Google ads

Rabu, 29 Juli 2015

Karbon Aktif (Activated carbon)

Kata arang atau karbon berasal dari bahasa latin “carbo” yang berarti arang. Permukaan arang mempunyai sifat mampu menarik zat lain yang sejenis atau senyawa lain yang mengandung karbon.  Kemampuan arang menyerap zat-zat organik sangat bergantung pada luas permukaan pori-porinya. Semakin luas permukaan pori-pori, semakin tinggi daya serapnya (Toyoda, 2002). Suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari  bahan-bahan  yang  mengandung  karbon  dengan pemanasan  pada  suhu  tinggi.  Ketika pemanasan  berlangsung,  diusahakan  agar  tidak  terjadi  kebocoran  udara  didalam  ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi.  Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap).  Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktivasi dengan aktifator bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif (Rojikhi, 2012).
Arang  aktif  merupakan senyawa karbon amorf, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang  mengandung  karbon  atau  dari  arang  yang diperlakukan  dengan  cara  khusus  untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan arang aktif berkisar antara 300-3500 m2/gram dan ini berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan arang aktif mempunyai sifat sebagai adsorben (Rojikhi,2012). Arang umumnya mempunyai daya adsorpsi yang rendah dan daya adsorpsi itu dapat diperbesar dengan cara mengaktifkan arang menggunakan uap atau bahan kimia (Wahjuni, 2008). Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat arang aktif (Rojikhi, 2012).
Karbon aktif yaitu karbon dengan struktur amorphous atau mikrokristalin yang dengan perlakuan khusus dapat memiliki luas permukaan dalam yang sangat besar antara 300-2000 m2/gram. Pada dasarnya ada dua jenis karbon aktif yaitu karbon aktif bentuk granular dan bentuk serbuk. Karbon aktif bentuk granular biasanya digunakan sebagai adsorben gas sedangkan karbon aktif bentuk serbuk biasanya digunakan untuk adsorben suatu cairan. Karbon aktif bentuk granular mempunyai diameter pori berkisar antara 10-200 Ao dan biasanya terbuat dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau dari bahan baku yang mempunyai struktur keras. Karbon aktif bentuk serbuk mempunyai diameter pori mencapai 1000 Ao dan biasanya terbuat dari serbuk-serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah (Rojikhi, 2012).
Karbon aktif  mengandung elemen-elemen yang terikat secara kimia, seperti oksigen dan hidrogen.  Elemen-elemen  ini  dapat  berasal  dari  bahan  baku  yang  tertinggal  akibat  tidak sempurnanya proses karbonisasi, atau pula dapat terikat secara kimia pada proses aktivasi. Demikian pula adanya kandungan abu yang bukan bagian organik dari produk. Untuk tiap tiap jenis karbon aktif kandungan abu dan komposisinya ada bermacam-macam. Adsorpsi elektrolit dan non elektrolit dari larutan dari karbon aktif juga dipengaruhi oleh adanya sejumlah kecil abu. Adanya oksigen dan hidrogen mempunyai pengaruh besar pada sifat-sifat karbon aktif. Elemen-elemen ini berkombinasi dengan atom-atom karbon membentuk gugus-gugus fungsional tertentu (Rojikhi, 2012).
Pengujian mutu arang aktif sangat diperlukan untuk mengetahui kemampuan arang aktif agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pengujian mutu arang aktif meliputi: penentuan bagian yang hilang pada pemanasan 950 oC, penentuan kadar air, penentuan kadar abu dan daya serap terhadap larutan I2. Menurut SNI, karbon aktif yang baik mempunyai persyaratan yang tercantum pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Persyaratan Karbon Aktif  (SNI 06-3730-95)
Jenis
Persyaratan
Bagian yang hilang pada pemanasan 950 oC
Maksimum 15%
Kadar air
Maksimum 15%
Kadar abu
Maksimum 10%
Bagian yang tidak diperarang
Tidak nyata
Daya serap terhadap larutan I2
Maksimum 20%

Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan hal yang paling penting dalam karbon aktif.  Ukuran  partikel  karbon aktif   mempengaruhi proses  kecepatan adsorpsi, tetapi tidak mempengaruhi kapasitas adsorpsi yang berhubungan dengan luas permukaan karbon. Jadi kecepatan adsorpsi yang menggunakan powder activated carbon (PAC) lebih besar dari pada granular activated carbon (GAC). Luas permukaan total mempengaruhi kapasitas adsorpsi total sehingga meningkatkan efektivitas  karbon aktif dalam menyisihkan senyawa organik dalam air buangan (Rojikhi, 2012).
Struktur  pori  adalah  faktor  utama  dalam  proses  adsorpsi.  Distribusi  ukuran  pori menentukan distribusi molekul yang masuk dalam partikel karbon untuk diadsorp. Molekul yang berukuran  besar  dapat  menutup  jalan  masuk  ke  dalam  mikropori  sehingga  membuat  area permukaan yang tersedia untuk mengadsorpsi menjadi sia-sia. Karena bentuk molekul yang tidak beraturan dan pergerakan molekul yang konstan, pada umumnya molekul yang lebih kecil menembus kapiler yang ukurannya lebih kecil juga (Rojikhi, 2012).
Karbon aktif  sering digunakan untuk mengurangi kontaminan organik dan  partikel kimia organik, tetapi karbon aktif  juga efektif untuk mengurangi kontaminan inorganik seperti radon-222, merkuri, dan logam beracun lainnya. Karbon aktif terdiri dari berbagai mineral yang dibedakan berdasarkan kemampuan adsorpsi (daya serap) dan karakteristiknya (Rojikhi, 2012). Arang aktif dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbon dalam jumlah cukup banyak, di antaranya adalah tempurung kelapa, cangkang kelapa sawit, serbuk gergaji, ampas tebu, tongkol jagung, sekam padi, gambut, kayu, ubi kayu,batubara, dan tulang (Subiarto, 2000).
Karbon aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat, adsorpsi gas, adsorpsi logam, menghilangkan polutan mikro misalnya zat organik, detergen, bau, senyawa phenol dan lain sebagainya. Pada pori-pori arang aktif ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang akan dihilangkan oleh permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif sudah jenuh, atau sudah tidak mampu lagi menyerap maka kualitas air yang disaring sudah tidak baik lagi, sehingga karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif yang baru (Rojikhi, 2012).
Saat ini, karbon aktif telah digunakan secara luas dalam industri kimia makanan atau minuman, dan farmasi. Pada umumnya karbon aktif digunakan sebagai bahan penyerap dan penjernih serta sebagai katalisator dalam  jumlah kecil (Rojikhi, 2012).
Arang Aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon,dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi.
Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan aktif faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif.( meilita dan tuti.2003)
Pada abad XV, diketahui bahwa arang aktif dapat dihasilkan melalui komposisi kayu dan dapat digunakan sebagai adsorben warna dari larutan. Aplikasi komersial, baru dikembangkan pada tahun 1974 yaitu pada industri gula sebagai pemucat, dan menjadi sangat terkenal karena kemampuannya menyerap uap gas beracun yang digunakan pada Perang Dunia I.
Arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan arang aktif berkisar antara 300-3500 m2/gram dan ini berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan arang aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat arang aktif.
Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap. Arang aktif sebgai pemucat, biasanya berbentuk powder yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000A0, digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari serbuk serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah.( (Toyoda, 2002)
Arang aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet yang sangat keras diameter pori berkisar antara 10-200 A0 , tipe pori lebih halus,digunakan dalam rase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut, katalis, pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai bahan baku yang mempunyai struktur keras.
Sehubungan dengan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan arang aktif untuk masing- masing tipe, pernyataan diatas bukan merupakan suatu keharusan. Karena ada arang aktif sebagai pemucat diperoleh dari bahan yang mempunyai densitas besar, seperti tulang. Arang tulang tersebut, dibuat dalam bentuk granular dan digunakan sebagai pemucat larutan gula. Demikian juga dengan arang aktif yang digunakan sebagai penyerap uap dapat diperoleh dari bahan yang mempunyai densitas kecil, seperti serbuk gergaji. ( meilita dan tuti.2003)
Arang aktif terbagi atas 2 tipe yaitu arang aktif sebagai pemucat dan arang aktif sebagai penyerap uap. Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan industri. Hampir 60% produksi arang aktif di dunia ini dimanfaatkan oleh industri-industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan farmasi. Adapun penggunaan arang aktif secara umum dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2 Penggunaan Arang Aktif
No
PEMAKAI
KEGUNAAN
JENIS/MESH
1
Industri obat dan makanan
Menyaring, penghilangan bau
dan rasa
8x30,325
2
Minuman keras dan Ringan
Pengilangan warna, bau pada
Minuman
4x8,4x12
3
Kimia perminyakan
Penyulingan bahan mentah
4x8,4x12,8x30
4
Pembersih air
Penghilangan    warna,    bau
penghilangan resin

5
Budi daya udang
Permurnian,     penghilangan
ammonia, netrite phenol dan
logam berat
4x8,4x12
6
Industri gula
Penghilangan  zat-zat  warna,
menyerap                               proses
penyaringan   menjadi   lebih
sempurna
4x8, 4x12
7
Pelarut   yang   digunakan
Kembali
Penarikan   kembali   berbagai
Pelarut
4x8,4x12,8x30
8
Pemurnian gas
Menghilangkan   sulfur,   gas
beracun, bau busuk asap
4x8, 4x12
9
Katalisator
Reaksi                         katalisator
pengangkut    vinil    chloride,
vinil acetat
4x8, 4x30
10
Pengolahan Pupuk
Pemurnian, penghilangan bau
8x30

Secara umum pembuatan arang aktif berlangsung tiga tahap yaitu proses dehidrasi, proses karbonisasi dan proses aktifasi (Irianty, 2010).
1.     Proses Dehidrasi
Proses ini dilakukan dengan memanaskan bahan baku sampai suhu 105oC selama 24 jam dengan tujuan untuk menguapkan seluruh kandungan air pada bahan baku.
2.    Proses Karbonisasi
Proses karbonisasi adalah peristiwa yang harus dilalui dalam pembuatan arang aktif. Bahan baku yang mengandung karbon didekomposisi termal untuk memisahkan bahan non karbon yang terperangkap dalam bahan baku, sehingga sebagian besar yang tersisa dari bahan adalah karbon. Proses karbonisasi ini dilakukan pada suhu 450-750 oC. Selain bahan non karbon, sebagian karbon akan ikut menguap karena bahan non karbon terikat pada rantai karbon, yaitu berupa CO, CO2, maupun hidrokarbon ringan yang berupa gas.
3.    Proses Aktifasi
Aktifasi adalah suatu perubahan fisika dimana permukaan karbon aktif menjadi jauh lebih banyak karena hidrokarbon yang terkandung dalam karbon disingkirkan. Untuk memperoleh arang yang berpori, dan luas permukaan yang besar dapat diperoleh dengan cara mengaktifasi bahan. Ada dua cara dalam melakukan proses aktifasi yaitu:
a. Aktifasi Fisika
Aktifasi fisika melibatkan aktifator seperti uap air dan CO2. Proses aktifasi dilakukan  dengan mengalirkan aktifator dalam reaktor pada suhu tinggi. Aktifasi dengan uap air dilakukan pada suhu 750-900oC dan aktifasi dengan CO2 dilakukan pada suhu 850-1100oC. Namun aktifasi dengan CO2 jarang dilakukan karena reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis sehingga lebih sulit dikontrol (Supranto, 2005). Proses ini harus mengontrol suhu, lama waktu aktifasi dan laju alir aktifator sehingga dihasilkan karbon aktif dengan susunan karbon yang padat dan pori yang luas.
b. Aktifasi Kimia
Metode ini dilakukan dengan cara merendam bahan baku pada bahan kimia seperti HCl, HNO3, H3PO4, CN, Ca(OH)2, CaCl2, Ca(PO4)2, NaOH, KOH, Na2SO4, SO2, ZnCl2, dan Na2CO3 sebelum proses karbonisasi. Metode aktifasi kimia juga dapat dilakukan dengan merendam bahan baku yang telah dikarbonisasi.
 Sifat karbon aktif yang paling penting adalah daya serap. Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap  dari karbon aktif, yaitu: (Irianty, 2010)
1.   Sifat Adsorben
Karbon aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing- masing berikatan secara kovalen. Dengan demikian, permukaan karbon aktif bersifat non polar. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga  merupakan  faktor  yang  penting  diperhatikan.  Struktur pori  berhubungan  dengan  luas permukaan, semakin kecil pori- pori karbon aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan  demikian  kecepatan  adsorpsi  bertambah.  Untuk  meningkatkan  kecepatan  adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan karbon aktif yang telah dihaluskan. Jumlah atau dosis karbon aktif yang digunakan, juga diperhatikan.
2. Sifat Adsorpsi
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul adsorpsi dari sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorpsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi,posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa yang akan diadsorpsi.
3. Temperatur
Dalam pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk  menyelidiki temperatur pada  saat berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang biasanya diberikan mengenai temperatur  yang  digunakan  dalam  adsorpsi.  Faktor  yang  mempengaruhi  temperatur  proses adsoprsi  adalah  viskositas  dan  stabilitas  termal  senyawa  serapan.  Jika  pemanasan  tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa yang akan diadsorpsi, seperti terjadi perubahan warna maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih kecil.
4. Derajat Keasaman (pH)
Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Hal ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.
5. Waktu Kontak
Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah yang digunakan. Waktu yang dibutuhkan ditentukan oleh dosis karbon aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu kontak. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel karbon aktif untuk bersinggungan dengan senyawa yang akan diadsorpsi. Untuk larutan  yang mempunyai viskositas tinggi, dibutuhkan waktu kontak yang lebih lama (Rojikhi, 2012).
Struktur  pori  adalah  faktor  utama  dalam  proses  adsorpsi.  Distribusi  ukuran  pori menentukan distribusi molekul yang masuk dalam partikel karbon untuk diadsorpsi. Molekul yang berukuran  besar  dapat  menutup  jalan  masuk  ke  dalam  mikropori  sehingga  membuat  area permukaan yang tersedia untuk mengadsorpsi menjadi sia-sia. Karena bentuk molekul yang tidak beraturan dan pergerakan molekul yang konstan, pada umumnya molekul yang lebih besar dapat menembus kapiler yang ukurannya lebih kecil juga (Rojikhi, 2012).

Tidak ada komentar:

Google Ads