Uji
alkaloid.
Uji
Alkaloid dilakukan dengan
metode Mayer,Wagner dan
Dragendorff. Sampel sebanyak
3 mL diletakkan
dalam cawan porselin
kemudian ditambahkan 5 mL HCl 2 M
, diaduk dan kemudian didinginkan
pada temperatur ruangan.
Setelah sampel dingin ditambahkan 0,5 g NaCl lalu
diaduk dan disaring.
Filtrat yang diperoleh
ditambahkan HCl 2 M sebanyak 3
tetes , kemudian dipisahkan menjadi 4
bagian A, B,
C, D. Filtrat
A sebagai blangko, filtrat B ditambah pereaksi Mayer, filtrat
C ditambah pereaksi
Wagner, sedangkan filtrat
D digunakan untuk
uji penegasan. Apabila
terbentuk endapan pada
penambahan pereaksi Mayer
dan Wagner maka identifikasi
menunjukkan adanya alkaloid.
Uji penegasan dilakukan
dengan menambahkan amonia
25% pada filtrat
D hingga PH
8-9. Kemudian ditambahkan
kloroform, dan diuapkan
diatas waterbath. Selanjutnya
ditambahkan HCl 2M, diaduk dan disaring. Filtratnya dibagi menjadi 3 bagian. Filtrat A sebagai blangko, filtrat
B diuji dengan
pereaksi Mayer, sedangkan
filtrat C diuji dengan
pereaksi Dragendorff. Terbentuknya
endapan menunjukkan adanya
alkaloid.
Uji tanin dan polifenol.
Sebanyak 3 mL sampel
diekstraksi akuades panas
kemudian didinginkan. Setelah
itu ditambahkan 5
tetes NaCl 10%
dan disaring. Filtrat dibagi 3
bagian A, B, dan C. Filtrat A
digunakan sebagai blangko,
ke dalam filtrat
B ditambahkan 3
tetes pereaksi FeCl3,
dan ke dalam
filtrat C ditambah garam gelatin. Kemudian diamati perubahan yang terjadi.
Uji saponin.
Uji Saponin dilakukan
dengan metode Forth yaitu dengan
cara memasukkan 2 mL sampel kedalam
tabung reaksi kemudian
ditambahkan 10 mL akuades lalu dikocok selama 30 detik,
diamati perubahan yang
terjadi. Apabila terbentuk
busa yang mantap (tidak hilang
selama 30 detik)
maka identifikasi menunjukkan
adanya saponin. Uji
penegasan saponin dilakukan
dengan menguapkan sampel
sampai kering kemudian
mencucinya dengan heksana
sampai filtrat jernih.
Residu yang tertinggal
ditambahkan kloroform, diaduk
5 menit, kemudian
ditambahkan Na2SO4 anhidrat dan disaring. Filtrat dibagi menjadi
menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A
sebagai blangko, filtrat B
ditetesi anhidrat asetat,
diaduk perlahan, kemudian
ditambah H2SO4 pekat
dan diaduk kembali.
Terbentuknya cincin merah sampai
coklat menunjukkan adanya
saponin.
Uji Kardenolin dan bufadienol.
Uji Kardenolin
dan Bufadienol menggunakan
3 metode yaitu
metode Keller Killiani,
metode Liebeman-Burchard dan metode Kedde. (i) Metode Keller-Killiani yaitu dengan
menguapkan 2 mL sampel, dan mencucinya
dengan heksana sampai heksana
jernih. Residu yang
tertinggal dipanaskan diatas
penangas air kemudian
ditambahkan 3 mL
pereaksi FeCl3 dan
1 mL H2SO4
pekat. Jika terlihat
cincin merah bata
menjadi biru atau
ungu maka identifikasi
menunjukkan adanya kardenolin
dan bufadienol. (ii) Metode
Lieberman-Burchard yaitu dengan
cara menguapkan sampel
sampai kering. Kemudian
ditambahkan kedalamnya 10 mL heksana,
diaduk selama beberapa
menit lalu biarkan.
Selanjutnya diuapkan diatas
penangas air dan
ditambahkan 0,1 g Na2S04 anhidrat lalu diaduk. Larutan
disaring sehingga diperoleh
filtrat. Kemudian filtrat
dipisahkan menjadi 2 bagian, A dan B.
Filtrat A sebagai
blangko dan filtrat
B ditambahkan 3
tetes pereaksi asam
asetat glasial dan
H2SO4, senyawa kardenolin
dan bufadienol akan
menunjukkan warna merah
sampai ungu. (iii) Metode Kedde
yaitu dengan cara
menguapkan sampel sampai kering kemudian menambahkan 2 mL kloroform, lalu dikocok dan disaring.
Filtrat dibagi menjadi
2 bagian, A dan B.
Filtrat A sebagai blangko, dan filtrat B ditambah 4 tetes
reagen Kedde. Senyawa
kardenolin dan bufadienol akan menunjukkan warna ungu
Uji flavonoid.
Sebanyak 3 mL sampel diuapkan, dicuci
dengan heksana sampai
jernih. Residu dilarutkan
dalam 20 mL etanol
kemudian disaring. Filtrat dibagi 4 bagian A, B, dan C. Filtrat
A sebagai blangko, filtrat
B ditambahkan 0,5
mL HCl pekat
kemudian dipanaskan pada
penangas air, jika
terjadi perubahan warna
merah tua sampai
ungu menunjukkan hasil
yang positif (metode
Bate Smith-Metchalf). Filtrat C
ditambahkan 0,5 mL HCl dan
logam Mg kemudian diamati
perubahan warna yang terjadi
(metode Wilstater). Warna
merah sampai jingga diberikan
oleh senyawa flavon, warna merah tua
diberikan oleh flavonol
atau flavonon, warna hijau sampai biru diberikan oleh
aglikon atau glikosida. Filtrat D
digunakan untuk uji KLT.
Uji antrakuinon.
Uji
antrakuinon dilakukan dengan uji
Brontrager dan uji
Brontrager termodifikasi. Uji
Brontrager dilakukan dengan cara
melarutkan 2 mL
sampel dengan 10
mL akuades kemudian
disaring, filtrat diekstrak
dengan 5 mL
benzena. Hasil ekstrak dibagi menjadi 2
bagian, A dan B. Filrat A digunakan sebagai blangko dan
filtrat B ditambahkan
5 mL ammonia kemudian
dikocok, bila terdapat warna
merah berarti hasil positif. Uji Brontrager
termodifikasi dilakukan dengan
melarutkan 2 mL sampel dengan 10 mL 0,5 N KOH dan
1 mL larutan
hidrogen peroksida. Kemudian
dipanaskan pada waterbath selama 10 menit, didi- nginkan dan
disaring. Pada filtratnya
ditambahkan asam asetat
bertetes-tetes sampai pada
kertas lakmus menunjukkan
asam. Selanjutnya diekstrak
dengan 5 mL benzena. Hasil ekstrak dibagi menjadi 2
bagian, A dan
B. Larutan A
digunakan sebagai blangko,
sedangkan larutan B
dibuat basa dengan
2-5 mL larutan
amonia. Perubahan warna
pada lapisan basa
diamati. Warna merah
atau merah muda menunjukkan adanya antrakuinon.
Analisis kromatografi lapis tipis (KLT)
Uji alkaloid.
Filtrat
D pada skrining
fitokimia ditambah amonia
25% hingga PH
8-9. Kemudian ditambahkan
kloroform, dan dipekatkan diatas
waterbath. Fase kloroform
ditotolkan pada plat
silika gel G60.
Elusi dilakukan dengan
metanol : NH4OH pekat = 200 :
3. Plat dikeringkan
dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan
366 nm. Kemudian
plat disemprot dengan
pereaksi Dragendorff, dikeringkan
dan diamati pada cahaya tampak,
UV 254 nm dan 366 nm.
Uji saponin.
Sampel
ditambah dengan HCl
2M, diaduk, direfluks
6 jam diatas
waterbath, kemudian didinginkan.
Setelah itu dinetralkan
dengan amonia, diuapkan
diatas waterbath, ditambah
n-heksana kemudian disaring.
Filtratnya kemudian diuapkan
diatas waterbath, ditambah 5
tetes kloroform, dan
ditotolkan pada plat
silika gel G60.
Elusi dilakukan dengan
kloroform : aseton = 4
: 1. Plat dikeringkan
dan diamati pada
cahaya tampak, UV 254 nm dan 366
nm. Kemudian plat
disemprot dengan SbCl3
dioven pada suhu
110oC selama 10
menit, dan diamati
pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
Uji kardenolin/bufadienol.
Sampel
ditotolkan pada plat silika gel
G60. Dielusi menggunakan CHCl3 :
MeOH =
1:1. Plat dikeringkan
dan diamati pada
cahaya tampak, UV 254 nm
dan 366 nm.
Selanjutnya disemprot dengan
pereaksi kedde, dikeringkan
di udara, dan
diamati pada cahaya
tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Noda biru sampai ungu mengindikasikan adanya lakton tak
jenuh.
Uji flavonoid.
Filtrat
C pada skrining
fitokimia ditotolkan pada
plat silika gel
G60. Dielusi dengan
butanol : asam
asetat : air
= 3:1:1, kemudian
dikeringkan dan diamati
pada cahaya tampak,
UV 254 nm
dan 366 nm.
Selanjutnya plat disemprot
dengan amonia, dikeringkan
dan diamati kembali
pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar