Klasifikasi Tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Keluarga : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb.
Nama
• Daerah :
Sunda
: koneng gede
Jawa : temulawak
Madura : temu labak
• Asing
: Kiang huang (C), harida, haldi (IP), halud (Bengali), kurkum(Arab), zardcchobacch (Persia), menjal (Tamil),
kunong-huyung (Indochina)
Deskripsi Tanaman
Temulawak merupakan
tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Di daerah Jawa Barat
temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan di Madura disebut sebagai temu
lobak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar
ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui
pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan
Beberapa Negara Eropa.
Tanaman terna berbatang
semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m, berwarna hijau
atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat,
berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2–9 helai dengan bentuk bundar
memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang
sampai gelap, panjang daun 31–84cm dan lebar 10–18 cm, panjang tangkai daun
termasuk helaian 43–80cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik
berbentuk garis, panjang tangkai 9–23cm dan lebar 4–6 cm, berdaun pelindung
banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak
bunga berwarna putih berbulu, panjang 8–13mm, mahkota bunga berbentuk tabung
dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang
berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang
1.25–2cm dan lebar 1cm.
Syarat Tumbuh
Secara alami temulawak
tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar
matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh 79 subur di bawah naungan
pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat dengan mudah
ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini
memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim
tropis. Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-300C. Tanaman
ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.
Perakaran temulawak dapat
beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur,
berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian
untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan
berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk
memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur.
Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak
mudah tergenang air.
Temulawak dapat tumbuh
pada ketinggian tempat 5-1.000 m dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah
750 m dpl. Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman
yang ditanam pada ketinggian 240 m dpl. Temulawak yang ditanam di dataran
tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri.
Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang.
Budidaya Tanaman
Persiapan Lahan
Lokasi penanaman dapat
berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun
temulawak sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam. Lahan dibersihkan dari
tanaman-tanaman lain dan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan temulawak.
Lahan dicangkul sedalam 30 cm sampai tanah menjadi gembur. Lahan dibuat
bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm.
Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga dibentuk menjadi petakan-petakan
agak luas yang dikelilingi parit pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika
temulawak akan ditanam di musim hujan. Pupuk kandang matang dimasukkan ke dalam
lubang tanam sebanyak 1-2 kg. Keperluan pupuk kandang untuk satu hektar kebun
adalah 20-25 ton karena pada satu hektar lahan terdapat 20.000-25.000 tanaman.
Pembibitan
Perbanyakan tanaman
temulawak dilakukan menggunakan rimpangnya, baik berupa rimpang induk (rimpang
utama) maupun rimpang anakan (rimpang cabang). Keperluan rimpang induk adalah
1.500-2.000 kg/ha dan rimpang cabang sebanyak 500-700 kg/ha. Rimpang untuk bibit diambil
dari tanaman tua yang sehat berumur 10-12 bulan. Untuk penyiapan bibit, tanaman
induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel pada rimpang.
Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak. Rimpang induk dibelah menjadi empat
bagian yang mengandung 2-3 mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6
hari berturut-turut. Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam. Simpan rimpang
anak yang baru diambil di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan sampai
keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat pula dilakukan dengan menimbun rimpang
di dalam tanah pada tempat teduh, meyiraminya dengan air bersih setiap
pagi/sore hari sampai keluar tunas. Rimpang yang telah bertunas segera
dipotong-potong menjadi potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang siap
ditanam. Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang
anakan. Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak
berkurang akibat penyimpanan.
Penanaman
Penanaman dilakukan secara
monokultur dan lebih baik dilakukan pada awal musim hujan kecuali pada daerah
yang memiliki pengairan sepanjang waktu. Fase awal pertumbuhan adalah saat
dimana tanaman memerlukan banyak air. Lubang tanam dibuat di atas
bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak
antara lubang adalah 60 x 60 cm. Untuk penanamannya, satu bibit dimasukkan ke
dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu
bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm. Masa tanam temulawak yaitu pada awal
musim hujan untuk masa panen musim kemarau mendatang. Penanaman pada di awal
musim hujan ini memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang
memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.
Pemeliharaan Tanaman
Tanaman yang rusak/mati
diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan bibit cadangan. Penyiangan rumput
liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas bedengan atau petak bertujuan
untuk menghindari persaingan makanan dan air. Peyiangan pertama dan kedua
dilakukan pada dua dan empat bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan).
Selanjutnya penyiangan dapat dilakukan segera setelah rumput liar tumbuh. Untuk
mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan bantuan kored/cangkul
dengan hati-hati.
Pengairan dilakukan secara
rutin pada pagi/sore hari ketika tanaman masih berada pada masa pertumbuhan
awal. Pengairan selanjutnya ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim. Biasanya
penyiraman akan lebih banyak dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga
pertumbuhan tetap baik, tanah tidak boleh berada dalam keadaan kering.
Kegiatan Pembumbunan perlu
dilakukan pada pertanaman rimpang-rimpangan untuk memberikan media tumbuh
rimpang yang cukup baik. Pembumbunan dilakukan dengan menimbun kembali area
perakaran dengan tanah yang jatuh terbawa air. Pembumbunan dilakukan secara
rutin setelah dilakukan penyiangan. Pemupukan dapat menggunakan pupuk organik
ataupun pupuk buatan. Pada pertanian organic yang tidak menggunakan bahan kimia
termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, pemupukan dilakukan dengan menggunakan
pupuk kompos organik atau pupuk kandang yang dilakukan lebih sering dibanding
kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini
dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar
sebanyak 60–80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk
menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi
tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5–1kg per tanaman. Pupuk sisipan
selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan.
Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos
ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan
kegiatan Pembumbunan. Untuk pemupukan secara buatan (konvensional) dapat
dilakukan dengan cara memberikan pupuk dasar yang diberikan saat tanam. Pupuk
yang digunakan yaitu SP-36 sebanyak 100 kg/ha yang disebar di dalam larikan
sedalam 5 cm di antara barisan tanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam
5 cm pada jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau lubang pupuk
kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman langsung
disiram untuk mencegah kekeringan tunas. Pemupukan susulan dilakukan pada waktu
tanaman berumur dua bulan. Tanaman dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5
kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea dan 85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali
pada waktu umur tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis
masing-masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di dalam
larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.
Panen dan Pascapanen
Rimpang dipanen dari
tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman yang siap panen memiliki
daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan mengering, memiliki
rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan. Pemanenan dilakukan dengan cara
menggali tanah yang terdapat disekitar rumpun dan rumpun diangkat bersama akar
dan rimpangnya.
Panen dilakukan pada akhir
masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim kemarau. Saat panen biasanya ditandai
dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat
dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim
kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya
rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif
karena lebih banyak kadar airnya.
Pascapanen yang dilakukan
adalah dengan mencuci rimpang dari kotoran yang melekat sampai bersih.
Selanjutnya rimpang ditiriskan. Untuk membuat simplisia, rimpang diiris setebal
7-8 mm lalu dijemur. Proses pengeringan irisan rimpang dapat dilakukan dengan
dijemur di bawah sinar matahari atau dengan alat pengering buatan dengan suhu
500C.
Kandungan Kimia
Rimpang mengandung minyak
asiri antara lain terdiri dari mirsen, p-toluil metal karbinol, kurkumin,
desmetoksi kurkumin, bidesmetil kurkumin, felandren, sabinen, sineol, borneol,
zingiberen, turmeron, atlanton, artumeron, ksantorizol, dan germakron.
Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian
1.
Ekstrak air temulawak dapat menurunkan kadar kolesterol
total dan trigliserid darah kelinci dalam keadaan hiperlipidemia, tetapi tidak
berpengaruh pada HD kolesterol. (Abdul Naser, jurusan Farmasi FMIPA, UNPAD,
1987)
2.
Kurkuminoid temulawak dapat menurunkan kadar kolesterol
total trigliserida darah kelinci dalam keadaan hiperlipidemia. Peningkatan kadar
HDL kolesterol hanya berpengaruh pada pemberian 20 mg kurkuminoid (Pramadhia
Budhidjaya, Jurusan Farmasi FMIPA, UNPAD, 1988).
3.
Pemberian kurkuminoid temulawak pada kelinci berbobot
1,5-2,5 kg, dengan dosis 5, 10, 15, 20, dan 25 mg/ekor, peroral, setiap hari
selama 42 hari. Pada semua dosis, kurkuminoid dapat menurunkan kadar kolesterol
total dan bilirubin total, serta menaikkan kadar asam empedudarah kelinci.
(Robert Edward Aritonang, Jurusan Farmasi-FMIPA, UNPAD, 1988).
4.
Infus rimpang temulawak 5, 10 dan 20% dapat
meningkatkan daya regenerasi sel hati secara nyata disbanding kontrol pada
tikus putih jantan yang dirusak sel hatinya dengan 1,25 ml karbon
tetraklorida/kg bb, peroral. (Setiawan Angtoni, Fakultas Farmasi-UBAYA, 1991).
5.
Ekstrak air temulawak 10% b/v dengan dosis 6,8 dan 10
ml/hari dapat menurunkan kadar SGOT dan SGPT darah kelinci yang terinfeksi
virus hepatitis B, tetapi tidak berpengaruh terhadap virus hepatitis B.
(Sumiati Yuningsih, Jurusan Farmasi FMIPA, UNPAD, 1987).
6.
Kurkuminoid temulawak dengan dosis 10, 15 dan 20
mg/hari dapat menurunka kadar SGOT dan SGPT, serta menaikkan kadar ChE darah
kelinci keadaan hepatotoksik (Tavip Budiawan, Jurusan Farmasi FMIPA
UNPAD,1988).
7.
Minyak asiri temulawak jenuh dalam dapar “KREBS”, akan
menghambat penyerapan glukosa dalam usus halus tikus dan bersifat reversible
(Endah Primawati, Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD, 1987).
8.
Kurkuminoid temulawak dapat meningkatkan penyerapan
glukosa di usus halus tikus. Penyerapan ini juga bersifat reversible (Karta,
Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD, 1987).
9.
Campuran kurkuminoid dan minyak asiri menghambat
penyerapan glukosa pada mencit. Ikatan keduanya juga reversible (Eli Halimah,
Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD, 1987).
10.
Infus rimpang temulawak 20% dan 40% dapat menambah
produksi air susu mencit secara nyata disbanding dengan kontrol. Terdapat
perbedaan yang nyata antara pemberian infus 20% dan 40%. Infus diberikan pada
induk mencit dan produksi susu diukur dengan cara menilai perbedaan berat anak
mencit sebelum dan sesudah menyusui (Clara Maria Limono, FF UBAYA,1990).
Khasiat dan Cara Pemakaian
1.
Mengobati bau badan yang kurang sedap
Bahan
: Rimpang temulawak 1 buah, air 1 l
Pemakaian
: Rimpang diparut dan direbus dengan air I l. Dinginkan terlebih dahulu
sebelum diminum.
2.
Membersihkan darah
Rimpang
temulawak diiris tipis-tipis, lalu dijemur hingga kering. Rimpang ini diseduh
dengan air hangat, kemudian diminum seperti the. Agar tidak terlalu pahit,
sewaktu meminumnya dapat dicampur dengan gula merah.
3.
Penyakit kuning, demam malaria, sembelit,
serta memperbanyak ASI
Rimpang
diparut dan diperas airnya, kemudian diminum. Dapat juga dengan minum air
rebusan rimpang temulawak yang kering.
4.
Badan letih
Bahan
: Rimpang temulawak 50 g
Pemakaian : Rimpang dibersihkan dan diparut sampai halus,
lalu ditambahkan air
secukupnya. Kemudian direbus. Setelah air mendidih, didinginkan, lalu
diminum.Lakukan hal ini 2 kali sehari, cukup 1 gelas. Bila perlu dapat
ditambahkan madu atau air gula aren agar ramuan lebih enak dan berkhasiat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar