Selulosa merupakan biopolimer dengan angka kelimpahan yang besar di bumi
serta tergolong sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui (Panesar dkk.,
2009). Selulosa berbentuk senyawa menyerupai serabut liat, tidak larut dalam
air, dan secara alami terdapat pada kayu, kapas, rami dan tumbuhan lainnya
(Hoenich, 2006).
Selulosa merupakan polimer dari D-glukosa dengan ikatan β (1-4) antar unit-unit glukosa yang
terdiri dari sekitar 5000 atau lebih unit D-glukosa. Selulosa pertama kali
diisolasi dari kayu pada tahun 1885 oleh Charles F. Cross dan Edward Bevan di
Jodrell Laboratory of Royal Botanic Gardens, Kew, London. Pada rantai selulosa
dapat terbentuk ikatan glikosidik antar gugus hidroksilnya. Ikatan antar rantai
glukosa ini cukup kuat dan menyebabkan terjadinya struktur kristal pada
selulosa. Selain itu terdapat pula bagian yang kurang teratur yang disebut
amorf. Selulosa yang mempunyai struktur kristal lebih sulit untuk dihidrolisis
dibandingkan dengan selulosa berstruktur amorf. Selulosa memiliki sifat yang
tidak larut dalam air dan dapat diubah menjadi glukosa setelah mengalami
hidrolisis sempurna (Lehninger, 1998).
Dari hasil pemeriksaan selulosa dengan menggunakan sinar-X
menunjukkan bahwa selulosa terdiri atas rantai linear dari unit selobiosa, yang
oksigen cincinnya berselang-seling dengan posisi “ke depan” dan “ke belakang”.
Molekul linear ini yang mengandung rata-rata 5000 unit glukosa, beragregasi
menghasilkan fibril yang terikat bersama oleh ikatan hidrogen diantara
hidroksil-hidroksil pada rantai yang bersebelahan. Selulosa memiliki ikatan
hidrogen yang kuat, hal ini menyebabkan selulosa tidak dapat larut dalam air
meskipun memiliki banyak gugus hidroksil dan bersifat polar.
Manusia dan hewan vertebrata lainnya tidak dapat mencerna selulosa
karena tidak memiliki enzim selulase yang dikeluarkan oleh manusia dan
vertebrata, akan tetapi pati dan glikogen dapat dicerna oleh usus manusia dan
vertebrata. Satu-satunya perbedaan kimia antara pati dan selulosa adalah
stereokimia ikatan glikosidik, lebih tepatnya stereokimia pada C-1 dari setiap
unit glukosa. Sistem pencernaan manusia mengandung enzim yang dapat hidrolisis
ikatan α-glikosidik, tetapi tidak
mengandung enzim yang diperlukan untuk menghidrolisis ikatan β-glikosidik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar