Google ads

Senin, 03 Agustus 2015

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DISTRIBUSI






Pasokan Darah Dari Organ
Semakin besar pasokan darahnya, maka bagian obat yang dapat berdifusi ke dalam organ tertentu dari pembuluh darah makin tinggi.

Kelarutan
Bahan yang larut dalam lemak dapat melewati sawar dengan baik, sebaliknya bahan-bahan yang tak larut dalam lemak sukar Melewati sawar.

Ikatan Protein Plasma
Ikatan protein bergantung kepada umur :
Pada bayi baru lahir, ikatan proteinnya lebih rendah dari pada ikatan protein orang dewasa.

Obat yang berinteraksi di dalam protein yang menimbulkan masalah klinis yaitu obat dengan sifat sbb :
Obat yang berikatan kuat dengan protein ( minimal 85 % ) dan volume distribusi kecil, sehingga obat hanya sebagian kecil dibebaskan dan kadarnya akan meningkat 2 – 3 kali lipat mempunyai batas keamanan yang sempit mempunyai efek toksik serius eliminasinya mengalami kejenuhan.

Interaksi Pada Proses Distribusi
Bila di dalam darah pada waktu yang sama terdapat beberapa obat, Kemungkinan akan terjadi persaingan terhadap tempat ikatan protein plasma.

Beberapa obat yang mengalami interaksi pada proses distribusi
Warfarin ( Obat I )X fenilbutazon, oksifenilbutazon, salisilat, klofibrat, fenitoin sulfinfirazon dan as. Mefenamat. ( Obat II ).

Karena kekuatan berikatan dengan protein obat II lebih besar shg  ikatan obat I dengan protein digeser, akibatnya efek toksisitasnya meningkat.

Talbutamid, klorpropamid ( obat I ) x fenilbutazon, oksifenbutazon, Salisilat ( obat II)
Terjadi pergeseran ikatan obat I dengan protein oleh obat II, sehingga efek dari obat I meningkat.

Teofilin X Eritromisin
Konsentrasi serum dan toksisitas teofilin meningkat. Hal ini disebabkan karena intensitas reduksi bersihan teofilin sebanding dengan konsentrasi puncak eritromisin

Rifampisin X Inh, Ketakonazol, Mikonazol
Penggunaan ketakonazol dengan rifampisin akan mengurangi konsentrasi serum ketakonazol
Penggunan rifampisin, INH, ketakonazol dan mikonazol sekaligus , maka konsentrasi serum ketakonazol dan rifampisin akan menurun














Faktor yang mempengaruhi proses distribusi :
  1. Ukuran molekul
  2. Ikatan pada protein plasma
  3. Ikatan pada protein jaringan
  4. Kelarutan
  5. Sifat kimia
  6. Pasokan darah dari organ
  7. Pasokan darah dari jaringan masing-masing
  8. Perbedaan pH antara plasma dan jaringan

Kapiler otak misalnya, dikelilingi rapat dengan sel-sel glia dan dalam darah pleksus khorioidea, yaitu tempat terbentuknya cairan serebrospinalis, kapiler ke ruang cairan dilapisi oleh selapis tunggal epitel. Akibatnya ialah pembatasan permeasi. Ini disebut sawar darah otak dan sawar darah cairan otak. Bahan-bahan yang larut dalam lemak dapat melewati sawar dengan baik, sebaliknya bahan-bahan yang tak larut dalam lemak sukar melewatinya.
Pada senyawa basa misalnya propranolol, lidokain, disopiramid, petidin atau anti depresiva trisiklik, α1- glikoprotein asam membantu juga pembentukan ikatan protein plasma. Ikatan protein, selain bergantung kepada sifat-sifat bahan berkhasiat, ia bergantung juga kepada harga pH plasma serta bergantung kepada umur. Contohnya pada keadaan asidosis, bagian barbiturat yang terikat pada protein menurun. Pada bayi baru lahir, ikatan protein lebih rendah dari pada ikatan protein orang dewasa.
Pengaruh sifat kelarutan bahan obat terhadap distribusi menunjukkan antara lain bahwa senyawa yang larut baik dalam lemak terkonsentrasi dalam jaringan yang mengandung banyak lemak, sedangkan sebaliknya zat hidrofil hampir tidak diambil oleh jaringan lemak dan karena itu ditemukan terutama dalam ekstrasel.
Bagian obat yang dapat berdifusi kedalam organ tertentu dari pembuluh darah makin tinggi, apabila pasokan darahnya makin besar. Ini berarti, bahwa organ yang mempunyai banyak kapiler untuk memulai proses distribusi mengambil jumlah obat yang lebih besar dibandingkan daerah yang pasokan darahnya kurang.

INTERAKSI PADA PROSES DISTRIBUSI
            Jika dalam darah pada saat yang sama terdapat beberapa obat, terdapat kemungkinan persaingan terhadap tempat ikatan pada protein plasma. Persaingan terhadap ikatan protein merupakan proses yang sering yang sesungguhnya hanya baru relevan jika obat mempunyai ikatan protein yang tinggi, lebar terapi rendah  dan volume distribusi relatif kecil.  

a.      Interaksi dalam ikatan protein plasma
Banyak obat terikat pada protein plasma, obat yang bersifat asam terutama pada albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam α1-glikoprotein. Oleh karena jumlah protein plasma terbatas, maka terjadi kompetisi antara obat bersifat asam maupun antara obat bersifat basa untuk berikatan dengan protein yang sama.

b.      Interaksi dalam ikatan jaringan
Kompetisi untuk ikatan dalam jaringan terjadi misalnya antara digoksin dan kuinidin, dengan akibat peningkatan kadar plasma digoksin.

Tidak ada komentar:

Google Ads