACK PAIN, INFEKSI EKSTERNAL, ASTHMA, MALARIA, DEMAM BERDARAH, BACTERIA DIARRHEA, RABI, PROGERIA, MENINGITIS, EPILEPSI, STONE, GULA HULU, GELOMBANG HUBUNGI JUGA, GULA HAK THYROID, DINGIN & FLU, PENYAKIT GINJAL, ACME. API LUKA. dll. Hubungi dokter herbal yang hebat ini hari ini bapak obat herbal. via Email: drrealakhigbe@gmail.com atau whatsapp dia +2349010754824 dan sembuh secara permanen. Dia nyata..website: https: drrealakhigbe.weebly.com
Posting Komentar