Google ads

Senin, 22 Juni 2015

Racun Sianida pada Ubi

              Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan yang mengandung zat gizi berguna untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu pergantian sel- sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh. Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang.
            Nilai yang sangat penting dari bahan makanan atau zat makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta perolehan energi guna melakukan kegiatan sehari- hari seperi dikemukakan di atas tergantung dari keadaan dan macam-macam bahan makanannya.
      Makanan merupakan sumber nutrisi, tetapi apabila kita tidak hati-hati dalam memilih dan mengolahnya maka sumber makanan akan menjadi sumber petaka bagi manusia. Seringkali kita mendengar adanya kasus keracunan akibat mengkonsumsi suatu makanan seperti kasus yang terjadi di Jepang, sedikitnya ada 52 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah tercemar oleh merkuri, kemudian kasus keracunan makanan yang terjadi di Banyumas, Jawa Tengah dalam tempo dua hari saja 40 orang meninggal hanya karena mengkonsumsi tempe bongkrek. karenanya sejak saat itu Pemerintah Daerah Banyumas memberlakukan larangan memproduksi“tempe maut”dari bungkil kelapa.
       Belum lama berselang kita kembali dikejutkan oleh peristiwa yang sama, kali ini penyebabnya adalah sayur daun singkong. Kejadian yang terjadi di Bogor, pada pertengahan tahun 2002, sungguh sangat memilukan, bagaimana tidak  peristiwa tragis ini terjadi hanya beberapa saat setelah masyarakat merayakan pesta Agustusan. Suasana riang warga desa Jambu Rt 001/04 Sukaraja, berubah menjadi suasana pilu dan penuh duka. Tidak ada yang menyangka, acara makan bersama dengan lauk sayur daun singkong, ikan asin, urapan, telur dan tempe goreng menjadikan 36 warga muntah-muntah dan dilarikan ke rumah sakit.
       Faktor penyebab keracunan adalah kontaminasi mikroba dan pencemaran senyawa-senyawa beracun diantaranya mercuri dan logam-logam berat dari besi, timah, dan tembaga. Namun ada kalanya bahan pangan, baik itu hewani maupun nabati secara alamiah sudah mengandung racun seperti asam sianida(HCN) pada singkong .
       Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai racun alamiah yang terdapat pada singkong yaitu asam sianida (HCN) mengingat singkong merupakan salah satu bahan pangan sumber karbohidrat sehingga singkong sangat potensial sebagai alternatif lain sumber kalori bagi tubuh. Dengan pemahaman dan pengolahan yang benar, maka akan dapat meminimalkan terjadinya resiko keracunan makanan akibat mengkonsumsi singkong

Ubi Kayu

Ubi kayu (ketela pohon) ata Cassava sudah lama dikenal dan ditanam oleh penduduk di dunia.Hasil penelusuran para pakar botani dan pertanian menunjukkan bahwa tanaman ubi kayu berasal dari kawasan Amerika beriklim tropis.  Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan sentrum (tempat asal) plasma nutfah tanaman ubi kayu adalah Brasil (Amerika Selatan). Penyebaran pertama kali ubi kayu terjadi antara lain ke Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok, dan beberapa Negara yang terkenal daerah pertaniannya. Dalam perkembangan selanjutnya, ubi kayu menyebar keberbagai negara didunia yang terletak pada posisi 300 Lintang Utara dan 300 Lintang Selatan. Tanaman ubi kayu masuk kewilayah Indonesia kurang lebih pada abad ke-18.Tepatnya pada tahun 1852, didatangkan plasma nutfah ubi kayu dari Suriname untuk dikoleksikan di Kebun Raya Bogor.
Di Indonesia, ubi kayu dijadikan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung. Penyebaran tanaman ubi kayu meluas ke semua provinsi di Indonesia.Ubi kayu saat ini telah sudah digarap sebagai komoditas agroindustri, seperti produk tepung topioka, industri fermentasi, dan berbagai industri makanan. Pasar potensial tapioka dan antara lain Jepang dan Amerika Serikat. Tiap tahun kedua Negara tersebut menngimpor 1 juta ton produk tepung terdiri atas 750.000 ton tepung topioka dan 250.000 ton tepung lainnya. Disamping tepung topioka, ternyata produk gaplek, chips, dan pellet juga berpeluang untuk diekspor.Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein.

Kandungan Gizi dan Manfaat

            Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin akan protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionin. Selain umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida yang dapat membentuk asam sianida.
Umumnya daging umbi singkong berwarna putih atau kekuning - kuningan, untuk rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Pada jenis singkong yang pahit, proses pemasakan sangat diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya.Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Dalam hal ini umbi singkong mudah sekali rusak, ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.Singkong banyak digunakan pada berbagai macam singkong yaitu tepung tapioka yang dapat digunakan untuk mengganti tepung gandum, tepung ini baik untuk pengidap alergi.
Tepung topioka adalah pati dari umbi singkong yang dihaluskan dan dikeringkan. Tepung topioka yang dibuat dari singkong berwarna putih atau kuning akan menghasilkan tepung berwarna putih lembut dan licin. Tepung topioka memiliki beberapa unggulan dibandingkan dengan bahan bakunya singkong, yaitu lebih tahan lama dalam penyimpanan.
Selain itu, tepung topioka dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengental (thickener), bahan pemadat / pengisi (filler), bahan pengikat pada industry makanan olahan, dapat juga sebagai bahan penguat benang (warp seizing) pada industri tekstil.Ubi kayu memiliki berbagai macam kegunaan diantaranya sebagai bahan makanan, bahan industri, dan bahan makan ternak.

Kandungan gizi yang terkandung dalam tiap 100 gram daun muda (pucuk)  dan ubi kayu adalah :

NO
Kandungan Gizi
Proporsi
Pucuk
Ubi
1.
Kalori (kal.)
73,00
146,00
2.
Protein (g)
6,8
0,2
3.
Lemak (g)
1,2
0,30
4.
Karbohidrat (g)
13,00
34,70
5.
Kalsium (mg)
165,00
33,00
6.
Fosfor (mg)
54,00
0,40
7.
Zat besi (mg)
2,00
70,00
8.
Vitamin A (SI)
11.000,00
00,00
9.
Vitamin B (mg)
0,12
0,06
10.
Vitamin C (mg)
275,00
30,00
11.
Air (g)
77,20
62,50
12.
Bagian dapat dimakan (%)
87,00
75,00

Sumber Direktorat Gizi Depkes RI, 1981.

           
Hampir semua bagian dari tanaman ubi kayu kayu atau ketela pohon dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Dan aneka olahan dari tanaman tersebut diantaranya dapat di jabarkan ssebagai berikut:

Hasil Olahan Ubi Kayu

1.      Umbi
Hasil utama tanaman ubi kayu adalah umbinya. Umbi ubi kayu ini dapat diolah menjadi ubi rebus, ubi kayu, ubin goring, ubi bakar, getuk, kolak, opak, keripik, tape,dadar pelangi, pudding, combro,dan lain sebagainya.
2.      Daun muda (pucuk)
Daun ubi kayu yang muda sangat enak disantap dalam bentuk urap, lalap, masak sayur, lotek ,pepes, kare, dan berbagai jenis masakan lainnya.
3.      Batang
Batang ubi kayu dapat dimanfaatkan dalam pembuatan taoge atau rebung ubi kayu. Taoge yang berupa tunas daun yang sedang mulai tumbuh itu sangat enak bila diolah menjadi sup, tumis, dan lain sebagainya.
4.      Kulit Ubi
Kulit ubi kayu dari varietas ubi yang tidak beracun, dapat diolah menjadi keripik, atau disantap dalam bentuk urap.
Ubi kayu dapat dijadikan bahan baku dalam berbagai jenis industri. Misalnya dalam produksi etanol, alcohol dan galsohol, lem, tekstil, dan indutri kimia. Ubi kayu bermanfaat juga untuk dijadikan bahan baku industri makanan, baik berupa produk antara (intermediate product) misalnya gaplek dan tepung topioka, maupun makanan jadi berupa keripik, enyek-enyek, emping, dan biscuit. Limbah industry ubi kayu sebagai hasil ikutan (by product) dalam pengolahan, yang berupa kulit ubi kayu dan onggok, dapat dijadikan bahan pakan ternak. Daun ubi kayu yang dilayukandapat diberikan pada ternak domba dan kambing tanpa menyebabkan keracunan

Kandungan Racun Dalam Singkong

         Di dalam singkong, terutama varietas Sao Pedro Petro, baik pada umbi maupun daunnya mengandung glikosida cayanogenik. Zat ini dapat menghasilkan asam sianida (HCN) atau senyawa asam biru yang bersifat sangat toksik (beracun).Umbi dan daun singkong yang mengandung racun biasanya ditandai dengan rasa pahit dan baunya langu. Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau cassava ialah umbi akarnya dan daunnya. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu glikosida cyanogenik, artinya suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN (cyanida) yang bersifat sangat toksik.
          Glikosida sianogenik merupakan senyawa yang terdapat dalam makanan nabati dan secara potensial sangat beracun karena dapat terurai dan mengeluarkan gas hydrogen sianida. Glikosida sianogenik juga terdapat pada berbagai tanaman dengan nama senyawa yang berbeda seperti amigladin pada biji almond, apricot dan apel, dhurin pada biji shorgum, dan linamarin pada kara ( lima bean dan singkong). Nama kimia bagi amigladin adalah glukosida benzaldehida sianohidrin, dhurin; glukosida p hidroksi-benzaldehida-sianohidrin, linamarin; glukosida aseton sianohidrin.
            Sianida sebagai hydrogen sianida, atau salah satu garamnya yang banyak digunakan dalam electroplating, adalah racun yang bertindak sangat cepat (reaktif).Sianida tidak stabil dalam air dan dapat dihilangkan dengan perlakuan biologi atau dengan klorinasi. Hal ini mungkin terjadi dalam air hanya sebagai hasil dalam tumpahan kimia
Sianida dapat terbentuk sebagai sianida bebas, seperti HCN, dan didalam bentuk persenyawaan garam seperti KCN dan NaCN. Kompleks sianida yang stabil terdapat dalam jumlah yang sedikit seperti K4Fe(CN)6. Pada proses pengolahan, umumnya sianida dioksidasi dengan klorin atau hipoklorit di dalam suasana basa. Oksidasi sebagian menjadi sianat (CNO-) biasanya tercapai pada pH antara 9-10.

NaCN + 2 NaOH + Cl2 ═════ NaCNO + 2 NaCl + H2O
NaCN + NaCl ═════ NaCNO + NaCl
Sianat adalah kurang beracun bila dibandingkan dengan sianida dan akan dihidrolisis pada suasana asam (pH rendah) menjadi NH3 dan CO2. Jika klorin merupakan oksidator, maka banyaknya NaOH yang dibutuhkan akan lebih besar karena pada reaksi selanjutnya sianat dapat dioksidasi menjadi CO2 dan N2 oleh kelebihan klorin.
2 NaCNO + 3 Cl2 + 4 NaOH ════ N2 + 2 CO2 + 6 NaCl + 2 H2O.
            Zat glikosida ini diberi nama Linamarin. Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida yang terkandung didalamnya. Bergantung pada jenis singkong kadar asam cyanida berbeda-beda. Namun tidak semua orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar asam cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh cara pengolahannya sampai di makan. Diketahui bahwa dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air dalam jangka waktu tertentu, kadar asam cyanida (HCN) dalam singkong akan berkurang oleh karena HCN akan larut dalam air.

 Dampak terhadap tubuh

HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan mengganggu oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzym sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, O2 tidak dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan O2 akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler.
Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong.
1. Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.
2. Sesak nafas dan cyanosis.
3. Perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai koma.
4. Renjatan.
Diagnosa keracunan singkong ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinik dan anamnese makanan, ditopang oleh data laboratorik hasil pemeriksaan contoh muntahan dan bahan makanan yang tersisa.Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Bila makanan diperkirakan masih ada di dalam lambung (kurang dari 4 jam setelah makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau membuat penderita muntah.
Diberikan Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena perlahan. Bila timbul cyanosis dapat diberikan O2.
Beberapa penawar racun yang sering digunakan adalah:

Racun
Penawar
Asetominofen
NAC(N-asetilsistein).
Antikolinergik
Fisostigmin
Antikoagulan (warfarin/coumadin, heparin)
Vitamin K1, protamin.
Benzodiazepina
Perawatan pendukung, flumazenil
Botulisme
Antitoksin botulinum
Penyekat beta
Glukagon
Penyekat saluran kanal kalsium
Kalsium, Glukagon
Kolinergik
Atropin, Pralodixime dalam organofosfat dengan dosis berlebih
Karbon monoksida
Oksigen, Oksigen hiperbarat
Sianida
Amil Nitrat, Natrium Nitrat, Natrium Thiosulfat, Hidroksikobalamin
Digitoksin
Antibodi Fab digoksin
Besi
Deferoksamin
Isoniazid
Piridoksin
Timbal
BAL, EDTA, DMSA
Methemoglobinemia
Methelene Biru
Opiod
Nalokson
Alkokol beracun
Dialisis, Etanol Drip. Kemungkinan juga dapat menggunakan inhibitor enzim.
antidepresan trisiklik
Natrium bikarbonat


Penganan singkong seakan tak pernah habis. Ada saja kue - kue yang bisa dibuat dari singkong. Untuk membuat penganan dari singkong kita harus pandai memilih dan mengolahnya. Anda bisa memilih dan mengolah singkong yang bisa dilakukan dengan beberapa cara ini :
·         Kupas kulit singkong dengan kuku Anda. Lihat warnanya, konon yang warnanya kekuningan lebih baik daripada yang putih.
·         Patahkan sedikit ujungnya, perhatikan baik - baik, kalau ada bagian yang membiru sebaiknya jangan dipilih. Singkong yang telah lama disimpan memang cenderung mengeluarkan noda biru atau hitam yang diakibatkan enzim poliphenolase yang bersifat racun.
·         Banyak orang memilih singkong dari tanah yang membungkusnya. Kalau tanahnya belum kering  berarti singkongnya masih baru, pasti belum ada noda.
·         Saat diolah singkong harus dicuci bersih untuk menghilangkan tanah yang menempel di umbi singkong. 
·         Setelah itu singkong bisa dikupas. Cara mengupasnya cukup mudah, kerat saja bagian tengahnya singkong secara memanjang, lalu tarik bagian yang terkelupas hingga lepas sama sekali dari singkong.
·         Cuci kembali singkong supaya bersih pada air yang mengalir. Apabila belum diolah, rendam singkong terlebih dahulu agar warnanya tidak berubah. Yang mesti diingat, singkong adalah umbi akar yang teksturnya cukup keras, sehingga apabila akan diubah menjadi penganan harus diolah terlebih dahulu seperti dikukus atau diparut.
·         Apabila singkong hendak dihaluskan seperti untuk membuat getuk, sebaiknya pengukusan singkong harus dilakukan hingga benar - benar empuk. Untuk menghaluskannya bisa menggunakan garpu  atau ditumbuk dalam cobek (batu lumpang). Yang harus diingat, singkong sebaiknya dihaluskan selagi masih panas. 



Metode Analisa Untuk Penentuan Sianida

Untuk menentukan kadar sianida yang terdapat di dalam air dapat ditetapkan dengan beberapa metode antara lain :
·         Metode Titrasi
·         Metode Potensiometri secara elektroda ion selektif
·         Metode colorimetric secara spektrofotometri


 Metode Titrasi
Titrasi lain dengan beberapa kepentingan praktis yang meliputi suatu ligan unidentat dan suatu ion logam adalah yang disebut titrasi Liebeg dari sianiada dengan perak nitrat. Dasar caranya adalah pembentukan ion kompleks yang sangat stabil Ag(CN)2-.2 CN- + Ag+ Ag(CN)2-.Tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini seperti tertulis kira – kira =1021, dan ini merupakan satu-satunya kompleks sianiada dengan stabilitas yang menyolok. Semula titik akhir didasarkan atas penampilan keluruhan akibat pengendapan perak sianida, yang dapat dituliskan sebagai :

 Ag+ + Ag(CN)2- ═════ 2 AgCN
Ag2+ + Ag(CN)2- ═════ Ag[Ag(CN)2]
(Day& Underwood,1980)

Metode Potensiometri Secara Elektroda Ion Selektif

Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektrodadan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan.Dengan pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan.Ion-selektif elektroda adalah salah satu dari beberapa metode yang dapat mengukur konsentrasi sianida bebas. Dalam metode ini, ion sianida dari larutan penyerap alkali yang diikuti dengan destilasi ditentukan perubahan potensialnya menggunakan elektroda ion-selektif CN- dan pengukur beda potensial (voltmeter). Konsentrasi dari ion sianida dalam larutan penyerap ditentukan dari perbandingan dalam kurva kalibrasi standar dari sianida vs potensial (mV).Metode elektroda sianida lebih sensitif sedikit dalam hal pendetekasiandibandingkan metode kolorimetri. Rentang kalibrasi yang umum adalah antara0,05 dan 10 mg/L (Dzombak, 2005).
Metode Kolorimetri Secara Spektrofotometri

Spektrofotometer merupakan instrumen yang digunakan dalam metode kolorimetri yang sangat penting dalam analisis kimia kuantitatif. Banyakkelebihan yang dimilikinya antara lain :
1)         Dapat digunakan secara luas dalam berbagai pengukuran kuantitatif untuksenyawa-senyawa organik
2)         Kepekaannya tinggi karena dapat mengukur dalam satuan ppm
3)         Sangat selektif, bila suatu komponen X akan diperiksa dalam suatu campuran dengan mengetahui panjang gelombang maksimum hanya komponen X yang mengabsorbsi cahaya tersebut
4)         Lebih teliti karena hanya mempunyai persen kesalahan 1-3 % bahkan mempunyai persen kesalahan 0,1 %
5)         Mudah dan cepat, hal ini terutama sangat bermanfaat untuk pengukuran cuplikan dalam jumlah besar (Day & Underwood, 1983).
Apabila sinar polikromatis (sinar yang terdiri dari beberapa panjanggelombang) dilewatkan melalui suatu larutan, maka sinar dengan panjang gelombang yang lain dilewatkan dari larutan (Ewing, 1985).Intensitas warna adalah salah satu faktor utama dalam penentuan konsentrasi suatu analit secara spektrofotometri.

Tidak ada komentar:

Google Ads