Peptaibol merupakan peptida hidrofobik linier yang
memiliki berat molekul 500 – 2200 Da
yang terbagi menjadi 2 ukuran, yakni ukuran pendek (7 – 11 residu) dan ukuran panjang (18 – 20 residu) (Kubicek dkk., 2007). Peptaibol terdiri dari beberapa asam amino
non-protein seperti α-aminoisobutirat (Aib) dan isovaline (Iva), ujung-N yang
terasetilasi dan suatu amino alkohol pada ujung-C (Chutrakul dkk., 2008).
Nama "peptaibol" terbentuk dari nama – nama
komponennya seperti peptida, Aib, dan alkohol amino.
Peptaibol merupakan peptida hidrofobik linier yang memiliki berat molekul 500 –
2200 Da yang terbagi menjadi 2 ukuran,
yakni ukuran pendek (7 – 11 residu) dan panjang (18 – 20 residu) (Kubicek dkk., 2007). Peptaibol terdiri dari beberapa asam amino non–protein
seperti α-aminoisobutirat (Aib) dan isovaline (Iva). Serta ujung-N yang
terasetilasi dan suatu amino alkohol pada ujung-C (Chutrakul dkk., 2008).
Pada saat ini
lebih dari 307 peptaibol yang telah disusun dalam suatu database yang berisi informasi meliputi
urutan dan struktur peptaibol (Daniel dan Filho, 2007). Peptaibol yang
telah ada yakni trichotoxin A50 yang telah
disimpan didalam database (http://peptaibol.cryst.bbk.ac.uk/structure.htm).
Peptaibol yang dihasilkan sangat heterogen, baik dalam ukuran maupun komposisi asam amino pada beberapa tempat dalam
urutannya. Peptaibol hasil isolasi memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus stearothermophilus (Chutrakul dkk., 2008).
Peptaibol sangat kaya akan α-aminoisobutirat (Aib) dan
isovaline (Iva). Penambahan Aib secara ekstraseluler dan bukan asam amino lain dapat meningkatkan laju pembentukkan peptaibol. Hal ini
disebabkan karena mikroba penghasil peptaibol
harus mensintesis Aib dari asam amino Alanin (Ala) terlebih dahulu (Chutrakul dkk., 2008).
Salah satu
hipotesis fungsi produksi peptaibol oleh fungsi tertentu, adalah bahwa
peptaibol diperlukan untuk induksi sintesis spora pada kultur yang sudah tua.
Itu sebabnya peptaibol ditemukan lebih banyak diperoleh pada miselia kultur
permukaan pada media agar, dari pada kultur yang tenggelam dalam media kultur
cair (Kubicek dkk., 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar