Pertumbuhan
dapat didefinisikan sebagai pertambahan jumlah atau volume serta ukuran sel.
Pada organisme prokariot seperti bakteri, pertumbuhan merupakan pertambahan
volume dan ukuran sel dan juga sebagai pertambahan jumlah sel. Pengamatan
pertumbuhan populasi mikroba membutuhkan inokulasi dari sel yang hidup ke dalam
medium cair dan diinkubasi pada kondisi optimum. Pertumbuhan mikroba
digambarkan sebagai kurva pertumbuhan yang menunjukkan tahapan pertumbuhan dan
dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dan kecepatan pertumbuhan
organisme tertentu dibawah kondisi standar (Cappuccino dkk., 2011).
1.
Fase Lag
Pada
tahap ini, sel sedang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Metabolisme
seluler meningkat dan mempercepat biosintesis makromolekul, enzim primer, dan
persiapan untuk tahap selanjutnya. Meskipun ukuran sel bertambah tetapi jumlah
bakteri tidak meningkat (Cappuccino dkk., 2011).
Lamanya
fase adaptasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Waluyo, 2004), seperti : Medium dan
lingkungan pertumbuhan serta jumlah inokulum. Sel yang ditempatkan pada medium dan lingkungan pertumbuhan sama
seperti medium dan lingkungan sebelumnya, mungkin tidak diperlukan waktu
adaptasi. Tetapi jika nutrien yang tersedia dan kondisi lingkungan yang baru
sangat berbeda dengan sebelumnya, diperlukan waktu penyesuaian untuk
mensintesis enzim-enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme. Jumlah sel yang
semakin tinggi akan mempercepat proses adaptasi. Sehingga makin banyak inokulum awal yang dimasukkan akan semakin cepat
berlangsungnya fase ini.
2.
Fase Log atau Eksponensial
Reproduksi
sel sangat aktif pada fase ini dan waktu generasi mencapai minimum konstan.
Karena waktu generasi konstan maka pola pertumbuhan berupa garis lurus. Fase
log merupakan waktu ketika metabolisme sel sangat aktif sehingga lebih sering
digunakan untuk tujuan industri (Tortora dkk., 2001). Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh
medium tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrien, suhu, dan kelembaban
udara. Sel membutuhkan energi yang paling besar pada fase ini dibandingkan fase
lainnya (Waluyo, 2004).
3.
Fase Stasioner
Pada
fase ini, jumlah sel yang hidup sebanding dengan jumlah sel yang mati. Jumlah
sel tidak akan meningkat dan populasi tetap pada tingkat maksimum selama
periode waktu tertentu. Penyebab utama pada fase ini adalah kehabisan beberapa
metabolit yang penting dan akumulasi hasil akhir asam atau basa beracun di
dalam media (Cappuccino dkk., 2011). Ukuran sel pada fase ini lebih kecil karena sel tetap
membelah meskipun zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan nutrisi, maka
kemungkinan sel tersebut mempunyai komposisi berbeda dengan sel yang tumbuh
pada fase log. Sel menjadi lebih tahan terhadap keadaan ekstrem seperti panas,
dingin, radiasi, dan bahan kimia (Waluyo, 2004).
4.
Fase Kematian
Pada fase
ini, jumlah sel yang mati lebih banyak dari pada sel yang hidup.
Kematian mikroorganime yang cepat dikarenakan kehabisan nutrien dan kelebihan
sisa matabolit (Cappuccino dkk., 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar