PENGERTIAN
Suatu keadaan dimana didapatkan kelebihan hormon
tiroid. Berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang
ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Tirotoksikosis dibagi dalam 2 kategori :
1. Kelainan yang berhubungan dengan
hipertiroidisme
2. Kelainan yang tidak berhubungan dengan
hipertiroidisme
Hipertiroidisme
=
Tirotoksikosis
sebagai akibat dari produksi tiroid
=
Akibat
dari fungsi tiroid yang berlebihan. Etiologi tersering dari tirotoksikosis
ialah hipertiroidisme karena penyakit
Graves, struma multinodosa toksik (Plummer), dan adenoma toksik. Penyebab lain
ialah tiroiditis, penyakit trofoblastik, pemakaian yodium berlebihan, obat
hormon tiroid, dll.
Krisis tiroid
Suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling
berat dan mengancam jiwa. Umumnya timbul pada pasien dengan dasar penyakit
Graves atau struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus
: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stres
emosi, penghentian obat antitiroid, terapi I, ketoasidosis diabetikum,
tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu kuat.
DIAGNOSIS
Gejala dan tanda Tirotoksikosis : hiperaktivitas, palpitasi, berat badan turun,
nafsu makan meningkat, tidak tahan panas, banyak keringat, mudah lelah, sering
buang air besar, oligomenore / amenore dan libido turun, takikardia, fibrilasi
atrial, tremor halus, refleks meningkat, kulit hangat dan basah, rambut rontok,
bruit.
Gambaran klinis Graves : struma difus, tirotoksikosis, oftalmopati/eksoftalmus, dermopati lokal,
akropaki
Laboratorium :
TSHs rendah, T4 atau FT4 tinggi. Pada T3
toksikosis : T3 atau FT3 meningkat
Penderita yang dicurigai krisis tiroid :
·
Anamnesis
: Riwayat penyakit hipertiroidisme dengan gejala yang khas, berat badan turun,
perubahan suasana hati, bingung, diare, amenorea
·
Pemeriksaan
fisik :
-
Gejala
dan tanda khas hipertiroidisme, karena Graves atau yang lain
-
Sistem
saraf pusat terganggu : delirium, koma
-
Demam
tinggi sampai 400C
-
Takikardia
sampai 130-200 x/m
-
Sering
fibrilasi atrial dengan respons ventrikular cepat
-
Dapat
memperlihatkan gagal jantung kongestif
-
Dapat
ditemukan ikterus
·
laboratorium
: TSHs sangat rendah, T4 / FT4 / T3 tinggi,
anemia normositik normokrom, limfositosis relatif, hiperglikemia, peningkatan
enzim transaminase hati, azotemia prerenal
·
EKG :
sinus takikardia atau fibrilasi atrial dengan respons ventrikular cepat
DIAGNOSIS BANDING
·
Hipertiroidisme
primer : penyakit Graves, struma multinodosa toksik, adenoma toksik, metastasis
karsinoma tiroid fungsional, struma ovaril, mutasi reseptor TSH, obat,
kelebihan iodium (Fenomena Job Basedow)
·
Tirotoksikosis
tanpa hipertiroidisme : tiroidistis subakut, tiroiditis sillent, destruksi tiroid (karena amiodarone, radiasi, infark
adenoma) asupan hormon tiroid berlebihan (tirotoksikosis factitia)
·
Hipertiroidisme
sekunder : adenoma hipofisis yang mensekresi TSH, sindrom resistensi hormon
tiroid, tumor yang mensekresi HCG, tirotoksikosis gestasional.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
·
Laboratorium
: TSHs, T4 atau FT4, T3 atau FT3,
TSH Rab, kadar leukosit (bila timbul infeksi pada awal pemakaian anti tiroid)
·
Sidik
tiroid / thyroid scan : terutama
membedakan penyakit Plummer dari Penyakit Graves dengan komponen nodosa
·
EKG
·
Foto
toraks
TERAPI
Tata laksana Penyakit Graves :
Obat Antitiroid
·
Propiltiurasil
(PTU) dosis awal 300-600 mg/hari, dosis maksimal 2.000 mg/hari
·
Metimazol
dosis awal 20 – 30 mg/hari
·
Indikasi
:
-
mendapatkan
remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda dengan struma
ringan – sedang dan tirotoksikosis
-
untuk
mengendalikan tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif
-
persiapan
tiroidektomi
-
pasien
hamil, lanjut usia
-
krisis
tiroid
Penyekat adrenergik b :
pada awal terapi diberikan, sementara menunggu
pasien menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu memberikan antitiroid, propanolol dosis 40-200 mg dalam 4 dosis.
Pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-6
minggu. Setelah eutiroid pemantauan setiap 3-6 bulan sekali : memantau gejala
dan tanda klinis, serta lab. FT4 / T4 / T3 dan
TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan
dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid selama
12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan, dan dinilai apakah terjadi remisi.
Dikatakan remisi, apabila setelah 1 tahun obat antitiroid dihentikan, pasien
masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemudian hari dapat tetap eutiroid atau
terjadi relaps.
Tindakan bedah
Indikasi :
·
Pasien
usia muda dengan struma besar dan tidak respon dengan antitiroid
·
Wanita
hamil trimester kedua yang memerlukan obat dosis tinggi
·
Alergi
terhadap obat antitiroid, dan tidak dapat menerima yodium radioaktif
·
Adenoma
toksik, struma multinodosa toksik
·
Graves
yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Radioablasi
Indikasi :
·
Pasien
berusia ≥ 35 tahun
·
Hipertiroidisme
yang kambuh setelah dioperasi
·
Gagal
mencapai remisi setelah pemberian obat antitiroid
·
Tidak
mampu dan tidak mau terapi obat antitiroid
·
Adenoma
toksik, struma multinodosa toksik
Tata laksana krisis tiroid : (terapi segera mulai bila dicurigai krisis tiroid)
1. Perawatan suportif :
·
Kompres
dingin, antipiretik (asetaminofen)
·
Memperbaiki
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolik : infus dextrose 5% dan NaCI 0,9%
·
Mengatasi
gagal jantung : O2, diuretik, digitalis
2. Antigonis aktivitas hormon tiroid :
·
Blokade
produksi hormon tiroid : PTU dosis 300 mg tiap 4-6 jam PO.
Alternatif : Meltimazol 20-30
mg tiap 4 jam PO.
Pada keadaan sangat berat :
dapat per NGT, PTU 600-1.000 mg atau metimazol 60-100 mg
·
Blokade
ekskresi hormon tiroid : Solutio Lugol (saturated
solution of potassium iodida) 8 tetes setiap 6 jam
·
Penyekat
b : Propanol 60 mg tiap 6 jam PO, dosis disesuaikan respon (target :
frekuensi jantung <90 x/m)
·
Glukokortikoid
: Hipdrokortison 100-500 mg IV tiap 12 jam
·
Bila
refrakter terhadap terapi diatas : plasmaferesis, dialisis peritoneal
3. Pengobatan terhadap faktor presipitasi :
antibiotik, dll
KOMPLIKASI
·
Penyakit
Graves : penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves,
infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid
·
Krisis
tiroid : mortalitas
PROGNOSIS
·
Dubia
ad bonam
·
Mortalitas
krisis tiroid dengan pengobatan adekuat = 10 15%
REFERENSI :
- Samual A, Pandelaki K. Hipertiroidisme. In : Waspadji S, et al. Eds. Buka Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.p 766-72.
- Jameson JL, Weetman AP. Disorders of the Thyroid Gland. In Braunwald E. Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Harrisson’s Principles of Internal Medicine. 15th ed. New York : McGraw-Hill : 2001.p. 2080-84
- Suyono S. Subekti I. Krisis Tiroid. Dalam Prosiding Simposium Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta 15-16 April 2000 : 78-82
- Suyono S. Subekti I. Patogenesis dan Gambaran Klinis Penyakit Graves. Makalah Jakarta Endocrinology Meeting 2003. Jakarta. 18 Oktober 2003
- Waspadji S. Pengelolaan Medis Penyakit Graves. Makalah Jakarta Endocrinology Meeting 2003. Jakarta. 18 Oktober 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar