Enzim
merupakan struktur protein yang berfungsi mengganti energy aktivitas dalam
tubuh makhluk hidup. Enzim strukturnya tersusun atas protein yang mempunyai
bentuk (konformasi) tertentu, atau bisa disebut dengan struktur tersier, dengan
struktur tersebut enzim mampu bekerja sebagai energy aktifitas pada suatu
reaksi yang bekerja jauh lebih efektif daripada energy aktifitas biasa. Dengan
menggunakan enzim, energy aktifitas lebih rendah sehingga laju reaksi lebih
cepat. Kekhasan kerja enzim lainnya ialah selama bereaksi enzim tidak ikut
bereaksi.
Senyawa
yang akan direaksikan oleh enzim disebut subtrat, sedangkan hasil reaksi
disebut produk. Ketika enzim mereaksikan suatu senyawa(subtrat) maka akan
terbentuk kompleks subtrat enzim dan kemudian akan dihasilkan subtrat dan
enzim.
Sebagai
bokatalisator, enzim mempunyai keistimewaan dalam sifat yaitu sebagai berikut :
a. Spesifik
terhadap subtrat,maksudnya enzim suatu enzim yang bekerja mengkatalisis suatu
subtrat tidak dapat mengkatalisis reaksi yang lain.
b. Tidak
ikut bereaksi, meskipun suatu enzim mempercepat reaksi, tetapi setelah mengubah
subtrat menjadi produk maka struktur enzim tidak berubah dan dapat
mengkatalisis reaksi sejenis terhadap subtrat yang lain.
Enzim
dapat ditemukan baik pada hewan maupun pada tumbuhan. Salah satu enzim tersebut
adalah enzim amilase yang terdapat pada tumbuhan. Nama lain dari amilase ialah
diastase. Enzim tersebut dapat menghidrolisis amilum menjadi gula. Amilase
dihasilkan oleh daun atau biji yang sedang berkecambah, karena hal itulah maka
percobaan “Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim” ini dilakukan untuk
membuktikan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase itu sendiri.
Amilase
adalah enzim pemecah karbohidrat dari bentuk mejemuk menjadi bentuk yang lebih
sederhana. Misalnya, pati dan glikogen dipecah menjadi maltosa, maltotriosa
atau oligosakarida. Enzim ini terdapat dalam air liur (ptialin) dan getah
pankreas yang membantu pencernaan karbohidrat dalam makanan. Darah normal juga
mengandung sedikit amilase dari hasil pemecahan sel yang berlangsung secara
normal. Pada penyakit radang pankreas, gondongan, kencing manis, kadarnya dalam
darah meningkat. Sebaliknya pada penyakit hati, kadarnya menurun (Anonim,
1990).
Sifat-sifat
enzim antara lain :
1. Spesifitas
Aktivitas enzim
sangat spesifik karena pada umumnya enzim tertentu hanya akan mengkatalisis
satu reaksi saja. Sebagai contoh, laktase menghidrolisis gula laktosa tetapi
tidak berpengaruh terhadap disakarida yang lain. Hanya molekul laktosa saja
yang akan sesuai dalam sisi aktif molekul (Gaman & Sherrington, 1994).
2. Pengaruh suhu
Aktivitas enzim
sangat dipengaruhi oleh suhu. Untuk enzim hewan suhu optimal antara 35°C dan
40°C, yaitu suhu tubuh. Pada suhu di atas dan di bawah optimalnya, aktivitas
enzim berkurang. Di atas suhu 50°C enzim secara bertahap menjadi inaktif karena
protein terdenaturasi. Pada suhu 100°C semua enzim rusak. Pada suhu yang sangat
rendah, enzim tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya sangat banyak
berkurang (Gaman & Sherrington, 1994). Enzim memiliki suhu optimum yaitu
sekitar 180-230C atau maksimal 400C karena
pada suhu 450C enzim akan terdenaturasi karena merupakan salah satu
bentuk protein. (Tranggono & Setiadji, 1989).
Suhu yang tinggi akan menaikkan
aktivitas enzim namun sebaliknya juga akan mendenaturasi enzim (Martoharsono,
1994). Peningkatan temperatur dapat meningkatkan kecepatan reaksi karena
molekul atom mempunyai energi yang lebih besar dan mempunyai kecenderungan
untuk berpindah. Ketika temperatur meningkat, proses denaturasi juga mulai
berlangsung dan menghancurkan aktivitas molekul enzim. Hal ini dikarenakan
adanya rantai protein yang tidak terlipat setelah pemutusan ikatan yang lemah
sehingga secara keseluruhan kecepatan reaksi akan menurun (Lee, 1992).
3. Pengaruh pH
pH optimal enzim
adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium menjadi sangat asam atau sangat
alkalis enzim mengalami inaktivasi. Akan tetapi beberapa enzim hanya beroperasi
dalam keadaan asam atau alkalis. Sebagai contoh, pepsin, enzim yang dikeluarkan
ke lambung, hanya dapat berfungsi dalam kondisi asam, dengan pH optimal 2
(Gaman & Sherrington, 1994).
Enzim memiliki konstanta disosiasi
pada gugus asam ataupun gugus basa terutama pada residu terminal karboksil dan
asam aminonya. Namun dalam suatu reaksi kimia, pH untuk suatu enzim tidak boleh
terlalu asam maupun terlalu basa karena akan menurunkan kecepatan reaksi dengan
terjadinya denaturasi. Sebenarnya enzim juga memiliki pH optimum tertentu, pada
umumnya sekitar 4,5–8, dan pada kisaran pH tersebut enzim mempunyai kestabilan
yang tinggi (Williamson & Fieser, 1992).
4. Ko-enzim dan aktovator
Ko-enzim adalah
substansi bukan protein yang mengaktifkan enzim. Beberapa ion anorganik,
misalnya ion kalsium dan ion klorida, menaikkan aktivitas beberapa enzim dan
dikenal sebagai aktivator (Gaman & Sherrington, 1994).
Salah
satu enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah amilase, khususnya pada
tanaman yang mengandung banyak karbohidrat seperti pisang dan beberapa serealia
serta bahan makanan pokok. Dimana amilase ini akan mengkatalis hidrolisis
karbohidrat yang berupa pati menjadi dekstrin dan kemudian menjadi maltosa,
yang terjadi saat perkecambahan serealia. Pati yang merupakan polisakarida dan
tidak larut dalam air dingin serta membentuk koloid pada air panas memiliki
reaksi spesifik dengan iodium. Poligalakturonase, peroksidase dan fosfatase semuanya
merupakan enzim yang berfungsi menguraikan komponen kompleks menjadi sederhana
sehingga bisa dikonsumsi (Kartasapoetra, 1994).
Kecepatan
reaksi enzim dipengaruhi oleh berbagai kondisi fisik dan kimia. Beberapa faktor
penting yang mempengaruhi kerja enzim adalah konsentrasi berbagai komponen
(seperti substrat, produk, enzim, kofaktor, dll), pH, temperatur, dan gaya
irisan. Kecepatan reaksi enzim sangat dipengaruhi oleh pH larutan baik secara
in vivo maupun secara in vitro. Jenis hubungan antara kecepatan reaksi dan pH
ditunjukkan dengan kurva berbentuk lonceng. Setiap enzim mempunyai pH optimum
yang berbeda–beda (Lee, 1992).
Aktivitas
enzim juga dipengaruhi oleh suhu. Untuk enzim, suhu optimal antara 35◦
C dan 40◦ C, yaitu suhu tubuh. Pada suhu di atas dan di bawah
optimalnya, aktifitas enzim akan berkurang. Di atas suhu 50◦ C enzim
secara bertahap menjadi inaktif karena protein terdenaturasi. Pada suhu 100◦
C semua enzim rusak. Pada suhu yang sangat rendah, enzim tidak benar-benar
rusak tetapi aktivasinya sangat banyak berkurang (Gaman & Sherrington,
1994).
Kebanyakan
enzim membutuhkan medium cair untuk mendukung aktivitas katalisasi air penting
untuk menyusun struktur enzim. Hasil dari protein dalam air terdiri dari 3
bagian:
Tipe
I : molekul air mempunyai penyusun seperti larutan murni dan tidak memiliki
interaksi dengan protein.
Tipe
II : molekul air tidak sepenuhnya terikat pada protein.
Tipe
III : molekul air terikat kuat dengan protein menghasilkan bagian yang
berkembang dalam struktur protein (Fox, 1991).
Salah
satu enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah amilase. Amilase dapat
diartikan sebagai segolongan enzim yang merombak pati, glikogen, dan
polisakarida yang lain. Tumbuhan mengandung α dan ß amylase; hewan memiliki
hanya α amylase, dijumpai dalam cairan pankreas dan juga (pada manusia dan
beberapa spesies lain) dalam ludah. Amilase memotong rantai polisakarida yang
panjang, menghasilkan campuran glukosa dan maltosa. Amilosa merupakan polisakarida
yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa yang saling berikatan membentuk
rantai lurus. Dalam air, amilosa bereaksi dengan iodine memberikan warna biru
yang khas (Fox, 1991). Pada manusia, α amilase pada ludah dan pankreas berguna
dalam hidrolisis pati yang terkandung dalam makanan ke dalam bentuk
aligosakarida, di mana dalam perubahan tersebut dapat dihidrolisis oleh
disakarida atau trisakarida dalam jumlah kecil. Contohnya, α amilase pada
mamalia memiliki pH optimum 6-7, bergantung pada ada atau tidaknya ion halogen
(Whitackr, 1994).
α
amilase mempunyai beberapa sifat, antara lain :
a. Di dalam larutan pati, kehilangan
daya viskositas yang lebih cepat.
b. Warna iodine akan lebih cepat
hilang.
c. Proses produksi maltosa lebih
lambat.
d. Tidak memproduksi glukosa.
e. Suhu tinggi konsentrasi α amylase
akan mempercepat proses kerja dari viskositas dan perubahan warna iodine
(Whitackr, 1994).
Larutan
buffer adalah larutan yang tahan terhadap perubahan pH dengan penambahan asam
atau basa. Larutan seperti itu digunakan dalam berbagai percobaan biokimia
dimana dibutuhkan pH yang terkontrol dan tepat ( Fardiaz, 1992 ). Larutan
buffer bermanfaat untuk melarutkan kotoran yang masih terikut di dalam endapan
enzim tersebut sekaligus bisa mencegah enzim dari denaturasi dan kehilangan
fungsi biologisnya ( Fox, 1991 ). Buffer dapat mempertahankan kondisi enzim
presipitat agar tidak terjadi perubahan pH dan mencegah agar enzim tidak
mengalami inaktivasi (Winarno, 1995 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar