Stroke atau
Cerebro Vascular Accident (CVA) adalah kondisi kehilangan atau terganggu fungsi
otak yang diakibatkan oleh terganggunya suplai darah ke bagian otak secara
mendadak (hitungan detik) atau secara cepat (beberapa jam) yang ditandai dengan
gejala sesuai dengan daerah fokal yang terganggu.1
Berdasarkan
etiologi, stroke dibagi dalam dua golongan besar, yaitu stroke hemoragik (perdarahan)
dan stroke iskemik (penyumbatan/non perdarahan). Studi epidemiologi menunjukan 88% dari semua stroke adalah stroke iskemik yang disebabkan oleh pembentukan trombus atau
emboli yang menghambat arteri serebral dan 12% stroke hemoragik.2
Stroke
hemoragik terdiri dari hemoragik subarakhanoid (SAH), intracerebral (ICH) dan
subdural. SAH disebabkan oleh pecahnya aneurisma sakuler akibat trauma dan
malformasi anteriovena sehingga darah masuk keruangan subarakhanoid. Hematoma subdural kebanyakan terjadi
karena luka berat atau trauma. Sedangkan Hemoragik intracerebral (ICH)
diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah intraserebral sehingga darah keluar
dari pembuluh darah dan masuk kedalam jaringan otak. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan
tekanan intracranial atau intraserebral, sehingga terjadi penekanan struktur
dan pembuluh darah otak secara
menyeluruh. 60 – 70 % ICH disebabkan oleh hipertensi, penyebab lainnya adalah
deformitas pembuluh darah bawaan, tumor otak dan kelainan koagulasi.3
Gejala
klinik ICH berupa sakit kepala, muntah, pusing, gangguan kesadaran. Gangguan
fungsi tubuh (deficit neurologis) tergantung lokasi pendarahan. Bila pendarahan
ke kapsula interna maka ditemukan hemiparase kontralateral (lumpuh sebelah sisi
berlawanan), hemiplegia (lemah sebelah badan), koma (bila pendarahan luas). Pendarahan
luas atau masif ke sereberum atau otak kecil maka akan ditemukan ataksia
sereberum (gangguan koordinasi), nyeri kepala di oksipital, vertigo, nistagmus,
disartri. Pendarahan terjadi di pons (batang otak) ditandai dengan pupil kecil
dan reaksi cahaya minimal, depresi pernafasan, hipertensi reaktif, panas, dan
penurunan kesadaran dengan cepat tanpa didahului sakit kepala, vertigo, mual
dan muntah. Perdarahan di thalamus mengakibatkan defisit hemisensorik,
hemiparesis, afasia, anomia dan mutisme. Pendarahan putamen (area striata)
ditandai dengan hemiparesis, deficit hemisensorik dan mungkin disertai
hemianopsia homonym dan afasia bila mengenai hemisfer dominan. Sedangkan
perdarahan di lobus ditemukan frontalis,
parietalis, oksipitalis, dan temporalis.3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar