Google ads

Selasa, 04 Agustus 2015

EPILEPSI




Epilepsi merupakan sekelompok gangguan atau penyakit susunan syaraf pusat yang timbul spontan dan berulang dengan episoda singkat. Dengan gejala utama kesadaran menurun sampai hilang. Bangkitan ini biasanya disertai :
*      Kejang ( konvulsi )
*      Hiperaktivitas otonomik
*      Gangguan sensorik atau psikis dan
*      Gambaran letupan EEG ( abnormal dan ekresi )
Bangkitan epilepsi merupakan fenomena klinis yang berkaitan dengan letupan listrik atau depolarisasi abnormal yang eksesif, terjadi disuatu folus dalam otak yang menyebabkan bangkitan peroksimal.
Klasifikasi bangkitan epilepsi
1.      Bangkitan umum primer ( Epilepsi primer )
*      Bangkitan tonik-klonik (epilepsi gran mal)
*      Bangkitan lena ( epilepsi petit mal atau absences)
*      Bangkitan lena yang tidak khas ( atypical absences), bangkitan tektonik, bangkitan klonik, bangkitan otonik, bangkitan infantil ( spasme infantil)
2.      Bangkitan persial atau fokal atau lokal ( epilepsi persial atau lokal )
*      Bangkitan persial sederhana
a.       Berasal dari lobus motor frontal ( tonik, klonik, tonik-klonik, jacsonian’s)
b.      Berasal dari soma sensoris (visual, auditorik, olfaktorius, gustatorius vertiginosa)
c.       Autonom
d.      Psikis murni
*      Bangkitan persial komplek, misalnya epilepsi psikomotor ( epilepsi lobus temporalis)
*      Bangkitan persial yang berkembang jadi bangkitan umum.
3.      Bangkitan lain-lain ( tidak termasuk golongan I atau II).
Mekanisme terjadinya bangkitan epilepsi
1.      Fase inisiasi terdiri atas letupan potensial aksi frekuensi tinggi yang melibatkan peranan kanal ion Ca++  dan  Na+  serta hiperpolarisasi / hipersinkronisasi yang dimedisiasi oleh reseptor GABA atau kanal ion K+.
2.      Fase propagasi
Mekanisme kerja obat antiepilepsi
1.      Inhibisi kanal Na+ pada membran akson
2.      Inhibisa kanal Ca2+  tipe T pada neuron talamus
3.      Peningkatan inhibisi GABA
4.      Penurunan eksitasi glutamat.



Obat-obat anti epilepsi
v  Karbamazepin
Senyawa trisiklik yang mirip imipramin selain bekerja antikonvulsi, juga berkhasiat dan antidiuretik.
Dosis  
Pemberian dosis bertahap berdasarkan kadar dalam plasma dan dibagi dalam 3-4 kali pemberian.
-          Dosis dewasa        :  Awal = 200 mg/hari, dosis pemeliharaan individu 800-1200 mg/hari (10-20 mg/kg).
-          Anak-anak             : 10-30 mg/kg.
Farmakokinetik
-          Volume distribusi : 1,4 l/kg (konsentrasi dalam LCS sekitar 30% dari konsentrasi dalam plasma dan sekitar 50% dari konsentrasi plasma berupa carbamazepin)
-          Ikatan protein plasma : 75%
-          Waktu paruh plasma : 36 jam pada pemberian tunggal dan karena induksi enzim 15 jam pada terapi yang lama.
-          Eliminasi : < 1% dieliminasi oleh ginjal dalam keadaan tidak diubah, sisanya dimetabolisme menjadi metabolit aktif.
-          Volume distribusi : 0,75 l/kg
-          Ikatan protein plasma : 50%
-          Sifatnya : Netral
-          Ikatan protein : 70-80
-          Kliren : 3,5 L/jam
Sediaan beredar
-          Tegretol tablet 200 mg
-          Temporol tablet 200 mg
v  Fenitoin
Senyawa imidazol ini bersifat hipnotik seperti senyawa barbital dan suksinamid.
Dosis
-          Permulaan sehari 2-5 mg/kgBB
-          Dosis pemeliharaan 200-300 mg
-          Pada anak-anak (12-16 tahun) : permulaan sehari 4-7 mg/kgBB, dosis pemeliharaan sehari 4-11 mg/kgBB.
Efek samping : hiperplasia gusi, pusing, mual dan bertambahnya rambut atau bulu badan.
Kontra indikasi : wanita hamil
Resorpsi : diusus cukup baik
Eksresi : melalui ginjal dalam bentuk glukuronida (60-75%)
Plasma T1/2 : rata-rata 22 jam
Sifatnya : asam
Ikatan proteinnya : 87-93
Volume distribusi ( 70 kg/l)  : 35-70
Rute eliminasi : metabolisme hati (dapat jenuh pada kondisi terapi) 


v  Asam valproat
Dianggap sebagai obat pilihan pertama pada absences.
Mekanisme kerja : diperkirakan berdasarkan hambatan enzim yang menguraikan GABA, sehingga kadar neurotransmiter diotak meningkat.
Dosis :
Diberikan perlahan dengan penaikan bertahap dibagi dalam 2-4 kali pemberian pada waktu makan.
-          Dosis dewasa : Awal = 300-600 mg/hari dan dinaikkan bertahap sampai dengan 1200-3000 mg/hari (10-40 mg/kg/hari)
-          Anak-anak : 15-60 mg/kg/hari
Farmakokinetik
-          Sifatnya : Asam
-          Ikatan protein : 90
-          Volume distribusi : 0,13 L/kg (sekitar 10% dari konsentrasi didalam plasma)
-           Klirens : 0,5- 2,1 L/jam
-          Waktu paruk plasma : 14 jam
-          Eliminasi : 2% dieliminasi renal tanpa diubah, sisanya dimetabolisme dalam hati.
Sediaan beredar
-          Leptilan tablet 150-300 mg


v  Luminal
Luminal juga sering di sebut Fenobarbital. Fenobarbital/luminal merupakan obat anti epilepsi yang paling tua,di anggap sebagai obat anti apilepsi paling aman,namun penggunaan obat lain dengan efek sedatif yang lebih kecil sangat di harapkan. Senyawa hipnotik ini terutama di gunakan pada serangan grand mal dan status epilepticus,berdasarkan sifatnya yg dpt memblokir pelepasan muatan listrik di otak. Untuk mengatasi efek hipnotiknya,obat ini dapat di kombinasi dgn kofein,tidak boleh di berikan pada absences karena justru dpt memperburuknya.
Sifat kimia
pKa dari Fenobarbital berkisar dari 7,3 – 7,9 (merupakan asam lemah). Sedikit  perubahan pada keseimbangan asam basa normal,dpt menyebabkan fluktuasi penting dalam ratio yg terionisasi atau yg tdk. Hal ini penting untuk fenobarbital,karena merupakan barbital yg sering di gunakan dgn pKa yg serupa dgn plasma PH: 7,4. Konformasi Fenobarbital 3 dimensi & N-metilfenobarbital di ketahui relatif identik dgn Fenitoin,kedua senyawa mempunyai cincin fenil dan aktif terhadap kejang parsial.
   Mekanisme Kerja
            Memacu proses penghambatan & mengurangi transmisi eksitasi, fenobarbital dpt menekan syaraf abnormal scr selektif, menghambat penyebaran,& menekan pelepasan dr fokus. Dalam dosis tinggi fenobarbital dapat menekan melalui konduksi Na+ dan pada konsentrasi tinggi barbital menghambat arus Ca2+. Fenobarbital terikat pd sisi pengatur alosterik dr reseptor GABA,benzodiazepin, & memacu arus yg di rangsang reseptor GABA dgn cara perpanjangan pembukaan saluran Cl ¯, fenobarbital juga menghambat respons eksitatif yg di sebabkan glutamat, terutama yg Di akibatkan oleh aktivasi reseptor α-amino-3-hidroksi-5-metilisoksazol-4-propionat (AMPA). Dgn kadar terapi yg relevan,fenobarbital meningkatkan penghambatan melalui GABA & reduksi eksitasi melalui Glutamat.
Penggunaan Klinik
Fenobarbital di gunakan dlm pengobatan kejang parsial &tonik-klinik umum,meskipun obat ini di coba utk setiap jenis kejang,terutama jika serangan sulit di kendalikan. Terdapat sedikit bukti untuk kemampuannya dlm kejang umum seperti absence,serangan atonik,atau spasme infantil ,dpt juga lebih memperburuk keadaan pasien dengan jenis kejang tersebut.
Farmakokinetik
Absorpsi 
Jika digunakan utk mengobati ansietas atau gangguan tidur,hipnotik-sedatif biasanya digunakan per-oral. Merupakan asam lemah dan umum nya sangat cepat di absorpsi dari lambung ke dalam darah,begitu juga dari usus halus.
Distribusi
Transpor hipnotik-sedatif di dlm darah adalah proses dinamik dimana banyak nya molekul obat masuk dan meninggalkan jaringan tergantung pada aliran darah,tingginya konsentrasi,dan permeabilitas. Kelarutan dalam lemak memegang peranan penting dlm menentukan berapa banyak hipnotik-sedatif yg khusus masuk ke susunan syaraf pusat.

Resorpsi
Di usus baik (70 – 90%) dan lebih kurang 50 % terikat pd protein plasma. t½-nya panjang,lbh kurang 3 – 4 hr. maka dosis nya dapat di berikan sehari sekaligus.
Kontra Indikasi
50 % di pecah menjadi p-hidroksifenobarbital yg di ekresikan lewat urine dan hanya 10 – 30% dlm keadaan utuh.
Efek Samping
Berkaitan dgn efek sedasi nya,yakni:
- pusing
- mengantuk
- ataksia
- efek samping ini dpt di kurangi dgn   penambahan obat-obat lain.







DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara, S., Farmakologi dan Terapi, Edisi V, Penerbit : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2007
ISO Indonesia, Vol.40, ISFI, Jakarta, 2005
Mutschler. E, Dinamika Obat, Edisi V, Penerbit ITB, Bandung, 1991
Widodo. U, J. Bircher, E. Lotterer, Kumpulan Data Klinik Farmakologi, Gajah Mada   University Press, Yogyakarta, 1993
Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja, Obat-obat Penting, Edisi VI, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2006

Tidak ada komentar:

Google Ads