Lingkungan
Abiotik
Lingkungan
hidup dari suatu organisme adalah semua faktor biotik dan abiotik yang
potensial mempengaruhi organisme. Lingkungan tersebut juga merupakan habitat
organisme yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang keduanya secara
potensial mempengaruhi kehidupan makluk hidup tersebut. Sebagai contoh komponen
biotik adalah: kompetisi, mutualisme serta beberapa interaksi antara makluk
hidup. Kompenen abiotik yang telah dijelaskan pada bab satu meliputi komponen fisik dan kimia yang mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi tanaman(Prajuli, 2011).
Sedangkan
lingkungan hidup tanaman dibagi dalam dua kelompok besar, pertama: lingkungan
makro yaitu suatu lingkungan yang berpengaruh secara umum atau regional,
sedangkan yang ke dua: lingkungan
mikro yaitu lingkungan
yang paling dekat dengan tanaman yang secara potensial berpengaruh terhadap
organ tersebut (Fitter dan Hay, 1991).
Lingkungan
makro mungkin sangat berbeda dengan lingkungan mikro sebagai contoh adalah
lingkungan dalam suatu kanopi hutan sangat berbeda dengan lingkungan luar
kanopi tersebut khususnya pada kelembaban, kecepatan angin, intensitas cahaya
dan temperatur tentunya, lingkungan mikro di bawah suatu batuan di gurun tentu
lebih dingin dibandingkan dengan diluar bebatuan tersebut.
Kecepatan angin
pada lingkungan mikro pada satu mm dari permukaan daun tentu mempunyai
kecepatan angin yang berbeda dengan bagian organ lain, sehingga dikatakan
lingkungan mikro adalah lingkungan dimana tanaman mampu bertanggap (Jumin, 208)
Faktor Lingkungan Abiotik
Faktor abiotik merupakan komponen
penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup (Gambar 2.1). Secara
terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan fisik dan kimia di sekitar
organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang berlangsungnya
kehidupan organisme tersebut(Anggoro, 2013). Faktor
abiotik itu meliputi :
Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem
karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup (Gambar 2.2). Makhluk hidup
memiliki suhu optimum tertentu untuk kelangsungan hidupnya. Karena reaksi kimia
dalam tubuh organisme dipengaruhi oleh kuantitas suhu lingkungan. Sempitnya
sebaran suhu yang memungkinkan proses biokimia dapat berlangsung secara
efisien, menunjukkan bahwa organisme di manapun mereka hidup, berkepentingan
untuk melawan atau menghindari suhu lingkungan yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah.
Ada
jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. Pada
makhluk hidup yang motil (dapat bergerak), jika suhu lingkungan tidak sesuai,
ia dapat berpindah tempat. Hal ini dilakukan contohnya pada burung alapalap nippon (Accipiter gularis) yang
melakukan migrasi pada saat musim dingin dari daerah Jepang menuju daerah
Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Pada makhluk hidup yang sesil (tidak dapat
bergerak), misalnya pada tumbuhan, jika suhu lingkungannya tidak sesuai,
tumbuhan tersebut harus beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Hal tersebut dilakukan agar dapat bertahan dan tidak mati, contohnya
pohon jati. Pohon ini saat suhu lingkungannya tinggi, akan beradaptasi dengan
mengugurkan daunnya yang bertujuan mengurangi penguapan (Prajuli, 2011).
Sinar matahari
Sinar matahari merupakan komponen
abiotik utama yang berguna sebagai sumber energi primer bagi kehidupan.
Terutama bagi tumbuhan dan makhluk hidup autotrof lainnya, untuk
berfotosintesis. Tidak semua spektrum sinar matahari berguna untuk fotosintesis
(hanya merah, nila, dan biru). Penyebaran sinar di permukaan bumi juga tidak
merata. Penyusupan sinar ke dalam air juga terbatas. Oleh karena itu setiap
organisme mempunyai cara untuk beradaptasi terhadap unsur sinar ini. Faktor
sinar juga berkaitan dengan faktor suhu. Sinar matahari memengaruhi
adaptasi hewan, dengan adanya hewan yang melakukan aktivitas lebih banyak pada
siang hari (hewan diurnal) dan pada
malam hari (hewan nokturnal) (Prajuli, 2011).
Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem
karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air
diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan
dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya
transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain,
misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
Air juga merupakan komponen besar
bagi penyusun tubuh makhluk hidup. Keberadaan air di permukaan bumi yang tidak
seragam telah menuntut adaptasi makhluk hidup yang ada. Akibatnya muncul
keanekaragaman makhluk hidup dilihat dari hubungannya dengan kebutuhan akan
air. Seberapa jauh organisme dapat membebaskan diri dari ketergantungan air,
tergantung pada kebutuhan dan kemampuannya menghemat air dalam keadaan
tertentu. Organisme yang hidup dalam habitat yang kering pada umumnya memiliki
cara penghematan air. Misalnya hewan yang hidup di daerah gurun akan memiliki
kapasitas penggunaan air yang relatif sedikit sebagai penyesuaian terhadap
lingkungan hidupnya yang miskin air. Berbagai jenis tumbuhan yang ada juga
beradaptasi dengan keadaan tersebut, salah satunya dengan membentuk daun yang
tebal dan sempit sehingga mengurangi penguapan. Contohnya adalah tumbuhan kaktus.
Selain itu, bagi hewan atau tumbuhan yang hidup di air, komposisi fisika dan
kimia dari air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidupnya (AAK, 1983).
Tanah
Tanah(bahasa
Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari
mineral dan bahan organik.Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di
bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan unsur hara
dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga
juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga
menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat,
tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.Ilmu yang mempelajari berbagai
aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah.Dari segi klimatologi, tanah
memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi,meskipun tanah
sendiri juga dapat tererosi.Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi
dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah(Fitter dan Hay, 1991).
Tanah berasal dari pelapukan batuan
dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses
pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini
membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau
disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan
proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah
tersebut(Fitter dan Hay, 1991).
Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang
bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk
yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim,
organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring
dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut
terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah(Fitter dan Hay, 1991).
Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas
dengan jenistanah yang berbeda-beda. Berikut ini adalah jenis-jenis tanah yang
ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia(AAK, 1983) :
1.
Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat
subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang
lebat.
2.
Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat
kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen
yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
3.
Tanah Alluvial/Tanah Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang
dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki
sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
4.
Tanah Podzoli
Tanah podzolit adalah tanah subur yang
umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah
/ dingin.
5.
Tanah Vulkanik/Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan
materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis
tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
6.
Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur
yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang
karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan
Lampung.
7.
Tanah Mediteran/Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya
tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa
Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
8.
Tanah Gambut/Tanah Organoso
Tanah organosol adalah jenis tanah yang
kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan
tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.
Ketinggian (Topografi)
Topografi adalah kombinasi antara
posisi lintang suatu tempat dipermukaan bumi (latitude) serta tinggi rendahnnya
ditinjau dari permukaan laut (altitude), karena ketinggian yang berbeda akan
menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda. Topografi memiliki pengaruh
besar terhadap iklim dan penyebaran makhluk hidup. Topografi yang berbeda
menyebabkan perbedaan penerimaan intensitas sinar, kelembaban, tekanan udara,
dan suhu udara, sehingga topografi dapat menggambarkan distribusi makhluk hidup (AAK, 1983).
Topografi atau ketinggian tempat
juga berpengaruh langsung terhadap kadar oksigen dan tekanan udara. Semakin
tinggi suatu tempat, tekanan udara dan kadar oksigen akan semakin berkurang.
Kondisi ini sangat memengaruhi vegetasi tumbuhan yang mampu hidup pada keadaan
tersebut. Hal ini berpengaruh juga terhadap hewan-hewan yang mampu beradaptasi
pada lingkungan tersebut (AAK, 1983).
Udara
Selain berperan dalam menentukan kelembaban, angin juga
berperan sebagai penyebaran biji tumbuhan tertentu. Angin diturunkan oleh pola
tekanan yang luas dalam atmosfir yang berhubungan dengan sumber panas atau
daerah panas dan dingin pada atmosfir. Kecepatan angin selalu diukur pada
ketinggian tempat makhluk hidup berada. Hal ini penting karena transfer panas
melalui konveksi dan evaporasi di antara makhluk hidup dan lingkungannya
dipengaruhi oleh kecepatan angin(AAK, 1983).
Udara di atmosfer tersusun atas nitrogen (N2,
78%), oksigen (O2, 21%), karbon dioksida (CO2,0,03%), dan
gas lainnya. Jadi gas nitrogen merupakan penyusun udara terbesar di atmosfer
bumi.
a. Nitrogen
Unsur Nitrogen merupakan gas yang diperlukan oleh mahkluk
hidup untuk membentuk protein, dan persenyawaan lainnya. Tumbuhan, hewan, dan
manusia tidak mampu memamfaatkan nitrogen yang ada di udara secara langsung.
Ada bakteri yang dapat menangkap nitrogen bebas dari udara misalnya, bakteri
rhizobium yang hidup bersimbiosis diakar tanaman kacang, atau ganggang biru
anabaena yang hidup bersimbiosis dengan azolla (tumbuhan air). Tumbuhan lainnya
memperoleh nitrogen dalam bentuk nitrit atau nitrat. Nitrit dan nitrat secara
alami terbentuk dari nitrogen diudara yang terkena lecutan petir, secara alami
tanah memperoleh nitrit dan nitrat sehingga menjadi subur.
b. Oksigen dan karbon dioksida
Okigen (O2) merupakan gas pembakar dalam proses
pernapasan. Makanan, misalnya karbohidrat yang ada di dalam sel, mengalami
pembakaran (oksidasi) guna mendapatkan energi. Oksidasi tersebut sering disebut
sebagai pernapasan sel. Dalam pernapasan dihasilkan pula karbondioksida (CO2)
dan air (H2O). baik tumbuhan maupun hewan memerlukan oksigen dari
udara bebas untuk pernapasannya dalam rangka mendapatkan energi.
c. Angin dan kelembaban
Angin berperan membantu penyerbukan tumbuhan, menyebarkan
spora dan biji tumbuhan. Bebrapa serangga hama tumbuhan dapat diterbangkan oleh
angin ke tempat lain yang jauh.
Kelembaban berperan menjaga organisme agar tidak kehilangan
air karena penguapan. Beberapa mikroorganisme seperti jamur dan bakteri hidup
di tempat-tempat yang lembab. Mikroorganisme tersebut tidak dapat hidup
ditempat-tempat kering. Kelembaban adalah jumlah uap air dalam udara.
Kelembaban udara penting, karena mempengaruhi kecepatan kehilangan panas dari
ternak. Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui
kulit dan saluran pernafasan. Kelembaban biasanya diekspresikan
sebagai kelembaban relatif (Relative Humidity = RH) dalam persentase yaitu
ratio dari mol persen fraksi uap air dalam volume udara terhadap mol persen
fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan tekanan yang sama. Pada
saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas
terbatas dan dengan demikian mempengaruhi keseimbangan termal ternak. Angin merupakan pergerakan udara yang disebabkan oleh
perbedaan suhu antara tempat-tempat itu. Kekuatan angin akan berpengaruh
terhadap karakter tumbuhan. Daerah yang biasa dengan angin yang kuat, hanya
bisa ditempati oleh tumbuhan yang liat dan berakar kuat (AAK, 1983).
Angin merupakan
unsur penting bagi tanaman, karena angin dapat mengatur penguapan atau
temperature, membantu penyerbukan (lebih–lebih penyerbukan silang), membawa uap
air sehingga udara panas menjadi sejuk, dan membawa gas–gas yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman. Angin mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya uap
air disekitar tanaman, sehingga memberikan kesempatan terjadinya penguapan
lebih lanjut. Situasi ini merupakan tekanan yang kuat bagi keseimbangan air,
meskipun jumlah air dalam tanah cukup banyak. Pertumbuhan vertikal akan
terbatas sesuai dengan kemampuan mengisap dan mentransformasikan air ke atas
untuk mengimbangi transpirasi yang cepat, hasilnya mungkin akan membentuk
tanaman yang kerdil(Jumin,
2008).
Garis lintang
Garis lintang yang berbeda
menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak
langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada
organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja (Jumin, 2008).
Kadar Garam (Salinitas)
Jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan
akhirnya akan mematikan tumbuhan itu. Didaerah yang berkadar garam tinggi hanya
hidup tumbuhan tertentu. Misalnya pohon bakau di pantai yang tahan terhadap
lingkungan berkadar garam tinggi(AAK, 1983).
Mineral
Mineral yang diperlukan tumbuhan
misalnya belerang (S), fosfat (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg),
besi (Fe), natrium (Na), dan khlor (Cl). Mineral-mineral itu
diperoleh tumbuhan dalam bentuk ion-ion yang larut didalam air tanah. Mineral
tersebut digunakan untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dan untuk penyusun
tubuh. Hewan dan manusia pun memerlukan mineral untuk penyusun tubuh dan
reaksi-reaksi metabolismenya. Selain itu, mineral juga berfungsi untuk menjaga
keseimbangan asam basa dan mengatur fungsi fsikologitubuh (Anggoro, 2013).
Keasaman (pH)
Keasaman juga berpengaruh terhadap mahkluk hidup. Biasanya
mahkluk hidup memerlukan lingkungan yang memiliki pH netral. Mahkluk hidup tidak dapat
hidup di lingkungan yang terlalu asam atau basa. Sebagai contoh tanah di
Kalimantan yang umumnya bersifat asam memiliki keanekaragaman yang rendah
dibandingkan dengan didaerah lain yang tanahnya netral. Tanah di Kalimantan
bersifat asam karena tersusun atas gambut. Oleh karena itu sulit dijadikan areal
pertanian jika tidak diolah dan dinetralkan terlebih dahulu. Tanah yang
bersifat asam dapat dinetralkan dengan diberikan bubuk kapur. Tanah berhumus
seringkali bersifat asam. Tanah berkapur seringkali bersifat basa. Tanah
bersifat basa dapat dinetralkan dengan diberi bubuk belerang(AAK, 1983).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar