Minyak dan lemak
merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia.
Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif
disbanding dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak atau lemak dapan
menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4
kkal/gram. Minyak atau lemak, khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam
lemak esensial seperti asam linoleat, lenoleat, dan arakidonat yang dapat
mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Minyak dan
lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E,
dan K. (Winarno,1984).
Dalam teknologi
makanan, lemak dan minyak memegang peran yang penting. Karena mnyak dan lemak
memiliki titik didih yang tinggi (sekitar 2000C) maka biasa
dipergunakan untuk menggoreng makanan sehingga bahan yang digoreng akan
kehilangan sebagian besar air yang terkandung dan menjadi kering (Sudarmadji,
1996).
Minyak goreng merupakan minyak yang
digunakan sebagai media untuk menggoreng. Minyak goreng kadang digunakan
sebagai nama lain untuk minyak pangan. Minyak (oil) pada suhu ruang
berwujud zat cair, sedangkan lemak pada suhu ruang berwujud padat. Minyak dan
lemak merupakan inggridient pangan yang penting. Minyak dan lemak selain
memberikan nilai kalori paling besar diantara zat gizi lainnya (9 kkal/gram),
minyak dan lemak dapat memberikan rasa gurih, tekstur dan penampakan bahan
pangan menjadi lebih menarik, dan permukaan yang kering.
Menurut
Sudarmadji (1996), lemak dan minyak
adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipida. Satu sifat yang
khas dan mencirikan golongan lipida (termasuk minyak dan lemak) adalah daya
larunya dalam pelarut organik (misalnya eter, benzene, khloroform) atau
sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air.
Sifat
Fisiko-Kimia Minyak dan Lemak
1. Warna
Zat warna terdiri dari 2 golongan,
golongan pertama yaitu zat warna alamiah, yaitu secara alamiah di dalam bahan
yang mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses
ekstraksi. Zat warna disebut antara lain terdiri dan
karoten (berwarna kuning), xantofil (berwarna kuning kecoklatan),
klorofil (berwarna kehijauan) dan anthosyanin (berwarna kemerahan). Golongan
kedua yaitu zat warna dari hasil degradasi zat warna alamiah, yaitu warna gelap
yang disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E). warna
coklat disebabkan oleh minyak yang
berasal dari bahan yang telah busuk atau memar, warna kuning umumnya terjadi
pada minyak tidak jenuh.
2.
Odor dan flavor
Odor dan flavor pada minyak selain
terdapat secara alami, juga terjadi karena pembentukan asam-asam yang berantai
sangat pendek.
3.
Kelarutan
Minyak tidak larut dalam air, kecuali
minyak jarak (castor oil). Minyak sedikit larut dalam alcohol, tetapi akan
melarut sempurna dalam etil eter, karbon disulfat dan pelarut-pelarut halogen.
4.
Titik cair
dan polymorphism
Minyak tidak mencair dengan tepat pada
suatu nilai temperatur tertentu, polymorphism adala suatu keadaan di mana
terdapat lebih dari satu bentuk Kristal.
5.
Titik didih
(boiling point)
Titik didih akan semakin meningkat
dengan bertambahnya rantai karbon asam lemak tertentu.
6.
Titik lunak
(softening point)
Titik lunak dari minyak ditetapkan
dengan maksud untuk identifikasi minyak tersebut.
7.
Slipping
point
Penetapan Slipping
point dipergunakan untuk pengenalan minyak serta pengaruh kehadiran
komponen-komponennya.
8.
Shot melting
point
Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak.
9.
Bobot jenis
Bobot jenis biasanya ditentukanpada
temperature 250C, akan tetapi dalam hal ini dianggap penting juga
untuk diukur pada temperature 40oC atau 60oC.
10. Titik asap
Apabila minyak dipanaskan dapat
dilakukan penentuan titik asap adalah criteria dalam hubungan dengan minyak
yang digunakan untuk menggoreng.
11. Titik kekeruhan (turbidity point)
Ditetapkan dengan cara mendinginkan
campuran hubungannya dengan minyak dengan pelarut lemak (S.Ketaren 1996).
Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar, biasanya digunakan
untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuh-tumbuhan biasanya dari
tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung, kedelai, dan
kanola (Kusnandar,2010).
Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar
panas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai kalori bahan pangan. Minyak
goreng termasuk bahan makanan yang penting, berfungsi sebagai bahan untuk
menggoreng makanan, sehingga bahan yang digoreng akan kehilangan sebagian besar
air yang dikandungnya, selain itu rasanya akan lebih gurih dan nilai kalorinya
bertambah (H.yusminah,2013).
Syarat
mutu minyak goreng
syarat mutu minyak goreng sesuai Tabel.1 di bawah ini.
Table 1. Syarat mutu minyak goreng
No
|
Kriteria uji
|
Satuan
|
persyaratan
|
1
|
Keadaan
|
|
|
|
Bau
|
-
|
normal
|
|
Warna
|
-
|
normal
|
2
|
Kadar air dan bahan
menguap
|
%b/b
|
maks. 0,15
|
3
|
Bilangan asam
|
mg KOH/g
|
maks. 0,6
|
4
|
Bilanga peroksida
|
mek O2/kg
|
maks. 10
|
5
|
Minyak pelikat
|
-
|
Negative
|
6
|
Asam linoleat
(C18:3) dalam komposisi asam lemak minyak
|
%
|
maks. 2
|
7
|
Cemaran logam
|
|
|
|
Kadmium (Cd)
|
mg/kg
|
maks. 0,2
|
|
Timbal (Pb)
|
mg/kg
|
maks. 0,1
|
|
Timah (Sn)
|
mg/kg
|
maks. 40,0/250,0
|
|
Merkuri (Hg)
|
mg/kg
|
maks. 0,05
|
8
|
Cemaran arsen (As)
|
mg/kg
|
maks. 0,1
|
Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI 3741 2013)
Kerusakan Minyak
Kerusakan minyak goreng selama proses
menggoreng akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi dari bahan pangan yang
digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi akan
menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak
enak, serta kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat
dalam minyak.
1 Faktor-faktor
yang mempengaruhi kerusakan minyak
a. Penyerapan Bau
Lemak
bersifat mudah menyerap bau. Apabila bahan pembungkus mudah menyerap lemak,
maka lemak yang terserap ini akan teroksidasi oleh udara sehingga rusak dan
berbau. Bau dari bagian lemak yang rusak ini akan diserap oleh minyak yang ada
dalam bungkusan yang mengakibatkan seluruh lemak menjadi rusak.
b. Hidrolisis
Dengan adanya air, dapat terhidrolisis
menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dipercepat oleh asam basa,
enzim-enzim. Dalam teknologi makanan, hidrolisis oleh enzim lipase sangat
penting karena enzim tersebut terdapat
pada semua jaringan yang mengandung minyak. Dengan adanya lipase, lemak akan
diuraikan sehingga kadar asam lemakbebas lebih dari 10%. Hidrolisis sangat
mudah terjadi dalam lemak dengan asam lemak rendah (lebih kecil dari C14)
seperti pada mentega, minyak kelapa sawit, dan minyak kelapa. Hidrolisis sangat
menurunkan mutu minyak goreng. Minyak yang terhidrolisis, smoke point-nya menurun,
bahan-bahan menjadi coklat dan lebih banyak menyerap minyak.
c.
Oksidasi Dan Ketengikan
Kerusakan minyak yang utama adalah
timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Hal ini
disebabkan oleh autooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak.
Autooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida (F.G
Winarno, 1984).
Minyak Jelantah
Minyak jelantah (waste cooking oil) adalah minyak limbah
yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung,
minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, dan minyak ini merupakan minyak
bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat digunakan kembali untuk
keperluan kuliner. Tapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelanta
mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama
proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelanta yang
berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia. Menimbulkan penyakit kanker, dan
akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya
(Kompasiana,2013).
Minyak yang sudah dipakai berulang kali
sudah mengandung akrilamida, radikal bebas, dan asam lemak trans. Terlebih
kalau warnanya sudah kecoklatan, dan teksturnya kental. Semakin dipanaskan,
maka semakin tinggi kandungan senyawa karsinogenik di dalamnya. Berdasarkan
penelitian yang sudah dilakukan, pemanasan pada minyak (yang belum digunakan)
selama 30 menit dengan suhu di atas 125 derajat celcius dapat menyebabkan
munculnya zat akrilamida. Selain itu pemanasan terus menerus terhadap minyak
dapat menghasilkan pula beberapa senyawa lain yang bersifat racun terhadap
tubuh (Rosmauli. 2014).
Ciri-ciri Minyak Jelantah
Minyak goreng yang memiliki
kadar peroksida tinggi memiliki ciri-ciri yang khas, diantaranya jika dilihat
secara kasat mata minyak goreng cenderung berwarna coklat tua sampai kehitaman,
jika dibandingkan dengan minyak goreng yang kadar peroksidanya sesuai standar,
berwarna minyak kuning sampai coklat muda. Minyak goreng dengan kadar peroksida
yang sudah melebihi standar memiliki endapan yang relatif tebal, keruh,
berbuih. Bau minyak goreng yang memiliki kadar peroksida yang melebihi standar,
baunya tengik jika dicium (http://uad.ac.id).
Bahaya minyak
jelantah
Minyak goreng yang telah digunakan,
akan mengalami beberapa reaksi yang menurunkan kadar mutunya. Pada suhu
pemanasan, akan membentuk akrolein, yakni sejenis aldehid yang dapat
menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Minyak goreng sisa atau lebih dikenal
dengan minyak jelantah ini telah mengalami penguraian molekul-molekul, sehingga
titik asapnya turun drastis. Karena jelantah itu mudah mengalami oksidasi, maka
jika disimpan akan cepat berbau tengik. Selain itu, jelantah juga disukai jamur
aflatoksin sebagai tempat berkembangbiak. Jamur ini menghasilkan racun
aflatoksin yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, terutama pada hati atau
liver. Minyak jelantah jika ditinjau dari komposisi kimianya, mengandung
senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik penyebab kanker ( http://www.smallcrab.com).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar