Nyeri merupakan keluhan yang sering dirasakan oleh
banyak orang dan seringkali mengganggu aktifitas, sehingga orang tersebut
merasakan sebagai hal yang tidak menyenangkan, terasa menyiksa sehingga
akhirnya orang berusaha untuk mengobatinya. Nyeri dapat bersifat protektif,
yaitu dengan menyebabkan individu menjauhi suatu rangsangan yang berbahaya atau
tidak memiliki fungsi, seperti pada nyeri kronik.
Pada beberapa penyakit, nyeri merupakan gejala penting
yang sering merupakan keluhan utama penderita. Tapi pada saat ini tidak semua
fasilitas pengobatan memberikan perhatian yang seksama pada permasalahan nyeri.
Nyeri akan terasa jika reseptor – reseptor nyeri
spesifik teraktifasi, yang disebabkan oleh rangsang mekanik, termal, kimia atau
listrik melampaui suatu ambang nyeri tertentu (nilai ambang nyeri) sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan senyawa nyeri. Senyawa nyeri
tersebut antara lain adalah berbagai neurotransmiter pada kerusakan jaringan,
histamin pada konsentrasi tinggi (10-8 g/L), asetilkolin pada
konsentrasi rendah yang dapat menyebabkan sensibilasi nyeri dan asetilkolin
pada konsentrasi tinggi yang merupakan zat nyeri, serotonini, kinin, bradikinin
serta prostaglandin.
Kadang kala kita
lebih mudah merasa nyeri, sedangkan adakalanya juga kita dapat lebih tahan. Ada beberapa faktor yang
menaikkan ambang rangsang nyeri, sedangkan ada faktor yang menurunkannya. Kita
harus mengupayakan agar mendapatkan faktor yang menaikkan ambang rasa nyeri,
Termasuk : hilangnya keluhan penderita, cukup tidur, dukungan spiritual dan
emosional dan pemakaian obat yang sesuai. Sebaliknya kita harus menghindari
faktor yang menurunkan ambang rasa nyeri yaitu : sulit tidur, kelelahan,
kegelisahan, marah, depresi, bosan dan merasa sunyi.
Penggolongan Nyeri
Secara umum nyeri dapat digolongkan menjadi beberapa golongan yaitu
:
1. Berdasarkan Lamanya
Nyeri
a. Nyeri Akut atau Nyeri
Cepat
Nyeri cepat digambarkan dengan banyaknya nama pengganti
seperti rasa nyeri tajam, rasa nyeri tertusuk, rasa nyeri akut dan rasa nyeri
elektrik. Jenis rasa nyeri ini akan terasa jika sebuah jarum ditusukkan ke kulit,
jika kulit tersayat pisau, atau jika kulit terbakar secara akut. Nyeri juga
terasa subyek jika mendapat syok elektrik. Rasa nyeri cepat, nyeri tajam tak
akan terasa di sebagian besar jaringan didalam tubuh.
Pasien pada nyeri akut akan
memperlihatkan respon neurologik yang terukur yang disebabkan oleh stimulasi
simpatis yang disebut sebagai hiperaktivitas otonom. Perubahan – perubahan ini
mencakup takikardia, takipenia, meningkatknya aliran darah perifer,
meningkatnya tekanan darah (baik systole maupun diastole) dan dibebaskanya
katekolamin (suatu respon stress yang khas).
b. Nyeri Kronik atau Nyeri
Lambat
Nyeri lambat juga
mempunyai banyak nama tambahan, seperti rasa nyeri terbakar lambat, nyeri
pegal, nyeri berdenyut – denyut, nyeri mual dan nyeri kronik. Jenis Nyeri ini
biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan. Rasa nyeri dapat berlangsung
lama, menyakitkan dan dapat menjadi penderitaan yang tak tertahankan. Rasa
nyeri ini dapat terasa dikulit dan hampir semua jaringan dalam atau organ.
Nyeri kronik dapat
berlangsung terus menerus walaupun pasien diberi pengobatan atau penyakit
tampak sembuh dan nyeri tidak memiliki makna biologis. Nyeri kronik dapat
mempengaruhi semua aspek kehidupan pengidapnya, menimbulkan distress dan
kegalauan emosi, dan dapat mengganggu fungsi fisik, sosial dan lingkungan.
Sindrom nyeri kronik sering disertai gejala rasa cemas, insomnia dan yang
paling sering adalah gejala depresi.
2. Menurut Jenis
a. Nyeri Nosiseptik,
Nyeri Nosiseptik yaitu nyeri yang terjadi akibat rangsangan
afern saraf perifer dan akibat peningkatan prostaglandin E2. Jika
sumber nyeri berasal dari tulang, sendi otot, kulit dan penderita dapat dengan
jelas menunjukkan lokasi nyeri maka disebutkan dengan nyeri nosiseptik somatik.
b. Nyeri Neurologik
Nyeri Neurologik
yaitu nyeri yang disebabkan oleh kerusakan saraf perifer akibat gangguan
patologi saraf tersebut atau akibat infiltrasi suatu penyakit diluar saraf.
Bentuk nyeri yang dirasakan dapat berupa nyeri panas, seperti ditusuk jarum,
kadang – kadang terjadi penurunan sampai kehilangan rasa bagian tubuh tertentu
dan rasa enak pada perabaan.
c. Nyeri Patologik
Nyeri patologik
dapat muncul jika keadaan jiwa seseorang terganggu, marah atau cemas, sehingga
penderita merasakan nyeri dan akan menghilang bila keadaan jiwa pasien yang
seringkali merupakan faktor utama yang memperburuk keadaan.
3. Menurut Penyebabnya
a. Nyeri Onkologik
Penderita nyeri
onkologik merasakan nyeri yang berkepanjangan (kronis) sehingga pasien
merasakan penderitaan yang berat, yang dapat pula disebabkan oleh tumor ganas
(kanker) yang merusak jaringan atau tumor jinak (benigna) yang menekan saraf.
b. Nyeri Non Onkologik
Nyeri non onkologik
adalah nyeri yang tidak ada berhubungan dengan kanker maupun pengobatan kanker.
Nyeri semacam ini antara lain adalah nyeri otot dan tulang, sakit kepala atau
migrain yang terjadi akibat ketegangan jaringan otot, artritis, nyeri akibat
kelainan kardiovaskuler, serta nyeri neuropati. Nyeri tersebut adalah nyeri
fisik dan dapat dipengaruhi oleh status emosi penderita seperti marah, cemas,
depresi, kepribadian penderita dan lain.
4. Berdasarkan Derajat
Nyeri
a. Nyeri Ringan
Nyeri ringan tidak mengganggu kegiatan sehari – hari dan
penderita dapat tidur.
b. Nyeri Sedang
Nyeri sedang akan mengganggu kegiatan sehari – hari
penderita tetapi ia dapat tidur.
c. Nyeri Berat
nyeri berat dirasakan oleh penderita sehingga mengganggu
kegiatan sehari – hari serta mengakibatkan penderita nyeri berat tidak dapat
tidur.
PENGOBATAN NYERI
Penanganan nyeri
tergantung dari derajat rasa nyeri serta tanggapan pada obat anti nyeri.
Analgetik adalah obat yang dalam dosis terapi dapat mengurangi atau melenyapkan
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Berdasarkan potensi kerja, mekanisme
dan efek sampingnya, analgetik dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu analgetik
kuat dan analgetik lemah.
1. Analgetik Kuat
(Golongan Opioid)
Obat yang tergolong
analgetik kuat memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dan bekerja
pada sistem saraf pusat. Umumnya obat –obat yang tergolong kedalam analgetik
kuat dapat mengurangi kesadaran dan menimbulkan perasaan nyaman serta dapat
mengakibatkan adiksi dan toleransi. Obat – obat yang tergolong analgetik kuat
terbagi atas :
- Obat yang berasal dari alam : Opium, morfin
- Golongan semi sintetis : Kodein, heroin
- Golongan Sintetis yang memiliki efek seperti morfin : Fenil piperidin, metadon, benzozain.
2. Analgetik Lemah
(Analgetik Perifer)
Analgetik ini tidak
mempunyai sifat – sifat psikotropik dan sifat sedasi. Pemakaian analgetik lemah
ini luas sehingga termasuk bahan obat-obatan yang banyak digunakan. Secara
kimia analgetik lemah dapat dikelompokkan atas :
- Turunan salisilat : Asetosal, salisilamit
- Turunan p-aminofenol : Parasetamol, fenasetin
- Turunan Pirazolon : Aminofenazon, antipirin
- Turunan Antranilat : Asam mefenamat
Kesimpulan
Sebenarnya nyeri
merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Nyeri menjadi sinyal bahwa terdapat
kerusakan pada tubuh. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa
rangsangan mekanik, suhu (panas / dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan
karena trauma / inflamasi. Meski nyeri merupakan suatu hal yang tidak
menyenangkan dan cendrung mengganggu, namun disisi lain kita masih bisa
mensyukurinya dan mengambil hikmah bahwa tubuh masih memiliki respon yang bagus
dan pertanda tubuh membutuhkan suatu pertolongan.
Referensi
1. Guyton, Artur C., Textbook of Medical Physiology, 8 th edition, terjemahan
Setiawan, Irawati, dkk, Buku Ajar Fisioligi Kedokteran, Penerbit Buku
kedokteran EGC, Jakarta, 1997
2. Katzung,B.G.,
Basic and Clinical Pharmacology, 8 th
edition, Terjemahan Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, Farmakologi Dasar dan klinik edisi 8, Penerbit Salemba Medika,
Jakarta, 2002
3. Sulistia G.
Ganiswara, Rianto Setiabudi, frans D. Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi, edisi 4, Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar