Kualitas sumber raw water dapat bervariasi
dari waktu ke waktu. Potable water (air minum) pada beberapa wilayah secara
farmasi memiliki kualitas sangat rendah sehingga tidak dapat diminum. Air
tersebut harus dimurnikan dulu sebelum digunakan dalam produksi farmasi.
Variasi dapat terjadi secara musiman dan kontaminannya juga bervariasi.
Beberapa wilayah dipengaruhi oleh musim kemarau dan penghujan. Beberapa wilayah
lain dipengaruhi oleh 4 musim (winter, spring, autumn & summer).
Variasi alami musiman, variasi kualitas &
variasi kandungan mikroba juga dapat terjadi pada city water, yaitu air minum
yang dipasok oleh Perusahaan Air Minum Kota. Konsekuensinya air tersebut perlu
dimurnikan sebelum digunakan. Perlu dilakukan langkah-langkah menghilangkan
pengotor dan mengendalikan jumlah mikroba untuk menghindari kontaminasi produk.
Tidak ada air murni (pure water) di alam
karena sangat bervariasinya sumber air dan sifat kimia unik air yang
menyebabkan air menjadi pelarut universal. Otoritas kesehatan mencatat terdapat
lebih dari 90 jenis kontaminan yang bisa mengkontamiansi air minum. Kontaminan
dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok:
Ø Kontaminan anorganik, misalnya chloramines,
magnesium karbonat, kalsium karbonat dan sodium klorida.
Ø Kontaminan organik, misalnya residu detergen
dan pelarut.
Ø Kontaminan padatan, misalnya tanah liat, sols,
cols dan tanah.
Ø Kontaminan gas, misalnya nitrogen,
karbondioksida dan oksigen.
Ø Kontaminan mikroorganisme, kontaminan yang
berpeluang menyebabkan kesulitan besar karena jumlahnya dapat bertambah pada kondisi
nutrisi sangat terbatas, bahkan mampu berkembang pada pure water.
Perlakuan (treatment) yang harus dilakukan
terhadap air sangat dipengaruhi oleh sifat kimia air dan kontaminan yang ada.
Kontaminan pada air dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti:
Ø Hujan, yang dapat melarutkan asam dari
atmosfer dan membawa kontaminan lain.
Ø Erosi, yang membuat terbawanya mineral, tanah
liat dan tanah.
Ø Polusi, yang berasal dari atmosfir maupun
kontaminasi air tanah.
Ø Pelarutan, mineral dan padatan secara perlahan
dapat terlarut di dalam air simpanan.
Ø Sedimentasi, mineral yang terlarut dapat
mengalami pengendapan kembali sehingga memampatkan pipa dan filter.
Ø Dekomposisi, dapat terjadi pada kontaminan
yang dapat terdegradasi.
Kontaminan mineral pada air bisa menimbulkan
berbagai macam masalah sesuai dengan jenis mineral yang mengkontaminasi.
Kalsium dan magnesium menyebabkan water hardness yang bila air
dipanaskan/dididihkan akan menyebabkan terbentuknya kerak pada alat. Besi dan
mangan akan menyebabkan perubahan warna air, bereaksi dengan produk obat dan
bisa menjadi katalis proses dekomposisi. Silikat akan menyebabkan pengerakan
pada alat distilasi. Karbondioksida yang terbawa dari atmosfir dapat merubah pH
dan conductivity air. Karbonat dapat menyebabkan presipitasi kalsium. Asam
carbonic dapat mengkorosi sistem water treatment. Di area yang terdapat
aktifitas thermal, air bisa terkontaminasi sulphides yang pada kadar rendah-pun
dapat menyebabkan bau telur busuk.Fosfat dapat menyebabkan presipitasi ion-ion
metal dan pengerakan pada boiler.
Masalah yang ditimbulkan oleh mineral juga
terjadi pada keberadaan alumunium yang bisa menimbulkan masalah pada proses
dialisis. Kontaminasi alumunium dapat berasal dari proses treatment air, yaitu
penambahan alumunium pada saat flokulasi air yang bertujuan untuk menurunkan
kandungan sols dan tanah liat. Logam berat seperti arsenic dapat ditemukan pada
sumur di beberapa wilayah tertentu. Kontaminasi timah ditemukan pada beberapa
tangki yang diperbaiki dengan solder timah. Pipa dari timah tidak
direkomendasikan. Nitrat bisa menjadi masalah pada air minum. Kontaminasi
tembaga terjadi pada saat pipa tembaga terkorosi.
Kontaminan mikroorganisme yang utama adalah
alga, protozoa dan bakteri. Alga berasal dari raw water, namun bisa tumbuh pada
penampungan air yang tidak ditutup dan terkena sumber cahaya. Kadangkala alga
tumbuh bila lampu UV (sinar UV biasanya digunakan untuk membunuh mikroba pada
sistem air) kehilangan daya bunuhnya dan hanya memancarkan visible light
(cahaya tampak). Protozoa seperti Cryptosporidium dan Giardia dapat
mengkontaminasi air namun karena ukurannya besar bisa dengan mudah dihilangkan
dengan filtrasi. Bakteri adalah mikroba terpenting yang menyebabkan masalah
pada sistem pengolahan air. Kebanyakan adalah famili Pseudomonas atau bakteri
gram negatif, bakteri non fermentasi. Beberapa diantaranya mampu lolos dari
filter 0,2 um dan bisa menyebabkan timbulnya penyakit. Bakteri gram negatif
jenis E. coli dan coliform adalah indikator kontaminasi feces (tinja).
Mikroorganisme yang mengkontaminasi sistem air
biasanya ditemukan dalam bentuk biofilm yang terbentuk pada permukaan basah
pada hampir semua kondisi. Bakteri yang berada bebas di air (free swimming
aquatic bacteria) menggunakan polymucosaccharides untuk membentuk koloni di permukaan
pipa/tangki/alat di sistem air. Di bawah mikroskop koloni tersebut terlihat
acak-acakan, tersusun dari debris seluler, material organik dan sedikit sel
vegetatif. Koloni tersebut kemudian akan membentuk komunitas kompleks yang bila
telah matang akan melepaskan mikrokoloni dan juga bakteri ke aliran air.
Akibatnya akan menyebabkan tingginya jumlah bakteri secara sporadik. Walaupun
sistem air telah di desinfeksi, biofilm dapat segera membentuk koloni kembali,
yaitu setelah agen desinfektan dibersihkan dari sistem air. Biofilm mudah
terbentuk pada air yang diam (tidak mengalir) seperti dead legs atau pada
permukaan yang kasar, misalnya pada hasil pengelasan (welding) yang jelek.
Turbiditas air dipengaruhi oleh keberadaan
tanah liat, lumpur dan material tersuspensi (sols dan cols). Turbiditas tinggi
menyebabkan filtrasi air tidak efisien. Partikel-partikel kecil tersebut
(termasuk koloid) bermuatan negatif (slight negative electrical charge).
Penghilangan koloid dari air biasanya menggunakan teknik flokulasi. Umumnya
penghilangan koloid dilakukan oleh pabrik farmasi yang mengambil sumber air
dari bendungan, wells atau sungai.
Hardness disebabkan oleh keberadaan kalsium
dan magnesium. Konsentrasi keduanya menyebabkan air tergolong jenis hard water
atau soft water. Berdasar kandungan CaCO3 air dapat digolongkan menjadi 4
kelompok, yaitu soft = 0-60 ppm; moderate = 61-120 ppm; hard = 121-180 ppm dan
very hard >180 ppm. Hardness tinggi berpotensi menyebabkan pengerakan
(scaling) pada mesin yang melakukan penguapan, misalnya boiler (mesin yang
memproduksi uap). Penghilangan kalsium dan magnesium biasanya menggunakan water
softener yang menukar kalsium dan magnesium dengan sodium. Sodium kemudian
dihilangkan dengan deionizer atau reverse osmosis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar