I. Pendahuluan
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang
juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah
golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam
darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana
organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Insulin adalah salah satu hormon yang
diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar
gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat,
lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin
berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.
Dabetes mellitus tipe 2 atau bisa juga
dikenal dengan diabetes mellitus sekunder umumnya terjadi karena adanya
gangguan pada seksresi insulin basal dan juga terjadi penurunan sensitivitas
jaringan, terutama jaringan hepar terhadap insulin. Gejala yang sering terjadi
biasanya adalah sering kencing dan merasa haus karena akibat dari poliuria. Kemudian juga terjadi
hiperglikemia yang dapat dipastikan dengan adanya pemeriksaan laboratorium. Dan
dapat juga terjadi komplikasi penyakit kardiovaskular.
Penyakit ini
merupakan salah satu penyakit yang tidak ditularkan (Non-Communicable
disease ) dan sering ditemukan di masyarakat seluruh
dunia.
Di negara berkembang DM juga sebagai penyebab kematian 4 – 5 kali
dibanding dengan penyakit lain.
Insidensi DM terus meningkat secara tajam, sampai saat ini tercatat sebanyak 177 juta penderita diabetes
di seluruh dunia, dan
diperkirakan pada tahun 2025 akan didapatkan penderita diabetes sebanyak
300 juta penderita.
Peningkatan insidensi DM akan meningkatkan insidensi komplikasi akibat
diabetes tersebut. Dari berbagai penelitian didapatkan sebanyak 30-40% penderita DM tipe 2 (DMt2) akan mengalami kerusakan ginjal berupa
nefropati diabetik yang pada akhirnya akan
jatuh ke gagal ginjal terminal yang akan memerlukan hemodialisis. Selain komplikasi pada organ ginjal
ini, DM ini juga sebagai penyebab peningkatan
insidensi kesakitan dan kematian penyakit kardiovaskuler.
Dengan meningkatnya insidensi DMt2 maka secara signifikan akan meningkatkan pula insidensi gagal ginjal dan penyakit
kardiovaskuler.
Dengan demikian
peningkatan insidensi DMt2 yang signifikan akan meningkatkan pula insidensi gagal ginjal dan penyakit
kardiovaskuler. Dengan kondisi seperti itu maka diperlukan
upaya pengelolaan dan pencegahan terhadap komplikasi
yang sering menjadi suatu langkah pengelolaan yang strategis dan sangat penting, dengan harapan upaya tersebut
dapat menunda perkembangan terjadinya komplikasi
maupun menghambat progresitifitas komplikasi yang sudah terjadi.
II. Epidemiologi
Seperti sudah
diungkapkan sebelumnya, bahwa insidensi penyakit kardiovaskuler dan gagal ginjal terus meningkat sejalan dengan
peningkatan insidensi DMt2. Banyak cara telah
dilakukan untuk upaya pencegahan meningkatnya
insidensi tersebut, antara lain upaya mengendalikan hipertensi salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner. Obat anti
hipertensi yang layak digunakan telah banyak ditawarkan
pada pengelolaan hipertensi penderita DMt2. Diharapkan dengan terkontrol dengan
baik tekanan darah akan menyebabkan pengurangan resiko
penyakit kardiovaskuler, tetapi dari berbagai penelitian ternyata insidensi penyakit kardiovaskuler tetap meningkat, equivalent dengan peningkatan insidensi DMt2. Hal ini disebabkan karena pada
DMt2 masih terdapat faktor risiko lain, selain
hipertensi seperti dislipidemia, sehingga perlu dipikirkan adanya pengelolaan faktor faktor resiko lain selain
pengelolaan hipertensi yang baik. Dengan
demikian pengelolaan faktor risiko lain seharusnya perlu dilakukan secara bersama dengan
pengelolaan hipertensi dengan
mencapai target terapi yang diharapkan.
III. Relevansi Hiperglikemia dengan peningkatan Risiko Penyakit Kardiovaskuler
Pada diabetes melitus,
selain keadaan hiperglikemia/ gangguan toleransi glukosa sebagai faktor resiko, juga dapat ditemukan faktor
resiko kardiovaskuler lain, seperti resistensi insulin,
hiperinsulinemia, dislipidemia, hipertensi, hiperkoagulasi, obesitas visceral dan mikroalbuminuria. Keadaan yang sangat multifaktorial ini menyebabkan insidensi penyakit
kadiovaskuler pada diabetes tinggi dan terus
meningkat apabila pengelolaannya tidak komprehensif. Dasar patofisologi dari kelainan tersebut adalah adanya gangguan
pada metabolisme ( Abnormality Metabolism ) yang sering dikemukakan akhir-akhir
ini sebagai sindroma metabolik.
IV. Sindroma Metabolik
Batasan Sindroma
metabolik yang diajukan oleh National
Cholesterol Education Program, Adult Treatment Panel III, tahun 2001 bahwa Faktor resiko adanya sindroma metabolik adalah Obesitas Abdominal (Lingkar panggul)
pada laki laki> 102 cm ( 40 inci ) dan wanita > 88 cm ( 35 inci), Kadar
trigleserida ≥ 150 mg/dl ( 1,7 mmol/L ),
Kadar kolesterol HDL pada laki laki < 40 mg/dl ( 1.4 mmol/L) dan wanita < 50 mg/dl ( 1,3 mmol/L ), Tekanan darah ≥ 130/ ≥ 85
mmHg serta Glukosa puasa ≥ 110 mg/dl ( 6,0 mmol/L).
Hubungan sidroma
metabolik dengan faktor resiko penyakit kardiovaskuler
adalah dengan terjadinya proses atherosklerosis yang menggambarkan terjadinya disfungsi endotel. Faktor faktor
tekanan darah, obesitas abdominal,
hiperinsulinemia. Diabetes, hiperkoagulasi, dan dislipidemia ini diawali dengan keadaan resistensi insulin.
V. Terapi
Pola
terapi yang dapat diterapkan untuk mengatasi diabetes mellitus komplikasi hipertensi
ini ada beberapa tahap yaitu :
1. Mengatur tekanan darah
2. Mengubah gaya hidup
3. Terapi farmakologi
Dengan tahapan di atas, diharapkan pasien dapat
memiliki kadar normal baik gula darah maupun tekanan darah.
1. Mengatur tekanan darah
Adapun
nilai tekanan darah yang diharapkan adalah tidak lebih dari 130/80 mmHg.
2. Mengubah gaya hidup
Pengaturan
Diet
Mengelola penyakit DMt2 komplikasi hipertensi sebenarnya mudah asal penderita bisa mendisiplinkan diri dan melakukan
olahraga secara teratur, menuruti saran dokter, dan tidak mudah patah semangat.
Selain mengontrol kadar gula dan tekanan
darah secara teratur, melakukan diet makanan dan olahraga yang
teratur menjadi kunci sukses pengelolaaan diabetes komplikasi hipertensi. Dalam hal makanan misalnya, penderita harus memperhatikan jumlah
karbohidrat. Sebab lebih dari separuh kebutuhan energi diperoleh dari zat ini.
Menurut dr. Elvina
Karyadi, M.Sc., ahli gizi dari SEAMEO-Tropmed UI, ada dua golongan karbohidrat
yakni jenis kompleks dan jenis sederhana. Yang pertama mempunyai ikatan kimiawi
lebih dari satu rantai glukosa sedangkan yang lain hanya satu. Di dalam tubuh
karbohidrat kompleks seperti dalam roti atau nasi, harus diurai menjadi rantai
tunggal dulu sebelum diserap ke dalam aliran darah. Sebaliknya, karbohidrat
sederhana seperti es krim, jeli, selai, sirup, minuman ringan, dan permen,
langsung masuk ke dalam aliran darah sehingga kadar gula darah langsung
melejit.
Dari sisi makanan penderita
diabetes atau kencing manis lebih dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat berserat
seperti kacang-kacangan, sayuran, buah segar seperti pepaya, kedondong, apel,
tomat, salak, semangka dll. Sedangkan buah-buahan yang terlalu manis seperti
sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian, nangka, anggur, tidak dianjurkan.
Peneliti gizi asal
Universitas Airlangga, Surabaya, Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro,
menggolongkan diet atas dua bagian, A dan B. Diet B dengan komposisi 68%
karbohidrat, 20% lemak, dan 12% protein, lebih cocok buat orang Indonesia
dibandingkan dengan diet A yang terdiri atas 40 - 50% karbohidrat, 30 - 35%
lemak dan 20 - 25% protein. Diet B selain mengandung karbohidrat lumayan
tinggi, juga kaya serat dan rendah kolesterol. Berdasarkan penelitian, diet
tinggi karbohidrat kompleks dalam dosis terbagi, dapat memperbaiki kepekaan sel
beta pankreas.
Sementara itu
tingginya serat dalam sayuran jenis A(bayam, buncis, kacang panjang, jagung
muda, labu siam, wortel, pare, nangka muda) ditambah sayuran jenis B (kembang
kol, jamur segar, seledri, taoge, ketimun, gambas, cabai hijau, labu air,
terung, tomat, sawi) akan menekan kenaikan kadar glukosa dan kolesterol darah.
Bawang merah dan putih (berkhasiat 10 kali bawang merah) serta buncis baik
sekali jika ditambahkan dalam diet diabetes karena secara bersama-sama dapat
menurunkan kadar lemak darah dan glukosa darah.
Pola 3J
Ahli gizi lain, dr. Andry Hartono D.A.
Nutr., dari RS Panti Rapih, Yogyakarta menyarankan pola 3J yakni:
- Jumlah kalori,
- Jadwal makan, dan
- Jenis makanan.
Bagi penderita kencing manis yang tidak mempunyai masalah dengan berat
badan tentu lebih mudah untuk menghitung jumlah kalori sehari-hari. Caranya,
berat badan dikalikan 30. Misalnya, orang dengan berat badan 50 kg, maka
kebutuhan kalori dalam sehari adalah 1.500 (50 x 30). Kalau yang bersangkutan
menjalankan olahraga, kebutuhan kalorinya saat hari berolahraga ditambah
sekitar 300-an kalori. Jadwal makan pengidap diabetes dianjurkan lebih sering
dengan porsi sedang. Maksudnya agar jumlah kalori merata sepanjang hari. Tujuan
akhirnya agar beban kerja tubuh tidak terlampau berat dan produksi kelenjar
ludah perut tidak terlalu mendadak.
Di samping jadwal
makan utama pagi, siang, dan malam, dianjurkan juga porsi makanan ringan di
sela-sela waktu tersebut (selang waktu sekitar tiga jam). Yang perlu dibatasi adalah
makanan berkalori tinggi seperti nasi, daging berlemak, jeroan, kuning telur.
Juga makanan berlemak tinggi seperti es krim, ham, sosis, cake, coklat,
dendeng, makanan gorengan. Sayuran berwarna hijau gelap dan jingga seperti
wortel, buncis, bayam, caisim bisa dikonsumsi dalam jumlah lebih banyak, begitu
pula dengan buah-buahan segar. Namun, perlu diperhatikan bila penderita
menderita gangguan ginjal, konsumsi sayur-sayuran hijau dan makanan berprotein
tinggi harus dibatasi agar tidak terlalu membebani kerjanya.
Mengurangi konsumsi garam
Mengurangi asupan garam tidak lebih
dari 100 mmol per hari (2,4 g Natrium atau 6 g Natrium klorida)
Diet kalori terbatas
Penderita bisa
mengikuti contoh susunan menu diet B untuk 2.100 kalori (Simbardjo dan
Indrawati, B.Sc. dari bagian ilmu gizi RSUD Dr. Sutomo Surabaya) seperti
tertera di Tabel 1. Diet B tinggi serat itu termasuk diet diabetes umum, yang
tidak menderita komplikasi, tidak sedang berpuasa atau pun sedang hamil.
Sedangkan buku
panduan “Perencanaan Makan Penderita Diabetes dengan Sistem Unit” terbitan
Klinik Gizi dan Klinik Edukasi Diabetes RS Tebet, menuliskan tentang prinsip
dasar diet diabetes, dengan pemberian kalori sesuai kebutuhan dasar. Untuk
wanita, kebutuhan dasar adalah (Berat Badan Ideal x 25 kalori)ditambah 20%
untuk aktivitas. Sedangkan untuk pria, (Berat Badan Ideal x 30 kalori) ditambah
20% untuk aktivitas. Untuk menentukan berat badan ideal (BBI) bisa diambil
patokan: BBI = Tinggi Badan (cm) - 100 cm - 10%.
Contoh, seorang pria bertinggi badan 164 cm, berat badan 70 kg, maka BBI = 64 kg
- 10% = 58 kg. Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kalori = 1.740 kalori. Ditambah
kalori aktivitas 20% = 2.088 kalori. Jadi, pria ini memerlukan diet sekitar
2.000 kalori sehari.
Namun, rumusan ini
tidak mutlak. Bila pasien sedang sakit, aktivitas berubah, atau berat badan
jauh dari ideal, maka kebutuhan kalori akan berubah. Bila berat badan berlebih,
jumlah kalori dikurangi dari kebutuhan dasar. Sebaliknya, bila pasien mempunyai
berat badan kurang, jumlah kalori dilebihkan dari kebutuhan dasar. Begitu berat
badan mencapai normal, jumlah kalori disesuaikan kembali dengan kebutuhan
dasar.
Prinsip makan
selanjutnya adalah menghindari konsumsi gula dan makanan yang mengandung gula.
Juga menghindari konsumsi hidrat arang olahan yakni hidrat arang hasil dari
pabrik berupa tepung dengan segala produknya. Ditambah lagi mengurangi konsumsi
lemak dalam makanan sehari-hari (lemak binatang, santan, margarin, dll.), sebab
tubuh penderita mengalami kelebihan lemak darah.
Yang perlu
diperbanyak justru konsumsi serat dalam makanan, khususnya serat yang larut air
seperti pektin (dalam apel), jenis kacang-kacangan, dan biji-bijian (bukan
digoreng). Bila penderita juga mengalami masalah dengan ginjal, yang perlu
diperhatikan adalah jumlah konsumsi protein. Umumnya, digunakan rumus 0,8 g
protein per kilogram berat badan. Bila kadar kolesterol/trigliserida tinggi,
disarankan melakukan diet rendah lemak. Bila tekanan darahnya tinggi,
dianjurkan mengurangi konsumsi garam.
Kegagalan berdiet
bisa disebabkan karena pasien kurang berdisiplin dalam memilih makanannya atau
tidak mampu mengurangi jumlah kalori makanannya. Bisa juga penderita tidak
mempedulikan saran dokter.
Untuk memudahkan
penerapan, dibuat sistem unit 80 kalori. Tabel 2 menyajikan makanan yang
mengandung 80 kalori per unitnya. Misalnya, seorang pasien yang memerlukan
1.600 kalori per harinya, akan mendapat makanan 20 unit sehari senilai 80
kalori setiap unitnya. Jumlah 20 unit terbagi atas sarapan empat unit, makanan
kecil (pk. 10.00) dua unit, makan siang enam unit, makanan kecil (pk. 16.00)
dua unit, dan makan malam enam unit.
Tabel di bawah ini
yang menunjukkan contoh lima kelompok makanan: makanan pokok, lauk pauk,
sayuran, makanan ringan/siap santap, buah-buahan, dan minuman.
Makanan dalam kelompok A bisa dibilang berkomposisi paling baik, karena
mengandung serat dan atau rendah hidrat arang olahan serta rendah lemak.
Sementara golongan C kurang baik karena kandungan gulanya tinggi, rendah atau
tanpa serat, dan terlalu banyak lemak. Jadi, dianjurkan untuk memilih A atau B,
bukan C. Nasi lebih baik daripada bubur, karena kandungan serat lebih baik
sehingga lebih lama bertahan di usus. Pemanis gula bisa diganti dengan pemanis
buatan.
Di sini diberikan
pula contoh menu yang dapat diikuti (20 unit atau 1.600 kalori):
Dengan melakukan
diet yang teratur dan disiplin pasti kadar gula dapat dikendalikan.
Olahraga
Bagi
penderita Diabetes Mellitus (DM) komplikasi hipertensi seringkali
mendapatkan pesan atau nasihat dari dokter yang merawatnya agar melakukan
kegiatan fisik. Seringkali pada pasien DM terutama DM tipe 2, faktor resiko
yang menyebabkan ia jatuh ke dalam kondisi DM adalah kegemukan atau obesitas.
Obesitas disini mempunyai peran dalam menyebabkan resistensi atau gagalnya
tubuh mempergunakan hormon insulin untuk menurunkan kadar gula di dalam darah.
Kegiatan
fisik ternyata mempunyai manfaat yang besar bagi pasien penderita DM tipe II
yang masih terkontrol gula darahnya dan tidak mempunyai komplikasi. Ternyata
dengan melakukan kegiatan fisik seperti olahraga, selain mampu menurunkan berat
badan untuk mencapai berat badan yang ideal, ternyata dengan olahraga mampu
menurunkan kadar gula darah.
Tubuh
manusia mempunyai beberapa sistem transportasi yang mengantarkan gula yang
terdapat di dalam darah untuk masuk ke dalam sel, dimana gula ini di dalam sel
akan dibakar untuk menjadi energi supaya manusia bisa tetap hidup dan bisa
melakukan aktivitas sehari-hari. Sistem transport gula tersebut disebut juga
sebagai GLUT (Glucose Transporter).
Di
dalam otot manusia terdapat GLUT tipe 4, dimana pada saat manusia ini aktif
melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang banyak mempergunakan otot, maka
GLUT ini akan aktif menangkap gula yang beredar di dalam darah dan akan
dimasukkan ke dalam otot dan dibakar untuk dirubah menjadi energi. Uniknya GLUT
tipe 4 ini tidak memerlukan insulin dimana pada penderita DM tipe II biasanya
ditemukan insulin yang sedikit sekali sehingga kurang cukup aktivitasnya untuk
menurunkan kadar gula di dalam darah, sehingga cocok sekali dengan mengaktifkan
sistem GLUT ini bagi penderita DM untuk menurunkan kadar gula
di dalam darah dengan aktivitas fisik. Namun
aktivitas fisik dibatasi hanya pada penderita DM tipe II dimana gula darahnya
terkontrol baik oleh obat-obatan dan tidak mempunyai komplikasi yang berat,
sehingga tidak ada halangan dalam menjalankan aktivitas fisik seperti olahraga.
Selain itu juga penderita DM tipe II yang terutama yang gemuk, perlu
berkonsultasi dahulu dengan dokter yang merawatnya untuk pengaturan olahraga
yang baik baginya agar olahraga tetap bisa dijalankan dengan baik.
Apakah anda
mengharapkan segelas bir pada saat berolah raga, atau segelas anggur ketika
makan malam? Menurut American Diabetes Association, jika anda penderita
diabetes tipe 2, maka itu semua kemungkinan boleh-boleh saja sepanjang gula
darah anda dibawah kendali, anda tidak akan mempunyai komplikasi yang
disebabkan oleh alkohol (seperti tekanan darah tinggi), dan tahu seberapa
banyak pengaruh minum terhadap gula darah anda. Mengkonsumsi minuman beralkohol
setiap hari mungkin bisa membantu jantung anda (dan jika anda belum pernah
minum, maka kebanyakan pakar berkata untuk tidak mulai untuk mengkonsumsinya).
Membatasi konsumsi alkohol dan merokok
Pada penderita DMt2 kompliksai diabetes tidak boleh
mengkonsumsi alkohol lebih dari 24 oz beer,
10 oz wine dan 3 oz whiskey. Penderita diabetes yang memilih untuk
minum, maka perlu ekstra hati-hati terhadap keseimbangan makanan, obat,
alkohol, dan gula darah. Janis Roszler, RD, seorang pendidik tentang diabetes
di Miami, Fla. merekomendasikan:
- Mencampur minuman beralkohol dengan air atau soda diet bebas kalori.
- Setelah anda selesai meminumnya, ganti dengan minuman non-alkohol, seperti air putih.
- Pastikan anda mempunyai strategi makan untuk menghindari makan dan minum berlebih dalam situasi sosial. Alkohol bisa membuat anda lebih rileks dan mengabaikan keinginan untuk makan dan minum.
- Jangan minum dengan perut kosong karena alkohol dapat menurunkan glukosa darah dengan sangat cepat, yang mana makanan bisa memperlambatnya.
- Jika anda berkeinginan untuk minum, pakailah gelang atau kalung identifikasi diabetes
Merokok berbahaya
bagi setiap orang, khususnya bagi penderita diabetes, yang pada dasarnya sudah
berisiko mengalami komplikasi seperti penyakit kardiovaskular. Jika Anda
pengidap diabetes juga seorang perokok, tidak masalah sudah berapa lama, Anda
bisa memperbaiki kesehatan dengan berhenti merokok. Menurut Asosiasi Diabetes
Amerika (the American Diabetes Association), berikut merupakan bahaya
potensial bagi penderita diabetes yang merokok:
- Merokok mengurangi kadar oksigen pada jaringan yang bisa menyebabkan serangan jantung atau stroke
- Merokok meningkatkan kadar kolesterol dan tekanan darah yang meningkatkan risiko serangan jantung
- Merokok mempersempit dan merusak pembuluh darah sehingga memperparah bisul kaki
- Merokok meningkatkan risiko kerusakan saraf dan ginjal
- Merokok meningkatkan risiko terserang flu serta penyakit pernapasan lainnya
- Merokok meningkatkan kadar gula darah
- Merokok meningkatkan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular hingga 3 kali lipat dibandingkan dengan penderita diabetes yang tidak merokok
VII.
Kesimpulan
1.
Penyakit
DM tidak dapat disembuhkan, tetapi dengan kemauan keras penyakit ini dapat
dikendalikan dan dengan berbekal pengetahuan yang cukup dan keinginan yang kuat
makan DM bukan penyakit yang menakutkan.
2.
Hipertensi
pada penderita DM tipe 2 menimbulkan percepatan kompilkasi pada jantung dan ginjal.
3. Dalam pengelolaan hipertensi pada DM maka tekanan darah
diharapkan mencapai nilai sesuai dengan target
yang telah direkomendasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar