Adsorpsi adalah
proses pemisahan dimana komponen tertentu dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap
(adsorbent). Biasanya partikel-partikel kecil,
zat penyerap ditempatkan
dalam suatu hamparan
tetap kemudian fluida dialirkan melalui
hamparan tersebut sampai zat padat itu mendekati jenuh dan proses
pemisahan yang dikehendaki tidak dapat berlangsung lagi. (Apsari dan Dina.2010).
Adsorpsi biasanya
dapat dijelaskan dari tegangan permukaan suatu zat padat. Molekul-molekul yang ada dalam zat padat mendapat
gaya-gaya yang tidak sama, sehingga untuk
mengimbangi gaya-gaya bagian
dalam maka molekul-molekul, biasanya gas atau liquid
menjadi tertarik ke permukaan. Gaya ini relatif rendah dan disebut
gaya Van der Walls.
Dalam peristiwa
adsorpsi, zat-zat yang tertarik pada permukaan zat padat disebut dengan adsorbat, sedangkan adsorbent adalah suatu
adsorber dalam suatu peristiwa adsorpsi.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi adsorpsi :
1. Sifat fisik dan kimia adsorbent, seperti luas
permukaan, ukuran pori, komposisi kimia
2. Sifat fisik dan kimia adsorbent, seperti
polaritas molekul, ukuran molekul, komposisi kimia
3. Konsentrasi
adsorbat pada fase liquid
4. Sifat fase
liquid seperti pH dan temperatur
5. Sifat fase gas
seperti temperature dan tekanan
6. Waktu kontak
antara adsorbat dengan adsorbent
1)
Adsorpsi fase cair
a. Decoloring,
drying atau degguming dari minyak, pelumas, solvent organik,minyak
nabati maupun hewani.
b.
Recovery biologi kimiawi (antibiotic, vitamin, aroma) dari fermentasi
c. Klarifikasi produk makanan dan minuman
d. Pewarnaan gula sirup
e. Pemurnian limbah
f. Pemisahan aromatik isomeri dengan hidrokarbon
alifatis.
2)
Adsorpsi fasa gas
a. Drying gas
b. Purifikasi dan sirkulasi udara dari racun (Apsari dan Dina.2010).
Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu proses pemisahan
dimana komponen dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang
menyerap (adsorben). Biasanya partikel-partikel kecil zat penyerap dilepaskan
pada adsorpsi kimia yang merupakan ikatan kuat antara penyerap dan zat
yang diserap sehingga tidak mungkin terjadi proses yang bolak-balik (Rojikhi,
2012).
Adsorpsi
adalah proses dimana substansi molekul meninggalkan larutan dan bergabung pada
permukaan zat padat oleh ikatan fisika
dan kimia. Substansi molekul atau bahan yang diserap disebut adsorbat, dan zat padat
penyerapnya disebut adsorben. Proses adsorpsi biasanya dengan menggunakan karbon
aktif yang digunakan untuk menyisihkan senyawa-senyawa aromatik dan senyawa
organik terlarut (Rojikhi, 2012).
Adsorpsi biasanya dapat dijelaskan dari
tegangan permukaan suatu zat padat. Molekul-molekul yang ada dalam zat padat
mendapat gaya-gaya yang tidak sama, sehingga untuk mengimbangi gaya-gaya bagian
dalam maka molekul-molekul, biasanya gas atau liquid menjadi tertarik ke
permukaan. Gaya ini relatif rendah dan disebut gaya Van der Walls (Apsari dan Fitriasti, 2010).
Proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul
meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat akibat ikatan kimia dan
fisika. Adsorpsi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu adsorpsi fisika dan
adsorpsi kimia (Rojikhi, 2012).
Adsorpsi
fisika yaitu berhubungan dengan gaya Van Der Walls dan merupakan proses bolak-balik.
Apabila gaya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari
pada gaya
tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat terlarut akan
diadsorpsi pada permukaaan adsorben. Ikatan tersebut sangat lemah,
sehiggga mudah untuk diputuskan apabila konsentrasi zat terlarut yang teradsorpsi diubah. Jadi proses ini
berlangsung bolak-balik (Rojikhi, 2012).
Adsorpsi kimia yaitu reaksi
yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang teradsorpsi. Molekul-molekul yang teradsorpsi pada permukaan
adsorben bereaksi secara kimia. Hal ini disebabkan pada adsorpsi kimia
terjadi pemutusan dan pembentukan
ikatan. Dalam proses adsorpsi kimia, ikatan antara
zat terlarut yang teradsorpsi dan adsorben sangat kuat, sehingga sulit untuk
dilepaskan dan proses hampir tidak mungkin untuk bolak-balik (Rojikhi, 2012).
Menurut Rojikhi (2012) proses adsorpsi
dapat terjadi karena
adanya gaya tarik
atom atau molekul
pada permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya ini, padatan
cenderung menarik molekul molekul lain yang bersentuhan dengan permukaan
padatan, baik fasa gas atau fasa larutan ke dalam permukaannya. Akibatnya, konsentrasi
molekul pada permukaan menjadi lebih besar daripada dalam fasa gas atau zat terlarut
dalam larutan. Adsorpsi dapat terjadi pada antarfasa padat-cair, padat-gas, atau
gas-cair.
1.
Bahan penyerap
Bahan
yang digunakan untuk
menyerap mempunyai kemampuan
berbeda-beda, tergantung dari bahan asal dan juga metode aktivasi yang
digunakan.
2.
Ukuran butir
Semakin kecil ukuran butir, maka semakin besar permukaan
sehingga dapat menyerap kontaminan makin banyak. Secara umum kecepatan adsorpsi
ditujukan oleh kecepatan difusi zat terlarut ke dalam pori-pori partikel
adsorben. Ukuran partikel yang baik untuk proses penyerapan antara -100 / +200
mesh.
3.
Derajat Keasaman (pH Larutan)
Pada pH rendah, ion H+ akan berkompetisi dengan
kontaminan yang akan diserap, sehingga efisiensi penyerapan turun. Proses penyerapan akan
berjalan baik bila pH larutan tinggi. Derajat
keasaman mempengaruhi adsorpsi karena pH menentukan tingkat ionisasi larutan,
pH yang baik berkisar antara 8-9.
Senyawa asam organik dapat diadsorpsi pada pH rendah dan sebaliknya basa organik dapat diadsorpsi pada pH
tinggi.
4.
Waktu serap
Waktu serap yang lama akan memungkinkan proses difusi dan
penempelan molekul zat terlarut yang terserap berlangsung dengan baik.
5.
Konsentrasi
Pada
konsentrasi larutan rendah,
jumlah bahan diserap
sedikit, sedangkan pada konsentrasi tinggi jumlah
bahan yang diserap
semakin banyak. Hal ini disebabkan
karena kemungkinan frekuensi tumbukan antara partikel semakin besar.
Kesetimbangan Adsorpsi
Pada
saat fluida yang mengandung adsorbat dikontakkan dengan padatan adsorben, molekul-molekul adsorbat berpindah
dari fluida ke padatan sampai konsentrasi adsorbat di aliran fluida berada
dalam keadaan setimbang dengan adsorbat
yang teradsorp dalam padatan adsorben. Data kesetimbangan adsorpsi yang
dihasilkan pada temperatur konstan
biasanya disebut isoterm
adsorpsi (adsorption
isotherm), dimana terdapat hubungan
antara jumlah zat yang teradsorp
per unit massa padatan dan konsentrasi adsorbat di larutan. Untuk mengukur
adsorpsi isoterm, massa padatan dan konsentrasi larutan yang telah diketahui
kuantitasnya dikontakkan sampai
terjadi kesetimbangan. Adsorpsi isoterm dapat dihitung dengan mengukur konsentrasi adsorbat di
larutan pada saat awal dan pada saat kesetimbangan(Atmoko, 2012).
Isoterm Adsorpsi Langmuir
Isoterm
adsorbsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fase
teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan pada
temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan
untuk menjelaskan isoterm adsorbsi (Baker
1997).
Pada
tahun 1918, Langmuir menurunkan teori isoterm adsorpsi dengan menggunakan model sederhana berupa padatan
yang mengadsorpsi gas pada permukaannya. Pendekatan
Langmuir meliputi lima asumsi mutlak, yaitu:
1. Gas
yang teradsorpsi berkelakuan ideal dalam fasa uap
2. Gas
yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monolayer
3.
Permukaan adsorbat homogen, artinya afinitas setiap kedudukan ikatan untuk molekul gas sama
4.
Tidak ada antaraksi lateral antar molekul adsorbat
5.
Molekul gas yang teradsorpsi terlokalisasi, artinya mereka tidak bergerak pada
permukaan (Atmoko, 2012).
Langmuir
mengemukakan bahwa mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah sebagai berikut : A(g)
+ S ↔ AS, dimana A adalah molekul gas dan S adalah
permukaan adsorpsi.
Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritis
dengan menganggap terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang
diadsorpsi pada permukaan adsorben dengan molekul molekul zat yang tidak
teradsorpsi.
Salah satu kelemahan dari isoterm
Freundlich adalah bahwa ia gagal pada tekanan tinggi gas. Iarving langmuir pada
1916 berasal isoterm adsorbsi sederhana pada pertimbangan teoritis berdasarkan
teori kinetika gas. Ini disebut sebagai adsorpsi isoterm Langmuir.
Isoterm Branauer, Emmet and Teller (BET)
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa
adsorben mempunyai nilai permukaan yang homogen. Perbedaan isoterm ini dengan
Langmuir adalah BET berasumsi bahwa molekul-molekul adsorbat bisa membentuk
lebih dari satu lapisan adsorbat dipermukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme
adsopsi untuk setiap proses adsorpsi berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan
dalam isoterm ini adalah: Isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila
diterapkan untuk adsorpsi kimia, sedangkan isoterm BET akan lebih baik daripada
isoterm Langmuir bila diterapkan untuk adsorpsi fisik.
Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil
dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi dapat digambarkan dengan persamaan
empirik yang dikemukakan oleh Freundlich. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa
adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi
penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling
banyak digunakan saat ini. Persamaannya adalah :
dimana:
x = banyaknya
zat terlarut yng teradsorpsi (mg)
m = massa
adsorben (mg)
C = konsentrasi
adsorben yang sama
k,n = konstanta
adsorben
Dari persamaan tersebut, jika
konsentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot sebagai ordinat dan konsentrasi
adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat logaritmik akan diperoleh
gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben
dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian yang akan
dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat menentukan efisiensi dari suatu
adsorben (Ubaya,
1999).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar