Perengkahan (cracking) adalah suatu proses pemutusan senyawa hidrokarbon rantai panjang menjadi senyawa hidrokarbon dengan rantai yang lebih pendek. Proses perengkahan bertujuan untuk mendapatkan senyawa yang lebih berguna. Proses perengkahan menghasilkan senyawa seperti metan, etan, propan, butan, gasoline, kerosin serta diesel. Bahan baku yang biasa digunakan dalam proses perengkahan adalah minyak bumi atau residu [Clark, 2003]
Prinsip kerja dari catalytic cracking adalah dengan cara
memecah hidrokarbon kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana. Catalytic cracking dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas produk dan juga dapat menurunkan jumlah residu yang
dihasilkan.
Menurut Satterfield [1991], ada dua jenis catalytic cracking, yaitu:
1.
Catalytic
crackinghomogeny, terjadi ketika katalis dan reaktan dalam fasa
yang sama, baik gas atau cairan
2.
Catalytic
cracking heterogen, terjadi saat reaktan dan katalis berada
dalam fasa yang berbeda. Secara teoritis, reaksi katalitik heterogen terdiri
dari lima langkah yang berurutan :
a.
Transport
reaktan ke permukaan katalis.
b.
Interaksi antara
reaktan dengan katalis (proses adsorpsi pada permukaan katalis).
c.
Reaksi antara
spesies-spesies teradsorpsi menghasilkan produk.
d.
Desorpsi produk dari
permukaan katalis.
e.
Transport
produk menjauhi katalis.
Hampir semua
reaksi yang melibatkan reaksi katalitik heterogen terjadi pada antarmuka antara
katalis padat dan fasa cairan atau gas. Reaksi dikatalisis dalam tujuh tahap,
seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.5
[Fogler, 1999]
Tahapan reaksi pada cracking heterogen seperti pada Gambar 2.2adalah :
a.
Difusi reaktan pada
permukaan eksternal katalis.
b.
Difusi reaktan dari
mulut melalui pori-pori katalis untuk disekitar permukaan internal katalitik.
c.
Adsorpsi reaktan pada
permukaan katalis.
d.
Reaksi reaktan yang
teradsorpsi ke molekul produk.
e.
Desorpsi produk dari
permukaan katalis.
f.
Difusi produk dari
interior katalis ke mulut pori pada permukaan luar.
g.
Perpindahan massa
produk dari permungkaan external menjadi sebagian dari aliran proses.
Cleveland
dan Szostak[2011] mengatakan bahwa proses perengkahan dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu thermalcracking, catalytic
cracking, dan hydrocracking
seperti terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel
2.3 Perbandingan Proses Perengkahan
Proses Perengkahan
|
Kondisi Operasi
|
Katalis
|
Thermal Cracking
|
T = 800oC
P = 700 kPa
|
Tanpa katalis
|
Catalytic Cracking
|
T = 450 - 510 oC
P = 70 - 138 kPa
|
Umumnya Zeolit
|
Hydrocracking
|
T = 400 - 815 oC
P = 6895-13790 kPa
|
Zeolit dan Hidrogen
|
Sumber
:[Cleveland dan
Szostak, 2011]
Kadarwati [2010] melakukan
penelitantentang aktivitas katalis
Cr/zeolit alam pada reaksikonversi minyak jelantah menjadi bahan bakarcair. Analisis
kualitatif menunjukkan peningkatan kristalinitas katalis Cr/zeolit alam dan
adanya spesi oksida dalam katalis seperti CrO2 dan Cr2O3. Aktivitas terbaik
ditunjukkan oleh kinerja katalis Cr/Zeolit alam pada variasi laju alir 5
mL/menit dan waktu 45 menit dengan konversi 75,23%. Berdasarkan analisis
spektroskopi massa, produk mengandung senyawa pentana yang muncul pada waktu
retensi ( tR ) 14,566.
Wulandari
dkk [2006] melakukan perengkahan
minyak goreng bekas dengan katalis zeolit untuk menghasilkan biodiesel. Produk
biodiesel yang dihasilkan mempunyai komposisi terbesar senyawa C13H28
(tridekana) dan C15H32 (pentadekana).
Handoko [2005] telah berhasil
mendapatkan konversi maksimal sebesar 50,43% total fraksi solar dan bensin dari
reaksi perengkahan katalitik minyak jelantah dengan katalis Ni/H5-NZA. Proses
tersebut berlangsung dalam reaktor sistem flow fixed bed pada temperatur
450oC. Perengkahan dilakukan dalam fasa gas, sebab ukuran partikel
reaktan minyak jelantah akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan ukuran minyak
jelantah pada fasa cair.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar