Google ads

Sabtu, 28 Maret 2015

Stroke hemoragik



Stroke atau Cerebro Vascular Accident (CVA) adalah kondisi kehilangan atau terganggu fungsi otak yang diakibatkan oleh terganggunya suplai darah ke bagian otak secara mendadak (hitungan detik) atau secara cepat (beberapa jam) yang ditandai dengan gejala sesuai dengan daerah fokal yang terganggu.1
Berdasarkan etiologi, stroke dibagi dalam dua golongan besar, yaitu stroke hemoragik (perdarahan) dan stroke iskemik (penyumbatan/non perdarahan). Studi epidemiologi menunjukan 88% dari semua stroke adalah stroke iskemik yang disebabkan oleh pembentukan trombus atau emboli yang menghambat arteri serebral dan 12% stroke hemoragik.2
Stroke hemoragik terdiri dari hemoragik subarakhanoid (SAH), intracerebral (ICH) dan subdural. SAH disebabkan oleh pecahnya aneurisma sakuler akibat trauma dan malformasi anteriovena sehingga darah masuk keruangan subarakhanoid. Hematoma subdural kebanyakan terjadi karena luka berat atau trauma. Sedangkan Hemoragik intracerebral (ICH) diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan masuk kedalam jaringan otak. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial atau intraserebral, sehingga terjadi penekanan struktur dan pembuluh darah  otak secara menyeluruh. 60 – 70 % ICH disebabkan oleh hipertensi, penyebab lainnya adalah deformitas pembuluh darah bawaan, tumor otak dan kelainan koagulasi.3
            Gejala klinik ICH berupa sakit kepala, muntah, pusing, gangguan kesadaran. Gangguan fungsi tubuh (deficit neurologis) tergantung lokasi pendarahan. Bila pendarahan ke kapsula interna maka ditemukan hemiparase kontralateral (lumpuh sebelah sisi berlawanan), hemiplegia (lemah sebelah badan), koma (bila pendarahan luas). Pendarahan luas atau masif ke sereberum atau otak kecil maka akan ditemukan ataksia sereberum (gangguan koordinasi), nyeri kepala di oksipital, vertigo, nistagmus, disartri. Pendarahan terjadi di pons (batang otak) ditandai dengan pupil kecil dan reaksi cahaya minimal, depresi pernafasan, hipertensi reaktif, panas, dan penurunan kesadaran dengan cepat tanpa didahului sakit kepala, vertigo, mual dan muntah. Perdarahan di thalamus mengakibatkan defisit hemisensorik, hemiparesis, afasia, anomia dan mutisme. Pendarahan putamen (area striata) ditandai dengan hemiparesis, deficit hemisensorik dan mungkin disertai hemianopsia homonym dan afasia bila mengenai hemisfer dominan. Sedangkan perdarahan di lobus ditemukan  frontalis, parietalis, oksipitalis, dan temporalis.3

Tidak ada komentar:

Google Ads