Plasmid merupakan potongan melingkar DNA yang
ukuranya kecil (kurang lebih 2000 sampai 10000 pasangan basa) yang berisi informasi genetik
yang penting untuk pertumbuhan bakteri. Di alam, gen
informasi ini sering mengkode protein yang akan membuat
bakteri resisten terhadap antibiotik. Plasmid mungkin merupakan hasil dari perkembangan heterotrop yang tertutup. Bakteri sering tumbuh pada
lingkungan yang sama dengan mold dan fungi dan berkompetisi dengan mereka untuk mendapatkan
makanan (bahan organik kompleks). Sebagai hasilnya,m old dan fungi menghasilkan toksin untuk membunuh
bakteri (dalam dunia kedokteran sering deisebut dengan
antibiotik) agar supaya menang dalam memperebutkan makanannya. Untuk menanggapi ini bakteri menghasilkan plasmid untuk mempertahankan
hidupnya . Plasmid adalah DNA untai ganda yang berbentuk sirkuler yang berada diluar DNA kromosomal bakteria. DNA
ekstrakromosomal yang terjadi secara alamiah pada bakteria, yeast, dan
beberapa sel eukaryotik yang berada secara simbiotik maupun parasitik pada sel
inang.
Berdasarkan
fungsinya plasmid dapat dikelompokkan menjadi:
- Fertility- F plasmids. Merupakan plasmid yang dapat ditransfer dari satu sel ke sel bakteri lain untuk proses konjugasi. Plasmid ini juaga mempunyai kemampuan untuk mentransfer DNA atau gen baik yang terdapat dalam plasmid ataupun dalam kromosom. Plasmid ditemukan antara lain pada Eschericia coli, Pseudomonas, dan Streptomyces.
- Resistance- R plasmids. Mengandung gen yang resisten terhadap antibiotik atau racun dan inhibitor pertumbuhan lainnya. Plasmid R dapat ditemukan pada Staphylococcus
- Plasmid penyandi bacteriocins adalah senyawa yang diproduksi oleh bakteri untuk menghambat pertumbuhan .Resistance- R plasmids. Mengandung gen yang resisten terhadap antibiotik atau buhan atau bakteri lain yang spesises atau galurnya berbeda. Plasmid ini mengandung gen struktural bacteriocins ataupun gen yang mengkode protein yang berperan dalam pemrosesan dan transport bacteriocins. Penamaan plasmid ini tergantung pada organisme yang memproduksinya. Misalnya plasmidCol pada bakteri Escherichia coli yang mengkode colicins.
- .Degradative plasmids. Merupakan plasmid yang mampu mencerna subsansi yang tidak biasa, contoh toluen dan asam salisilat.
- Virulence plasmids. Merupakan plasmid yang menjadikan bakteri tersebut patogen
Berbagai
macam bentuk plasmid itu akan mempengaruhi kecepatan migrasi
plasmid dalam elektroforesis. Urutan migrasi bentuk-bentuk
plasmid tersebut dari yang paling cepat adalah
supercoiled, supercoiled denaturated, relaxed circular, dan nicked open circular. Bentuk plasmid yang semakin kecil atau ramping
akan lebih mudah bergerak melalui pori gel agarose
sehingga akan mencapai bagian bawah terlebih dahulu. Ada
berbagai macam kegunaan dari plasmid, dalam rekayasa genetika,
plasmid digunakan sebagai vektor untuk kloning DNA. Selain itu plasmid juga banyak digunakan untuk perbanyakan jumlah DNA tertentu sehingga
bisa mengekspresikan gen tertentu. Alasan utama pengunaan
plasmid ini adalah karena plasmid memiliki peta
restriksi, adanya marker sehingga dapat diketahui apakah gen insert masuk atau
tidak, memiliki copy number yang
besar, dan mudah dimodifikasi sesuai dengan tujuan
tertentu. Karena plasmid memiliki fungsi yang bisa dimanfaatkan
keuntungannya, maka ada banyak cara yang digunakan untuk mengisolasi
plasmid tersebut. Plasmid yang diisolasi berasal dari bakteri. Proses ini
dikenal sebagai proses mini preparation karena jumlahnya hanya
sekitar 1-20µg. Sedangkan untuk jumlah yang lebih besar
(100-200µg) digunakan midi preparation dan maxi
preparation untuk jumlah yang lebih besar dari 200 µg.
Inti dari isolasi plasmid bakteri adalah menghancurkan membran sel sehingga semua organel sel dapat keluar. Sehingga
didapatkan DNA kromosomal serta DNA ekstrakromosmal
(plasmid). Untuk memperoleh plasmid saja harus dilakukan pemurnian
dari debris membran sel, organel sel, dan pengotor lainnya. Metode yang dapat digunakan untuk isolasi plasmid antara lain yaitu boiling lysis,
lysis with detergent, mechanical lysis, alkaline lysis,
dan enzimatic digestion.
Tujuan “Isolasi DNA Plasmid” ini untuk mengisolasi DNA plasmid dari bakteri
Escherchia coli. Bakteri yang digunakan untuk diambil plasmidnya adalah bakteri Escherchia
coli dikarenakan:
1.
Mudah didapatkan.
2. Menghasilkan keturunan yang banyak dalam waktu yang singkat.
Beberapa
teknik dapat digunakan untuk merusak sel
Escherchia coli, untuk
melepaskan molekul DNA plasmid. Metode yang digunakan pada isolasi DNA plasmid ini adalah metode alkali lisis
atau lisis basa. Lisis basa adalah perusakan sel pada pH
tinggi dengan NaOH dan SDS (sodium Duodenyl Sulfat), diikuti dengan pelepasan dan denaturasi DNA genomik (gDNA), material dinding sel, dan
kebanyakan protein seluler. Meskipun DNA plasmid super coil juga terpengaruh karena rusaknya ikatan hidrogen
akibat promosi basa, jika pH dijaga di bawah 12,5 pasangan
basa terjaga dari pemisahan sempurna untai komplementer. Basa-basa berperan sebagainuclei
untuk renaturasi sempurna molekul DNA plasmid selama tahap
netralisasi.
Jika lisis sel dilakukan pada pH di atas 12,5, atau jika
pH ekstrim dalam
larutan,
pasangan basa plasmid dapat lepas dan terjadi denaturasi, membentuk pDNA
single
stranded. Setelah tahap lisis, larutan dinetralisasi dengan
kalium asetat, yang mengendapkan SDS bersama-sama dengan
gDNA terdenaturasi dan debris seluler. Pengerjaan berbeda
dapat menghilangkan material tidak larut ini, sedangkan mayoritas
pDNA tinggal dalam supernatan. Selama manipulasi, harus dijaga supaya tidak terjadi pemutusan gDNA membentuk fragmen-fragmen kecil yang
tidak akan membentuk agregat.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil 8 ml bakteri dalam kultur cair yang telah dipersiapkan dengan
menggunakan mikropipet dan memasukkannya ke dalam tabung
eppendorf 15 ml. Kemudian mengendapkan bakteri dengan
microsentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selam 10 menit sehingga terbentuk pelet dan supernatan. Prinsip-prinsip dari sentrifugasi
adalah dengan memisahkan molekul berdasarkan ukuran dan
berat molekul. Sampel yang disentrifugasi dengan
kecepatan tinggi dan gaya sentrifugal menyebabkan komponen yang lebih besar dan lebih berat akan terendap di dasar tabung yang
biasa disebut dengan pellet, sedangkan molekul yang
ukuran dan beratnya lebih kecil akan berada pada lapisan
yang atas yang biasa disebut dengan supernatan. Dalam hal ini, sel bakteri Escherchia coli
akan berada pada pellet sehingga kita mengambil pelletnya dan membuang bagian supernatan. Setelah itu menambahkan larutan A yang
berisi Tris-HCl dan EDTA untuk mensuspensi pelet sampai
larut dengan cara divortex. Di sini penmabahan larutan A
akan membuat berat molekul sel menjadi lebih besar sehingga
nantinya akan terendap sebagai pellet setelah disentrifuge. EDTA dapat
berfungsi sebagai penghambat DNAse yang dapat mendenaturasi DNA dan sebagai
pengkhelat magnesium yang berperan dalam merusak stabilitas
membran plasma sehingga membran plasma menjadi tidak
stabil. Selain itu Tris-HCl menjaga pH larutan sehingga
DNA tetap terjaga pada pH nya.
Langkah selanjutnya adalah menambahkan 2 ml larutan B (NaOH dan SDS) ke dalam campuran pelet dan larutan A
lalu dibolak-balik 4-6 kali. Penambahan larutan B ini
bertujuan untuk melisiskan dinding sel
bakteri di mana SDS berfungsi untuk menghancurkan membran
sel dan mendenaturasi protein serta NaOH untuk mendenaturasi
DNA genomik (kromosomal) dan mulai menghidrolisis RNA. Sehingga
DNA kromosomal akan kehilangan bentuknya setelah terdenaturasi dan yang dapat diperoleh setelah proses ini kemungkinan besar adalah DNA
plasmid.
Berikutnya kami menambahkan larutan C yang berisi kalium asetat sebanyak 2 ml. Penambahan kalium asetat akan menyebabkan renaturasi plasmid
mengendapnya single stranded DNA karena
molekulnya yang besar dan tidak dapat larut dalam larutan
dengan kadar garam tinggi serta pembentukan KDS yang tidak larut sehingga SDS dapat dengan mudah terbuang. Penambahan juga
berfungsi untuk menetralkan pH sehingga DNA plasmid tidak
rusak. Setelah itu disentrifuge
dengan kecepatan 3500 rpm. Setelah penambahan larutan
netralisasi ini dihindari penggunaaan vortex atau
sentrifugasi yang berlebihan karena akan ikut menyebabkan DNA kromosomal yang mungkin masih ada akan menjadi lebih kecil
sehingga akan terlarut pada supernatan yang berisi DNA
plasmid. Jadi, pada akhir tahap isolasi ini bagian yang
diambil adalah supernatan yang mengandung DNA plasmid dan membuang pellet yang mengandung debris molekuler. Supernatan diambil
sebanyak 4 ml kemudian didiamkan selam 1 malam.
Dari hasil percobaan,
setelah ditambahkan larutan A, larutan B, dan larutan c ternyata
hanya diperoleh sedikit pellet dan supernatant tampak keruh. Hal ini mungkin
terjadi karena debris molekul tidak semuanya mengendap sebagai
pellet namun masih tercampur dalam supernatan bersama
plasmid sehingga supernatan tampak keruh. Tidak
mengendapnya semua debris molekul mungkin disebabkan pada saat penambahan larutan A sebagai larutan suspensi, EDTA yang berfungsi
sebagai penghambat DNAse yang dapat mendenaturasi DNA dan
sebagai pengkhelat magnesium yang berperan dalam merusak
stabilitas membran plasma sehingga membran plasma menjadi
tidak stabil belum bereaksi secara optimal. Selain itu Tris- HCl yang berfungsi menjaga pH larutan sehingga DNA tetap terjaga pada
pH nya
juga belum
bereaksi optimal. Akibatnya, Tidak semua debris molekul dapat
terendapkan sesuai ukuran dan berat molekulnya dan mencemari
supernatan sehingga tampak keruh. Hal ini dapat juga
disebabkan oleh kurang berfungsinya larutan B dalam
melisiskan dinding sel bakteri sehingga tidak semua dinding dan sitoplasma
dapat dirusak. Atau mungkin pula ketika mengambil kultur bakteri
atau ketika menambahkan larutan, baik larutan A maupun larutan B, tip menyentuh
dinding tabung sehingga plasmid terkontaminasi zat-zat
pengotor. Dapat pula saat pengambilan kutur bakteri,
ketika pengambilan pellet ternyata supernatan juga ikut terambil
sehingga menyebabkan setelah penambahan larutan A, larutan B, dan larutan
C, pellet sedikit dan supernatant menjadi keruh.
Pada tahap
presipitasi kami menambahkan ± 0,1 vol NaOAc dan ± 2,5 vol
larutan ethanol 0,4 ml SodAc (Sodium Asetat) dan 10 ml larutan
ethanol absolut dingin ke dalam 4 ml supernatan yang
telah didiamkan selama 1 malam. Penambahan ethanol
absolut berguna untuk mengendapkan plasmid karena perbedaan polaritas. Ethanol yang ditambahkan harus dingin agar lebih banyak lagi DNA
plasmid yang mengendap. Prinsip pengendapan dengan
menggunakan ethanol absolut dingin yaitu : Saat
penambahan garam yaitu Sod Asetat yang berfungsi sebagai
neutralize charge pada gula fosfat DNA, maka ion-ion
seperti kation Na+ akan menyelimuti rantai DNA yang
bermuatan negatif. Jika di dalam air, gaya elektrostatik antara ion+ (Na+) dan-
(DNA) masih lemah karena sebagian rantai DNA masih berikatan
dengan air atau dapat dikatakan air punya konstanta
dielektrik yang tinggi. Sehingga penambahan pelarut
organik seperti ethanol dapat menurunkan konstanta dielektrik tersebut atau
memperbanyak ikatan DNA dengan Na+ sehingga membuat DNA lebih
mudah terpresipitasi. Berikut perbandingan bila DNA
plasmid berada dalam air dan ethanol
Setelah
penambahan ini, maka supernatan di dalam kedua larutan tersebut
dimasukkan ke dalam freezer selama kurang lebih 1 jam. Tahap akhir dari presipitasi adalah sentrifuge supernatan beserta
campurannya dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit.
Hasil yang diperoleh adalah pelet yang mengandung DNA plasmid dan supernatan yang mengandung larutan NaOAc dan ethanol absolut.
Sehingga, yang diambil pada tahap ini adalah bagian pellet dan yang dibuang adalah bagian supernatan.
Saat tahap presipitasi dilakukan ternyata didapatkan endapan/gumpalan putih yang merupakan protein menurutb
keterangan dosen pembimbing. Hal ini juga mungkin
berkaitan dengan langkah sebelumnya, atau mungkin saat pengambilan supernatan setelah penambahan larutan A, larutan B, dzan larutan C,
pellet ikut terambil sehingga didapatkan plasmid yang
sangat tidak murni
Tahap terakhir adalah tahap pembilasan DNA plasmid yang diperoleh dengan cara menambahkan 2 ml ethanol 70 % .
Tujuannya yaitu untuk membersihkan sisa- sisa larutan
yang digunakan untuk mengendapkan plasmid sebelumnya sehingga dapat diperoleh plasmid yang murni. Kemudian membuang etanol 70 % dan
membalik botol konikel di atas tissue sampai kering selama ± 5 menit. Setelah itu, menambahkan
50 mikrolit dH2O pada DNA plasmid dengan menyedot dan menyemprotkan
kembali sebanyak ± 6 kali dengan mikropipet tip warna kuning sampai bercampur. Langkah terakhir, memipet larutan dengan mikropipet
tip warna kuning dan memasukannya ke dalam botol
eppendorf kemudian dimasukkan ke dalam freezer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar