Mekanisme Kerja :
Tidak diketahui, namun diperkirakan
terjadi penghambatan sintesis asam mikolat yang menyebabkan kerusakan dinding
sel bakteri.
Indikasi :
Tuberkulosis, dalam kombinasi dengan obat
lain.
Kontra indikasi : Drug induced liver
disease (obat dapat menginduksi timbulnya penyakit hati). Hipersensitivitas
terhadap isoniazid atau komponen lain dalam sediaan ; penyakit hati akut,
riwayat kerusakan hati selama terapi dengan isoniazid.
Efek Samping : Mual, muntah, konstipasi; neuritis perifer dengan dosis
tinggi (diperlukan profilaksis piridoksin), neuritis optik, konvulsi,episode
psikosis, vertigo; reaksi hipersensitivitas termasuk demam, eritema multiforma,
purpura; gangguan darah termasuk agranulositosis, anemia haemolitik, anemia
aplastik; hepatitis (terutama umur diatas 35 tahun); syndrom like-systemic
lupus erythematosus, pellagra, hyper reflexia, hiperglikemia dan dilaporkan
ginekomastia
Peringatan :
Kerusakan hati; kerusakan ginjal; status
asetilator lambat (meningkatkan risiko efek samping); epilepsi; riwayat
psikosis; ketergantungan alkohol, malnutrisi, diabetes melitus, infeksi HIV
(resiko neuritis perifer) ; kehamilan dan menyusui ; porfiria.
Gangguan hati : pasien atau keluarganya harus diberitahu bagaimana mengenal tanda-tanda gangguan hati dan disarankan untuk menghentikan pengobatan serta segera memeriksakan diri jika muncul gejala yang menetap seperti mual, muntah, malaise atau jaundice (penyakit kuning).
Gangguan hati : pasien atau keluarganya harus diberitahu bagaimana mengenal tanda-tanda gangguan hati dan disarankan untuk menghentikan pengobatan serta segera memeriksakan diri jika muncul gejala yang menetap seperti mual, muntah, malaise atau jaundice (penyakit kuning).
Interaksi dengan Obat Lain : Efek sitokrom P450: substrat CYP2E1 (major); Menghambat
CYP1A2 (lemah), 2A6 (sedang) , 2C8/9 (sedang) , 2C19 (kuat) , 2 D6 (sedang),
2E1 (sedang), 3A4 (kuat) ; induksi CYP2E1 (sesudah dihentikan)
Meningkatkan efek/toksisitas : penggunaan bersama disulfiram menyebabkan reaksi intoleransi akut. Isoniazid dapat meningkatkan kadar/efek amiodaron, ampfetamin, benzodiazepin, beta-blocker, calcium channel blocker, citalopram, deksmedetomidin,
anestesi, lidokain, mesoridazin, methsuksimid, mirtazapin, nateglinid, nefazodon, paroksetin, fenitoin, pioglitazon, propanolol, risperidon, ritonavir, rosiglitazon, sertralin, sildenafil (dan inhibitor PDE-5 yang lain), tacrolimus, teofilin, thioridazin
antidepresan trisiklik,trimetadon,venlafaxin.Warfarin dan substrat dari CYP2A6,2C8/9,2C19, 2D6,2E1 , atau 3A4. Benzodiazepin tertentu (midazolam dan triazolam), cisaprid, alkaloid ergot, HMG-CoA reduktase inhibitor tertentu (lovastatin dan simvastatin),
dan pimozide biasanya kontraindikasi dengan inhibitor CYP3A4 kuat. Mesoridazine dan thioridazine biasanya kontraindikasi dengan inhibitor CYP2D6 kuat. Jika digunakan dengan inhibitor CYP3A4 kuat, diperlukan penyesuaian
dosis untuk sildenafil dan inhibitor PDE-5 yang lain.
Menurunkan efek: efek/kadar isoniazid diturunkan oleh garam aluminium atau antasida. Isoniasid dapat menurunkan efek/kadar subsrat prodrug CYP2D6 (seperti kodein, hidrokodone, oksikodon, tramadol).
Meningkatkan efek/toksisitas : penggunaan bersama disulfiram menyebabkan reaksi intoleransi akut. Isoniazid dapat meningkatkan kadar/efek amiodaron, ampfetamin, benzodiazepin, beta-blocker, calcium channel blocker, citalopram, deksmedetomidin,
anestesi, lidokain, mesoridazin, methsuksimid, mirtazapin, nateglinid, nefazodon, paroksetin, fenitoin, pioglitazon, propanolol, risperidon, ritonavir, rosiglitazon, sertralin, sildenafil (dan inhibitor PDE-5 yang lain), tacrolimus, teofilin, thioridazin
antidepresan trisiklik,trimetadon,venlafaxin.Warfarin dan substrat dari CYP2A6,2C8/9,2C19, 2D6,2E1 , atau 3A4. Benzodiazepin tertentu (midazolam dan triazolam), cisaprid, alkaloid ergot, HMG-CoA reduktase inhibitor tertentu (lovastatin dan simvastatin),
dan pimozide biasanya kontraindikasi dengan inhibitor CYP3A4 kuat. Mesoridazine dan thioridazine biasanya kontraindikasi dengan inhibitor CYP2D6 kuat. Jika digunakan dengan inhibitor CYP3A4 kuat, diperlukan penyesuaian
dosis untuk sildenafil dan inhibitor PDE-5 yang lain.
Menurunkan efek: efek/kadar isoniazid diturunkan oleh garam aluminium atau antasida. Isoniasid dapat menurunkan efek/kadar subsrat prodrug CYP2D6 (seperti kodein, hidrokodone, oksikodon, tramadol).
Interaksi dengan Makanan : Harus digunakan satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan
pada keadaan lambung kosong; peningkatan asupan makanan yang mengandung folat,
niasin, magnesium. Tidak diperlukan pembatasan makanan yang mengandung tyramin
Farmakologi :
Absorpsi : cepat dan lengkap; kecepatan absorpsi dapat berkurang
dengan adanya makanan
Distribusi : terdistribusi pada semua jaringan tubuh dan cairan tubuh termasuk cairan serebrospinal; menembus plasenta; masuk ke dalam air susu Ikatan protein : 10%-50% Metabolisme : Melalui hati dengan penurunan kecepatan metabolisme tergantung pada tipe asetilator T½ eliminasi : asetilator cepat : 30-100 menit ; asetilator lambat : 2-5 jam; terjadi perpanjangan pada pasien dengan kerusakan hati dan ginjal yang berat Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: 1- 2 jam Ekskresi : urin ( 75% sampai 95%); melalui feses dan saliva Rentang terapeutik : 1-7 mcg/ml (SI : 7-51 µmol/L); Toxic ; 20-710 mcg/mL (SI: 146-5176 µmol/L). |
Bentuk Sediaan : Tablet,
Sirup
Nama dagang :
INH (Generik);Beniazid;Decadoxin;Decadoxin
Forte;INH Ciba;INH 400 Ciba;Inoxin Forte;Pehadoxin;Pehadoxin
Forte;Pulmolin;Pyravit;Pyrifort;Suprazid;Suprazid Forte;
Dosis, Cara Pemberian
dan Lama Pemberian :
Oral
(bentuk injeksi dapat digunakan untuk pasien yang tidak dapat menggunakan
sedían oral maupun karena masalah absorbsi)
Bayi dan anak-anak :
Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 10 – 20 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi (maksimal 300 mg/hari) atau 20 – 40 mg/kg (maksimal 900 mg/ dosis) dua kali seminggu selama 9 bulan
Pengobatan infeksi TB aktif :
Terapi harian 10 – 15 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi (maksimal 300 mg/hari)
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 20 – 30 mg/kg (maksimal 900 mg)
Dewasa :
Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 300 mg/hari atau 900 mg dua kali seminggu selama 6-9 bulan pada pasien yang tidak menderita HIV (terapi 9 bulan optimal, terapi 6 bulan berkaitan dengan penurunan biaya terapi) dan 9 bulan pada pasien yang
Pengobatan infeksi TB aktif :
Terapi harian 5 mg/kg/hari diberikan setiap hari (dosis lazim : 300 mg/hari); 10 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi pada pasien dengan penyakit yang telah menyebar
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 5 mg/kg (maksimal 900 mg); terapi 3 kali/minggu : 15 mg/kg (maksimal 900 mg)
Bayi dan anak-anak :
Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 10 – 20 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi (maksimal 300 mg/hari) atau 20 – 40 mg/kg (maksimal 900 mg/ dosis) dua kali seminggu selama 9 bulan
Pengobatan infeksi TB aktif :
Terapi harian 10 – 15 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi (maksimal 300 mg/hari)
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 20 – 30 mg/kg (maksimal 900 mg)
Dewasa :
Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 300 mg/hari atau 900 mg dua kali seminggu selama 6-9 bulan pada pasien yang tidak menderita HIV (terapi 9 bulan optimal, terapi 6 bulan berkaitan dengan penurunan biaya terapi) dan 9 bulan pada pasien yang
Pengobatan infeksi TB aktif :
Terapi harian 5 mg/kg/hari diberikan setiap hari (dosis lazim : 300 mg/hari); 10 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi pada pasien dengan penyakit yang telah menyebar
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 5 mg/kg (maksimal 900 mg); terapi 3 kali/minggu : 15 mg/kg (maksimal 900 mg)
Daftar Pustaka
1. BNF 50
2. AHFS Drug Information 2005
3. MIMS Indonesia 2006/2007
4. Drug Fact & Comparisons 2003
5. Drug Information Handbook
2. AHFS Drug Information 2005
3. MIMS Indonesia 2006/2007
4. Drug Fact & Comparisons 2003
5. Drug Information Handbook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar