Definisi
Hernia
merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1,2,3,4
Hernia
inguinal dapat diartikan sebagai pembengkakan/penonjolan peritoneum di sekitar
kongenital atau adanya defek pada
muskular dan struktur fasial dari dinding abdominal.5
Klasifikasi
Modified
traditional classification (Zollinger 2003)6
Nyhus
classification (Nyhus 1991)7
Secara umum hernia terbagi atas dua jenis, yaitu :
1.
Hernia Internal
Hernia yang terjadi di dalam tubuh penderita
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata. Contohnya : hernia diaphragmatica.
2.
Hernia Eksternal
Hernia yang dapat dilihat oleh mata dikarenakan
benjolan hernia menembus keluar sehingga dapat dilihat oleh mata.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :
1. Hernia bawaan atau kongenital
2.
Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat).
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :
1.
Hernia reponibel/reducible
2.
Hernia ireponibel
3.
Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer
= penjara),
Berdasarkan letaknya, hernia dibagi menjadi :
1.
Hernia Inguinal
Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
a.
Indirek/lateralis
b.
Direk/medialis
2.
Hernia femoral
3.
Hernia umbilical
4.
Hernia paraumbilical
5.
Hernia Incisional
6.
Hernia diafragma
7.
Hernia obturator
Gambar.
Inguinal Hernia
Sumber
: European Hernia Society Guidelines
“Treatment
of Inguinal Hernia in Adult Patients” (10)
Insiden/Prevalensi
Ada lebih dari 600.000 kasus hernia
terobati di Amerika Serikat. 5% dari populasi tersebut akan mengembangkan
hernia abdominal, prevalensi kemungkinan dapat menjadi lebih tinggi.5
Di Indonesia pada tahun 2007 hernia
menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus. Tujuh puluh lima
persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha). Yang
lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia
dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki ketimbang perempuan. Hernia
inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis
dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali
lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita,
kemungkinan terjadinya hernia semakin besar.
Patofisiologi
Hernia dapat terjadi pada semua umur,
mulai dari bayi sampai dengan orang tua. Hernia inguinalis lateralis adalah
hernia yang melalui anulus inguinalis internus. Kanalis inguinalis adalah kanal
yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi penurunan testis
melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke
daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritoneal.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya
proses ini telah mengalami obliterasi (penyempitan/mengecil), sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal,
seringkali kanalis ini tidak menutup. Biasanya yang sering terkena hernia
adalah bayi atau anak laki-laki karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka
ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus karena tidak
mengalami obliterasi, akan timbul hernia kongenital. Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup. Namun karena tekanan intraabdominal meningkat, kanal
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita
(didapat).
Keadaan yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan
pada saat defekasi dan mengejan pada saat miksi misalnya akibat hipertropi
prostat.
Umumnya hernia tidak menimbulkan nyeri. Namun bila sudah terjadi jepitan isi
hernia oleh cincin hernia maka akan menimbulkan nyeri. Akibat banyaknya usus
yang masuk, menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan
vaskuler, menyebabkan pembuluh darah di daerah tersebut lama kelamaan akan mati
dan akan menjadi penimbunan racun. Jika dibiarkan terus, maka racun tersebut
akan menyebar ke seluruh daerah perut sehingga dapat menyebabkan infeksi di dalam
tubuh.
Infeksi akibat hernia menyebabkan penderita
merasa perut kembung, muntah, konstipasi dan merasakan nyeri yang hebat dan
kontinyu, daerah benjolan menjadi merah
dan pasien gelisah, maka harus segera ditangani oleh dokter, karena dapat
mengancam nyawa penderita. Sebenarnya tidak semua hernia harus dioperasi.
Bila jaringan hernia masih dapat dimasukkan kembali, maka tindakannya adalah
reposisi dengan memasukkan bantalan penyangga untuk mempertahankan hernia yang
telah direposisi. Pada hernia incarserata sering terjadi dibawah 2 tahun.
Reposisi spontan dapat terjadi karena
cincin hernia pada anak-anak lebih elastis. Bila usaha reposisi ini berhasil,
anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak
berhasil dalam waktu enam jam, maka
harus dilakukan operasi (Lampiran 1).
Perkembangan dari hernia inguinal sangat
beragam. Dalam kasus patogenesis kongenital dapat dijelaskan bahwa hal ini
disebabkan adanya penutupan yang tidak sempurna pada dinding abdominal atau
dalam kasus yang berkaitan dengan
hernia, disebabkan adanya pelenturan jaringan fasial akibat dari menurunnya
kekuatan dinding abdominal. Faktor etiologi dapat meningkatkan tekanan intra abdominal
atau perubahan pada jaringan penghubung.9
Skema Patofisiologi Hernia
Tekanan yang berulang
|
Peningkatan intensitas tekanan
|
Menjangkau area diafragma
|
Meningtkatnya
intensitas dari pergerakan otot diafragma
|
Tekanan yang berlebihan yang
menyebabkan turunnya kekuatanotot
|
Terjadi sepanjang daerah bagian bawah esofagus
|
Berlanjut
menyerang bagian bawah perut
|
SLIDING HIATAL HERNIA
|
Mempengaruhi sebagian besar kontraksi otot perut
|
ROLLING HIATAL HERNIA
|
MIXED HIATAL HERNIA
|
Etiologi
Semakin bertambahnya usia kita,
kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan
otot-otot perut yang sudah mulai melemah. Penyebab hernia inguinalis hingga
saat ini masih belum dapat dimengerti dengan sempurna. Namun yang menjadi
prinsip terjadinya hernia inguinalis adalah peninggian tekanan di dalam rongga
perut dan kelemahan otot dinding perut (karena usia).
Hal-hal
yang dapat menyebabkan terjadinya hernia adalah :
· Mengangkat
beban yang terlalu berat
· Batuk
kronis
· Kegemukan
(obesitas)
· Mengedan
· Kehamilan
· Asites
(penumpukan cairan abnormal di dalam rongga perut)
· Aktifitas
fisik yang berlebihan
· Kelemahan
otot dan jaringan
· adanya
prosesus vaginalis yang terbuka
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan
yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan
ke kranial melalui anulus eksternus.
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan
tambahan untuk menegakkan diagnosis hernia. Diagnosa dari hernia inguinal
sebagian besar dapat dilakukan menggunakan tes secara fisik dan pengecekan
menggunakan ultrasound. CT scan, MRT
maupun sinar-X dalam hal ini tidak
dianjurkan untuk pemeriksaan rutin.9
Tanda-tanda &
simptom
Gejala dan tanda
klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Keluhan yang dirasakan
dapat dari yang ringan hingga yang berat. Karena pada dasarnya hernia merupakan
isi rongga perut yang keluar melalui suatu celah di dinding perut, keluhan
berat yang timbul disebabkan karena
terjepitnya isi perut tersebut pada celah yang dilaluinya (yang dikenal sebagai
strangulasi). Jika masih ringan, penonjolan yang ada dapat hilang timbul.
Benjolan yang ada tidak dirasakan nyeri atau hanya sedikit nyeri dan timbul
jika kita mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat. Biasanya tonjolan dapat
hilang jika kita beristirahat. Jika pada
benjolan yang ada dirasakan nyeri hebat, maka perlu dipikirkan adanya
penjepitan isi perut.. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi
jaringan isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi transudat
berupa cairan serosangoinus, ini adalah kedaruratan bedah karena usus terlepas,
usus ini cepat menjadi gangren.
Biasanya jenis
hernia inguinalis yang lateralis yang lebih memberikan keluhan nyeri hebat
dibandingkan jenis hernia inguinalis yang medialis. Terkadang, benjolan yang
ada masih dapat dimasukkan kembali kedalam rongga perut dengan tangan kita
sendiri, yang berarti menandakan bahwa penjepitan yang terjadi belum terlalu
parah. Namun, jika penjepitan yang terjadi sudah parah, benjolan tidak dapat
dimasukkan kembali, dan nyeri yang dirasakan sangatlah hebat. Nyeri dapat
disertai mual dan muntah. Hal ini dapat terjadi jika sudah terjadi kematian
jaringan isi perut yang terjepit tadi. Hernia strangulata merupakan suatu
keadaan yang gawat, jadi perlu segera dibawa
ke dokter untuk mendapatkan pertolongan.
Faktor Risiko5
ü Umur
ü Jenis
Kelamin
ü Kehamilan
ü Obesitas
ü Merokok
ü Faktor
fisik/pekerjaan mengangkat beban yang terlalu berat
Penanganan Non
Farmakologi
(European
Hernia Society Guidelines(10))
a. Terapi
konservatif/non bedah meliputi :
- Penggunaan
alat penyangga bersifat sementara seperti pemakaian sabuk/korset pada hernia
ventralis. Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan Hernia inkaserata
yang tidak menunjukkan gejala sistemik.
- Diet
cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan
gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama
BAB, hindari kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk
gejala-gejala.
- Hindari
aktivitas-aktivitas yang berat.
b. Terapi
umum adalah terapi operatif
Tindakan bedah
pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia) dan herniorafi (menjahit
kantong hernia).
- Herniotomi:
isi kantung dikembalikan dan pintu/cincin ditutup. Bedah ini dilakukan
pada anak-anak dikarenakan penyebabnya adalah proses kongenital dimana prosesus
vaginalis tidak menutup pada proses desensus testikulorum.
- Herniorafi
: isi kantung dikembalikan dan pintu/cincin ditutup, kemudian dinding belakang
dari hernia disulam/dijahit untuk diperkuat. Bedah ini dilakukan pada orang
dewasa dikarenakan penyebab hernianya adalah karena kelemahan otot/fascia
dinding belakang abdomen.
Penanganan Farmakologi
(European Hernia
Society Guidelines(10))
a. Analgesik
- Untuk
nyeri ringan : NSAID
Contoh : Antrain (metamizol Na)
Mekanime Kerja : Dalam dosis tunggal anti inflamasi
mempunyai aktivitas analgesik yang setara dengan paracetamol,dalam dosis penuh
yang lazim AINS memperlihatkan efek analgesik yang betahan lama yang sangat
berguna pada pengobatan nyeri akibat peradangan.
Interaksi obat :
Dengan antikoagulan
- Untuk
nyeri sedang : kombinasi NSAID atau parasetamol
dengan opiad
- Untuk
nyeri kuat : analgesik opiad
b. Antibiotik
profilaksis
Pemberian antibiotik
profilaksis bertujuan untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya infeksi
luka pasca operasi. Antibiotik yang diberikan beberapa saat sebelum operasi
atau pada saat dilakukan operasi supaya konsentrasi obat di jaringan cukup
tinggi pada saat dilakukan operasi sampai beberapa jam setelah luka operasi
ditutup. Jenis operasi bersih terkontaminasi dan operasi terkontaminasi
memerlukan antibiotik profilaksis. Jenis antibiotik harus sesuai dengan pola
kuman terbanyak yang menyebabkan infeksi luka operasi. Sefalosforin generasi II
dan III adalah obat pilihan untuk profilaksis sebagian besar operasi termasuk
operasi-operasi digestif.
Sumber : European Hernia Society
Guidelines (10)
Contoh : cefuroxim
Mekanisme Kerja :
Sefuroksim bertindak sebagai bakterisida dengan cara menghambat sintesis
mukopeptida pada dinding sel bakteri
Interaksi obat :
- Probenecid: jika probenecid diberikan bersamaan
dengan sefuroksim akan menyebabkan menurunnya laju sekresi tubular sefuroksim,
sehingga menghasilkan konsentrasi sefuroksim dalam serum yang lebih tinggi.
- Aminoglikosida: dapat bersifat aditif atau sinergis
terhadap beberapa organisme termasuk Enterobacter, Eschericia coli,
Klebsiella, Proteus mirabilis, Serratia marcescens.
- Obat lain: sefuroksim tidak boleh digunakan
bersamaan dengan pasien yang mengkonsumsi diuretik karena dapat meningkatkan
efek samping terhadap ginjal.
c. Anastesi
Infiltrasi dengan 40-60
ml 50% bupivakain 0,5%, 50% lidokain 1% jika perlu dengan adrenalin (mengontrol
tekanan darah). DM lidokain 1% adalah 300 mg dan bupivakain 0,5% adalah 175 mg.
Contoh Kasus
Seorang
perempuan 75 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan terdapat benjolan di
selangkangan kiri sejak ±1 bulan yang lalu. Benjolan dapat keluar masuk. Kadang
benjolan membesar ketika pasien mengangkat beban dan ketika pasien jalan, namun
ketika pasien tiduran benjolan dapat masuk. Benjolan tersebut tidak nyeri,
lunak dan tidak mengeluarkan cairan. Tidak terdapat nyeri perut, mual, muntah,
nyeri kepala, batuk. BAB dan BAK normal. Riwayat pengobata TB paru selama 6
bulan (+), sedangkan hipertensi, jantung, diabetes mellitus, asma maupun alergi
disangkal. Riwayat anestesi sebelumnya disangkal. Dari pemeriksaan didapatkan,
keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 100 x/menit,
respirasi 24 x/menit, suhu 36,9 oC.
Pemeriksaan kepala-leher, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
hidung, mulut, mandibula tidak
didapatkan kelainan. Pemeriksaan thorak, abdomen, dan ekstremitas tidak didapatkan kelainan. Status
Lokalis pada tampak benjolan di daerah
Anulus femoralis sinistra,yang bisa dimasukkan kembali, nyeri tekan tidak ada,
finger test ada, teraba tekanan ketika pasien diminta untuk mengejan.
Pemeriksaan
penunjang : darah lengkap Hb 13,5 g/dL, Hmt 29, Angka Leukosit4,5 103/uL, Angka
Eritrosit 4,64 106/uL, Angka Trombosit 245 103/uL, BT 2’00”, CT 2’00”, Ureum
28,5 mg/dl, Kreatinin 0,94 mg/dl. Foto Thorax diperoleh Pulmo normal dan cor
tampak membesar. EKG tampak adanya LVH.
Diagnosis:
Berdasarkan data
yang diperoleh diatas maka diagnosis pre-operatif pada pasien ini adalah Hernia
Femoralis Sinistra Repponibel dengan status operasi ASA III.
Terapi :
Pada tindakan
anestesi diberikan premedikasi berupa ondansetron 4 mg i.v dan antrain 1000 mg
i.v, pada induksi anastesi disuntikan secara SAB pada vertebra lumbal 3-4 obat
yang digunakan adalah bupivacain 20mg, kemudian untuk menjaga oksigenasi
diberikan O2 3L/m.
Ondansentron
;
- Untuk pencegahan mual dan muntah
- Untuk pencegahan mual dan muntah
Antrain
(metamizole Na/metamphiron) :
-
Untuk meredakan nyeri
Bupivacain
:
-
Anestesi lokal/regional
-
Analgesik untuk operasi
Literatur
:
1.
Stead LG, et all,. First aid for
the surgery clerkship, Intrnational edition, The Mc Graw-Hill Companies, Inc, Singapore,
2003, 307-317.
2.
Manthey, D. hernia.
http//www.emedicine.com
3.
Schwartz, Shires, Spencer. Abdominal Wall
Hernias. Principles of Surgery 5th Edition. The Mc Graw-Hill Companies, Inc,
1988. 1525- 1544
4.
Sjamsu Hidayat & Jong. Buku Ajar Ilmu
bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC. 1997.523-538.
5. Holzheimer, R.G, European Journal of Medical
Research, Inguinal Hernia : Classification, Diagnosis and Treatment, 2005.
6. Zollinger RM. Classification systems for groin
hernias. Surg Clin North Am 2003;83:1053-1063.
7. Nyhus LM, Klein MS, Rogers FB. Inguinal
hernia. Curr Probl Surg 1991;28(6):401-50.
8. Oswari. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta
: Penerbit FKUI
9. Conze J, Klinge U, Schumpelick V. Hernias. In:
Surgical treatment – evidence-based and problem-oriented. Holzheimer RG,
Mannick JA (eds.). Zuckschwerdt Verlag Munchen Bern Wien New York 2001:611-618
10.European
Hernia Society Guidelines “ Treatment of Inguinal Hernia in Adult Patients”. www.herniaweb.org.
11.Geoffrey
Paul Kohn, Raymond Richard Price, dkk, Guidelines for the management of hiatal
hernia, 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar