I. Pemeriksaan
darah
Pemeriksaan
golongan darah
Ada berbagai
macam penggolongan darah, namun yang akan kita praktikkan pada kesempatan ini
adalah penetapan sistem golongan darah ABO.
Tanpa melihat
subgroup ada 4 macam golongan darah, yaitu:
1.
A: eritrosit mengandung aglutinogen A dan serum aglutinin anti B
2.
B: eritrosit mengandung aglutinogen B dan serum aglutinin anti A
3.
O: eritrosit tak mengandung aglutinogen dan serum mengandung
aglutinin anti A dan anti B
4.
AB: eritrosit mengandung aglutinogen A dan B, sedangkan serum tidak
mengandung aglutinin
Penetapan
golongan darah menentukan jenis aglutinogen dalam sel. Selain itu dikenal pula
penetapan agglutinin dalam serum. Cara terbaik adalah dengan menggunakan kedua
penetapan yaitu aglutinogen dan agglutinin.
1.
Taruh di bagian kiri object glass 1 tetes serum anti A dan di bagian
kanan 1 tetes serum anti B
2.
Tambahkan 1 tetes kecil darah pada serum, kemudian campurlah dengan
ujung lidi
3.
Goyangkan object glass dengan gerakan melingkar
4.
Perhatikan aglutinasi dengan mata telanjang, lalu benarkan dengan
menggunakan mikroskop.
Pemeriksaan
kadar hemoglobin (Hb)
Cara
pemeriksaan kadar Hb yang lazim digunakan adalah cara fotoelektrik dan
kolorimetrik visual.
1.
Cara fotoelektrik
Dengan cara
ini, hemoglobin diubah menjadi sianmethemoglobin (hemoglobin-sianida) dalam
larutan yang berisi kaliumferrisianida dan kalium sianida. Larutan Drabkin
mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi
sianmethemoglobin. Cara ini tidak kita bahas lebih lanjut, yang jelas cara ini
sangat bagus untuk laboratorium rutin karena memiliki akurasi yang sangat
tinggi.
2.
Cara kolorimetrik visual (cara Sahli)
Dengan cara
ini, hemoglobin diubah menjadi hematin asam yang berwarna coklat. Kemudian
warna ini dibandingkan dengan warna standar secara visual. Langkah-langkah
pemeriksaan dengan cara Sahli yaitu:
a.
Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N ke dalam tabung pengencer
b.
Isap darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA atau
oksalat dengan menggunakan pipet Hb sampai tanda 20 μL tanpa terputus
c.
Hapuslah darah diluar ujung pipet
d.
Segera alirkan darah ke dasar tabung, jangan sampai ada gelembung
udara
e.
Angkat pipet sedikit lalu hisap HCl 2 atau 3 kali untuk membersihkan
darah
f.
Aduklah supaya cepat terjadi reaksi antara darah dan HCl. Selama
pengadukan tambahkan setetes demi setetes aquades.
g.
Setelah 3-5 menit bandingkan warna tersebut dengan warna standar
sampai benar-benar sama. Bacalah kadar Hb setinggi permukaan cairan dalam
tabung.
Penghitungan
sel-sel darah
Lekosit,
eritrosit dan trombosit dihitung setelah diencerkan. Pada laboratorium besar,
penghitungan dilakukan secara elektronik dan pengenceran otomatis sehingga
memberikan hasil yang sangat akurat. Selanjutnya cara ini tak dibahas. Selain
itu, masih ada cara manual yang tetap diperlukan hingga saat ini yaitu
menggunakan pipet dan kamar hitung.
Penghitungan
lekosit
Untuk
menghitung lekosit, darah diencerkan dalam pipa lekosit lalu dimasukkan ke
dalam kamar hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Turk.
Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan adalah:
a.
Hisap darah kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5
b.
Hapus kelebihan darah di ujung pipet
c.
Masukkan ujung pipet ke dalam larutan Turk dengan sudut 45o, tahan
agar tetap di tanda 0,5. Isap larutan Turk hingga mencapai tanda 11. Jangan
sampai ada gelembung udara
d.
Tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap
e.
Kocok selama 15-30 detik
f.
Letakkan kamar hitung dengan penutup terpasang secara horisontal di
atas meja
g.
Kocok pipet selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari
pipet
h.
Buang semua cairan di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat
sentuhkan ujung pipet ke kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup
dengan sudut 30o. Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya
kapilaritas
i.
Biarkan 2-3 menit supaya lekosit mengendap
j.
Gunakan lensa obyektif mikroskop dengan pembesaran 10 kali, fokus
dirahkan ke garis-garis bagi.
k.
Hitunglah lekosit di empat bidang besar dari kiri atas ke kanan, ke
bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel pada
garis, yang dihitung adalah pada garis kiri dan atas.
l.
Jumlah lekosit per μL darah adalah: jumlah sel X 50.
Penghitungan
eritrosit
Untuk
menghitung eritrosit, darah diencerkan dalam pipa eritrosit lalu dimasukkan ke
dalam kamar hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Hayem.
Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan adalah:
a.
Hisap darah kapiler, darah EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5
b.
Hapus kelebihan darah di ujung pipet
c.
Masukkan ujung pipet ke dalam larutan Hayem dengan sudut 45o, tahan
agar tetap di tanda 0,5. Isap larutan Hayem hingga mencapai tanda 101. Jangan
sampai ada gelembung udara
d.
Tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap
e.
Kocok selama 15-30 detik
f.
Letakkan kamar hitung dengan penutup terpasang secara horisontal di
atas meja
g.
Kocok pipet selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari
pipet
h.
Buang semua cairan di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat
sentuhkan ujung pipet ke kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup
dengan sudut 30o. Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya kapilaritas
i.
Biarkan 2-3 menit supaya eritrosit mengendap
j.
Gunakan lensa obyektif mikroskop dengan pembesaran 40 kali, fokus
dirahkan ke garis-garis bagi dalam bidang besar yang tengah.
k.
Hitunglah eritrosit di 5 bidang sedang yang masing-masing tersusun
atas 16 bidang kecil, dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah
lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang dihitung adalah
pada garis kiri dan atas.
l.
Jumlah lekosit per μL darah adalah: jumlah sel X 10000
Penghitungan
trombosit
Ada 2 cara
penghitungan trombosit yaitu cara langsung dan cara tak langsung. Cara tak
langsung tidak dibahas dalam kuliah ini. Untuk menghitung trombosit secara
langsung, darah diencerkan dalam pipet eritrosit lalu dimasukkan ke dalam kamar
hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Rees Ecker. Langkah-langkah
pemeriksaan yang diterapkan adalah:
a.
Hisap cairan Rees Ecker sampai tanda “1” dan buang lagi cairan
tersebut
b.
Hisap darah sampai tanda 0,5 dan cairan Rees Ecker sampai tanda 101
lalu kocok selama 3 menit
c.
Lanjutkan langkah-langkah seperti penghitungan eritrosit
d.
Biarkan kamar hitung selama 10 menit dalam posisi horisontal supaya
trombosit mengandap
e.
Hitunglah trombosit dalam seluruh bidang besar tengah dengan lensa
obyektif besar
f.
Jumlah trombosit per μL darah adalah: jumlah trombosit x 2000.
Sediaan hapusan
darah
Sediaan hapusan
darah penting untuk pemeriksaan keadaan trombosit, keadaan eritrosit dan
keadaan lekosit. Cara membuat sediaan hapusan darah dapat menggunakan kaca
obyek dan menggunakan kaca penutup. Dalam kuliah ini hanya kita bahas cara yang
pertama saja yaitu:
a.
Sentuhlah setetes kecil darah (diameter maksimal 2 mm) kira-kira 2
cm dari tepi kaca obyek. Darah yang dipakai adalah darah kapiler, darah heparin
atau darah EDTA.
b.
Letakkan kaca obyek dengan darah di sebelah kanan
c.
Dengan tangan kanan, letakkan kaca obyek lain di kiri tetes darah,
lalu gerakkan ke kanan sampai menyentuh darah
d.
Tunggu darah menyebar sampai ½ cm dari sudut kaca penggese
e.
Geser kaca ke kiri dengan sudut 30-45o, jangan menekan ke bawah
f.
Biarkan sediaan mengering di udara
g.
Tulis nama klien dan tanggal pada bagian sediaan yang tebal
Setelah
hapusan darah selesai, dilanjutkan dengan pewarnaan dengan berbagai cara
misalnya pewarnaan Wright dan Giemsa. Teknik pewarnaan tidak perlu dibahas
dalam kuliah ini. Dengan pewarnaan maka keadaan sel-sel darah akan terlihat
jelas di bawah mikroskop.
Pemeriksaan
darah untuk HIV
Untuk kasus
HIV, pemeriksaan darah yang diperlukan adalah ELISA. Pemeriksa ELISA dilakukan
secara langsung dan secara tak langsung.
Pemeriksaan
ELISA secara langsung
Langkah-langkah
pemeriksaan ini adalah:
a.
Antibodi diletakkan di lempeng ELISA (ELISA plate)
b.
Sampel darah dimasukkan sehingga terbentuk ikatan antigen-antibodi
c.
Enzyme-linked antibody spesific untuk menguji antigen ditambahkan
dan mengikat antigen, membentuk sandwich
d.
Substrat enzim ditambahkan dan reaksi menghasilkan produk yang
menyebabkan perubahan warna
Pemeriksaan
ELISA secara tak langsung
Langkah-langkah
pemeriksaan ini adalah:
a.
Antibodi diletakkan di lempeng ELISA (ELISA plate)
e.
Antiserum pasien dimasukkan sehingga terbentuk ikatan
antigen-antibodi
f.
Enzyme-linked anti HISG ditambahkan dan mengikat antibodi
g.
Substrat enzim ditambahkan dan reaksi menghasilkan produk yang
menyebabkan perubahan warna
Diagnosa Diabetes Mellitus
Cara yang paling umum dipakai untuk mendiagnosis penyakit
diabetes adalah dengan menentukan :
1. Kadar Glukosa
Plasma Puasa
Sampel pemeriksaan kadar glukosa
puasa baiknya diambil pada pagi hari sesudah puasa semalam. Kadar glukosa darah
puasa sewaktu pagi normalnya 80 - 90 mg/dL. Bila kadar glukosa darah plasma
puasa di atas 140 mg/dL pada lebih dari satu kali pemeriksaan maka dapat
dikatakan pasien menderita diabetes mellitus (Jhon & Porsham, 2001).
2. Uji Toleransi
Glukosa
Jika
hasil pemeriksaan kadar glukosa darah meragukan (120 - 140 mg/dL) maka perlu
dilakukn uji toleransi glukosa untuk memastikan diabetes mellitus. Tes ini
dilakukan apabila pasien tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan, tidak
dibebani stres dan puasa semalam selama 10 - 12 jam. Tes toleransi oral
dilakukan setelah pemberian beban glukosa 75 g untuk orang dewasa, 1,75 g
glukosa per kg BB untuk anak-anak. Pada orang normal selanjutnya terjadi
peningkatan kadar gula darah menjadi 120 - 140 mg/dL dan dalam waktu kira-kira
2 jam, kadar ini menurun lagi menjadi normal. Sedangkan pada penderita diabetes
mellitus, konsentrasi kadar gula darah puasa hampir selalu diatas 120 mg/dL dan
sering diatas 140 mg/dL dan mencapai lebih dari 200 mg/dL setelah 2 jam (Jhon & Porsham, 2001).
II. Pemeriksaan
serum
Albumin
Prinsip uji:
Albumin merupakam komponen protein, membentuk
lebih dari separuh protein plasma. Albumin disintesis oleh hati. Protein ini
dapat meningkatkan tekanan osmotik (tekanan ankotik), yang penting untuk
mempertahankan cairan vaskular. Penurunan albumin serum dapat menyebabkan
cairan berpindah dari pembuluh darah menuju jaringan sehingga terjadi edema.
Tujuan:
Untuk mendeteksi kekurangan albumin
Prosedur:
·
Tampung
3-5 mL darah vena dalam tabung bertutup merah
·
Tidak
ada pembatasan makanan atau minuman.
Aldolase (ALD)
Prisip uji:
Aldolase merupakan enzim yang jumlah terbesarnya dapat ditemukan dalam
otot rangka dan otot jantung. Enzim ini di gunakan untuk memantau penyakit otot
rangka, misalnya distropi otot, dermatomiositis dan trikinasis. Pada penyakit
otot yang bersumber dari sistem saraf, kadar enzim ini tidak meningkat,
misalnya pad penyakit siklirosis multiple, polio, meilitis dan miastenia
grafis.
Tujuan:
Untuk membantu mendiagnosa penyakit otot rangka, misalnya distropi otot.
Prosedur:
·
Tampung
3-5 mL darah vena dalam tabung bertutup merah, gunakan serum yang tidak
terhemolisis untuk melakukan perhitungan aldolase.
·
Tidak
ada pembatas asupan makanan dan minuman
Aldosteron
Prinsip uji:
Aldosteron merupakan mineral
kortikoid yang paling kuat di semua mineral kortikoroid yang ada dan di peroleh
kortexs adrennal.Fungsi utamanya adalah mengatur keseimbagan natrium,kalium,dan
air sesuai kebutuhan tubuh
Tujua:
1.mendeteksi kekuragn dan kelebihan aldosteron
2.Untuk membandingkan kadar aldosteron serum dan uine dengan uji
laboratorium yang lain guna mendapatkan hidrasi berlebihan melalui peningkatan
kadar natrium dan hipo fungsi adrenal
Prosedur:
* Tampung 5 ml darah vena dalam tabung bertutup
merah.tabung bertutup hijau (mengandung heparin) juga dapat di gunakan
*Kliens harus berada dalam
posisi terlentang selama sedikitnya 1 jam sebelum darah di ambil
* Catat tanggal dan waktu
pengambilan formulir spesimen.kadar aldosteron memperlihatkan irama,dengan
kadar pucak berlangsung di pgi hari dan kadar yang lebih rendah pada core hari
* makanan dan minuman tidak d
batasin tetapi garam berlebih dan zat penganggu lain (Likoris) jangan di komsmusi
sebelum uji di lakukan.sebaiknya asupan makanan mengandung kadar garam normal
III. Pemeriksaan
Plasma
a. Fibrinogen
Prinsip uji:
Fibrinogen, suatu protein plasma yang
disintesis oleh hati, diuraikan oleh trombin menjadi benang fibrin yang
diperlukan dalam pembentukan bekuan, difisiensi fibrinogen dapat menyebabkan
pendarahan. Kadar fibrinogen yang rendah dapat terjadi akibat DIC,yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau komplikasi obstretik yang berat.
Tujuan:
Untuk memastikan apakah, defisiensi fibrinogen
memang menyebabkan pendarahan yang terjadi
Untuk membandingkan temuan uji ini dengan uji FDP dalam mendiagnosis
DIC.
Prosedur:
·
Kumpulkan
5-7 mL darah vena dalam tabung tertutup biru. Campur darah rata dengan
antikoagulan yang ada dalam tabung (bolak-balik tabung beberapa kali). Cegah
hemolisis dengan tidak mengocok tabung
·
Tidak
ada pembatasan asupan makanan atau minuman.
b. Amonia
Prinsip uji:
Amonia, produk sampingan dari metabolisme protein, dihasilkan akibat
kerja bakteri didalam usus dan dari jaringan termetabolisasi. Sebagian besar
amonia diserap dalam sirkulasi portal dan diubah menjadi urea didalam hepar.
Tujuan:
Untuk mendeteksi gangguan hepar akibat ketidak
mampuan hepar mengubah amonia menjadi urea.
Prosedur:
·
Masukkkan
5 mL darah vena dalam tabung bertutup hijau. Sampel darah harus segera dibawa
ke laboratorium dalam kemasan es. Kadar amonia meningkat dengan cepat setelah
darah diambil
·
Meminimalkan
penggunaan torniket untuk pengambilan darah
·
Tidak
ada pembatasan makanan atau minuman, kecuali diindikasikan oleh teknisi
laboratorium jangan merokok sebelum dilakukan pengujian
·
Catatan
obat yang dikonsumsi klien yang dapat mempengaruhi hasil uji.
c. Waktu lisis euglobulin
Prinsip uji:
Pengujian ini dilakukan untuk
mengukur aktivitas fibrinogen melalui pengukuran interval waktu antara pembentukan
bekuan dan presisitasi euglobulin. Euglobulin adalah fraksi plasma yang tidak
dapat larut dalam asam. Waktu yang diperlukan bekuan untuk terurai atau lisis.
Jika lisis bekuan kurang dari satu jam fibrinolisis patologi akan terjadi.
Tujuan:
Untuk mendeteksi keberadaan fibrinolisis abnormal.
Prosedur:
·
Tidak
ada pembatasan asupan makanan atau minuman
·
Jangan
memijat vena yang akan digunakan untuk pengambilan sampel darah
·
Kumpulkan
4,5 mL darah vena dalam tabung bertutup biru. Aduk darah merata dengan
antikoagulan yang ada dalam tabung. Tabung kontrol mungkin diperlukan.
·
Simpal
sampel darah dalam es dan segera bawa ke laboratorium. Darah harus
disentrifugasi 30 menit.
d. Glukagon
Prinsip uji:
Glukagon disekresi oleh sel alfa pankreas. Zat ini berfungsi sebagai
hormon counter-regulatory pada insulin untuk pengaturan metabolisme glukosa.
Zat ini dapat meningkatkan kadar glukosa darah dengan mengubah glikogen menjadi
glukosa saat merespon terhadap hipoglikemia.
Tujuan:
Untuk mendeteksi peningkatan atau defisik
glukagon serum, yang membantu dalam pengaturan metabolisme glukosa.
Prosedur:
·
Kumpulkan
5-7 mL darah vena dalam tabung bertutup lembayung. Cegah hemolisis, dinginkan
tabung dan bawa segera ke laboratorium.
·
Makanan
dan minuman tidak boleh dikonsumsi dalam 10-12 jam sebelum uji.
·
Tangguhkan
konsumsi obat seperti insulin, kortison, hormon pertumbuhan, dan epineprin,
dengan seizin pemberi layanan kesehatan sampai uji selesai dilakukan.
e. Katekolamin
Prinsip uji:
Ada tiga katekolamin utama epineprin (adrenalin), norepineprin dan
dopamin, yang merupakan hormon yang disekresi oleh medula adrenalis.
Tujuan:
Untuk membantu mediagnosis masalah kesehatan yang berkaitan dengan kadar
katekolamin dalam plasma dan urin yang abnormal.
Prosedur:
·
Kumpulkan
7-10 mL darah vena dalam tabung bertutup lembayung atau hijau. Tempatkan segera
sampel darah didalam wadah berisi es, dan segera bawa ke laborarium.
Laboratorium harus diberi tahu begitu spesimen telah diperoleh karena pengujian
harus dilakukan segera dalam 5 atau 10 menit setelah darah diambil.
f. Renin
Prinsip uji:
Renin merupakan enzim yang disekresikan oleh ginjal. Enzim ini
mengaktivasi sistem renin-agiotensin, yang menyebabkan vasokonstriksi dan
pelepasan aldosteron ( hormon yang berasal dari medula adrenal, yang menyebabkan
retensi natrium dan air).
Tujuan:
Untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi.
Prosedur:
·
Tanyakan
pada petugas laboratorium dan pemberian layanana kesehatan untuk menentukan
apakah uji renin plasma mencakup uji natrium urin dan /atau aldosteron urin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar