Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia
H2O, satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and
temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia
ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam, beberapa macam
jenis gas dan molekul organik.
Alasan
mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fase berkeadaan cair,
adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif ketimbang elemen-elemen
lain tersebut (kecuali flor). Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron
ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen,
meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan
negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat
molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik antar
molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing molekul
saling berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya
menaikkan titik didih air. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena
air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara
fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion,
air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi
(berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-).
Air berfungsi sebagai media antara gluten dan
karbohidrat, melarutkan garam dan membentuk sifat kenyal gluten. Pati dan
gluten akan mengembang dengan adanya air. Air yang digunakan sebaiknya memiliki
pH antara 6-9, hal ini disebabkan absorpsi air makin meningkat dengan naiknya
pH (Ebook pangan, 2009). Menurut Hastuti (2009), fungsi air dalam bahan makanan
antara lain : pembawa komponen bahan makanan hidrofilik, sebagai medium reaksi
kimia dan enzimatis, dapat dilarutkan dan dipisahkan dan menentukan mutu
(bentuk, kenampakan, kesegaran, cita rasa dan derajad penerimaan konsumen) dan
daya simpan.
Menurut Belitz dan Grosh (1999), air pada
bahan pangan digunakan sebagai media yang mendukung reaksi kimia dan merupakan
reaktan langsung pada proses hidroksi. Penambahan gula, garam akan menyebabkan
kandungan air berkurang dan mempengruhi pertumbuhan mikroorganisme dan dapat
memperpanjang waktu simpan. Air juga bereaksi fisik dengan protein,
polisakarida, lemak yang memberikan konstribusi secara signifikan pada tekstur
makanan atau bahan pangan.
Air
dalam bahan pangan dapat dibedakan atas:
- Air bebas, yaitu air yang tidak terikat pada bahan padat dalam jaringan pangan. Sifat-sifat fisik dan termodinamika air ini adalah seperti air murni.
- Air yang terikat secara mekanik, yaitu air yang memiliki gaya tegangan permukaan. Air jenis ini terdapat dalam ruang antara partikel-partikel pangan atau terdapat sebagai lapisan tipis pada permukaan bahan pangan padat.
- Air yang teradsorpsi pada permukaan bahan padat karena adanya ikatan yang lemah antar-molekul yaitu gaya van der Waal.
- Air terikat secara kimia. Kekuatan ikatan kimia ini sangat bervariasi, misalnya air hidrasi pada garam anorganik seperti kalsium-sulfat terikat secara reversibel. Air yang merupakan bagian dari struktur kimia bahan padat, misalnya air dalam karbohidrat. Kehilangan air ini bersifat irreversibel dan kehilangan tersebut menyebabkan dekomposisi bahan padat.
Peran air dalam bahan makanan antara lain:
- Mempengaruhi penampakan tekstur serta cita rasa makanan
- Menentukan kualitas bahan makanan tersebut
- Adanya karakter air yang dapat menentukan: titik cair, titik didih, energi, perubahan fase, dan parameter titik krisis
- Pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan biopolimer dan sebagainya.
- Pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya
- Mempengaruhi kesegaran, stabilitas, dan keawetan pangan
- Menentukan tingkat resiko keamanan pangan
- Untuk reaksi kimia
- Pelarut universal untuk senyawa ionik dan polar
Air berfungsi sebagai bahan yang dapat
mendispersikan berbagai senyawa yang ada dalam bahan makanan. Untuk beberapa
bahan, air berfungsi sebagai pelarut. Air dapat melarutkan berbagai bahan
seperti garam, vitamin yang larut dalam air, mineral, senyawa-senyawa cita rasa
seperti yang terkandung dalam teh dan kopi.
- Mempengaruhi Aktivasi Enzim dalam Bahan Pangan
Dalam bahan pangan, terdapat beberapa
enzim yang hanya dapat bekerja jika ada air. Enzim tersebut tergolong enzim
hidrolase seperti enzim protease, lipase, dan amilase.
2.
Medium Pindah Panas
Dalam
proses pengolahan pangan sering dilakukan pemasakan, dalam proses pemasakan
tersebut digunakan kalor (panas). Kalor tersebut akan dihantarkan oleh air
kebagian-bagian dalam bahan pangan secara merata, hal ini karena air mempunyai
konduktivitas panas yang baik.
3.
Air mempengaruhi kestabilan bahan pangan
selama proses penyimpanan
Hal
ini karena kestabilan bahan pangan tergantung dari aktivitas mikroba
pembusuk seperti kapang, kamir dan jamur. Sedangkan aktivitas mikroba tersebut
membutuhkan aw (water activity) tertentu yang bersifat spesifik untuk
tiap jenis mikroba.
4. Media
Pertumbuhan Mikroba
Aktivitas air (aw) merupakan menggambarkan derajat
aktivitas air dalam bahan pangan, baik kimia dan biologis. Nilai untuk aw
berkisar antara 0 sampai 1 (tanpa satuan). Aktivitas air menggambarkan jumlah
air bebas yang dapat dimanfaatkan mikroba untuk pertumbuhannya. Nilai aw
minimum yang diperlukan tiap mikroba berbeda-beda sebagai contoh, kapang
membutuhkan aw > 0,7, khamir > 0,8, dan bakteri 0,9. Dari data tersebut
dapat dilihat kapang paling tahan terhadap bahan pangan yang mengandung aw
rendah sedangkan bakteri paling tidak tahan terhadap aw rendah.
Syarat Air yang
Baik Dikonsumsi
1. pH normal
Air
normal memiliki kisaran nilai pH 6,5 – 8,5; apabila pH > 8,5 berarti air
bersifat basa dan akan terasa licin dikulit. Untuk mengidentifikasi pH air
dapat digunakan indikator universal atau pH meter.
2. Tidak mengadung bahan kimia beracun
3. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam
Air
dengan kandungan ion logam, seperti zat besi tinggi akan menyebabkan air
berwarna kuning. Pertama keluar dari kran, air nampak jernih namun setelah
beberapa saat air akan berubah warna menjadi kuning, bahkan dalam jangka waktu
lama akan membentuk endapan kuning dan menempel didasar bak penampungan air.
Hal ini disebabkan karena zat besi dalam air berupa ion Fe2+,
kemudian zat besi di bak penampungan air tersebut berinteraksi dengan udara
bebas sehingga teroksidasi menjadi ion Fe3+ dan berwarna kuning.
Untuk mengidentifikasi air mengandung suatu ion logam dapat digunakan alat uji
air.
4. Kesadahan rendah
Air
sadah biasanya juga disebut air berkapur. Air seperti ini sangat mudah
dikenali, biasanya muncul bercak-bercak putih dikamar mandi. Selain itu, air
berkapur menyebabkan pakaian yang dicuci sangat sukar berbusa sehingga boros
deterjen dan sabun mandi, pakaian hasil cucian pun terlihat kusam terutama
pakaian berwarna putih.
5. Tidak mengandung bahan organik
Air
yang mengandung senyawa organik biasanya akan berwarna kuning permanen. Air
seperti ini biasanya terdapat di daerah bakau dan tanah gambut yang kaya akan
kandungan senyawa organik. Berbeda dengan kuning akibat kadar besi tinggi, air
kuning permanen ini sudah berwarna kuning saat pertama keluar dari kran sampai
beberapa saat kemudian didiamkan akan tetap berwarna kuning.
2.2 Kadar air pada bahan pangan
Kadar air dalam bahan makanan sangat
mempengaruhi kualitas dan dayasimpan dari pangan tersebut. Oleh karena itu,
penentuan kadar air dari suatubahan pangan sangat penting agar dalam proses
pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Penentuan
kadar air dalam makanan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode
pengeringan(dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, dan metode
khusus.Istilah kadar air banyak digunakan di industri karena lebih mudah
dicerna oleh masyarakat awam. Kadar air merupakan jumlah total air yang
dikandung oleh suatu bahan pangan (dalam persen) dan istilah ini tidak menggambarkan
aktivitas biologisnya.
Kadar
air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan
mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air bahan
ini disebut dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu dapat
menghasilkan kadar air seimbang tertentu.
Bila
diketahui kurva hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif
pada hakikatnya dapat menggambarkan pula hubungan antara kadar air dan
aktivitas air. Kurva ini sering disebut kurva Isoterm Sorpsi Lembab (ISL).
Setiap bahan mempunyai ISL yang berbeda dengan bahan lainnya. Pada kurva
tersebut dapat diketahui bahwa kadar air yang sama belum tentu memberikan Aw yang
sama tergantung macam bahannya. Pada kadar air yang tinggi belum tentu
memberikan Aw yang tinggi bila bahannya berbeda. Hal ini dikarenakan mungkin
bahan yang satu disusun oleh bahan yang dapat mebgikat air sehingga air bebas
relatif menjadi lebih kecil dan akibatnya bahan jenis ini mempunyai Aw yang
rendah.
Cara
Mengurangi Kadar Air
Untuk memperpanjang daya tahan suatu bahan,
sebagian air dalam bahan harus dihilangkan dengan berbagai cara tergantung dari
jenis bahan. Umumnya dilakukan pengeringan, baik dengan penjemuran atau dengan
alat pengering buatan. Pada bahan yang berkadar tinggi biasanya dilakukan
evaporsi atau penguapan untuk mengurangi kadar air misalnya: susu. Pada
pembuatan susu kental untuk mengurangi kadar air dilakukan dengan cara
dehidrasi. Penentuan kandungan
air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat
bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan
dalam oven pada suhu 105-110ÂșC selama 3 jam atau sampai didapat berat yang
konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air
yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, dilakukan pemanasan
dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Seperti bahan bekadar gula
tinggi, minyak daging, kecap, dan lain-lain. kadang-kadang pengeringan
dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam eksikator dengan H2SO4 pekat
sebagai pengering, sehingga mencapai berat yang konstan.
Untuk bahan dengan kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur dengan
menggunakan refraktometer disamping menentukan padatan terlarutnya pula. Dalam
hal ini, air dan gula dianggap sebagai komponen-komponen yang mempengaruhi
indeks refraksi. Disamping cara-cara fisik, ada pula cara-cara kimia untuk
menentukan kadar air. Mc Neil mengukur kadar air berdasarkan volume gas
asetilen yang dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan bahan yang akan
diperiksa. cara ini dipergunakan untuk bahan-bahan seperti sabun, tepung,
kulit, bubuk biji panili, mentega, dan sari buah. Karl Fischer pada tahun 1935
menggunakan cara pengeringan berdasarkan reaksi kimia air dari titrasi langsung
dari bahan basah dengan larutan iodine, sulfur, dioksida, dan piridina dalam
methanol. Perubahan warna menunjukkan titik akhir titrasi.
2.3 Aktivitas Air Pada Pangan
Aktivitas
air (aw) adalah perbandingan antara tekanan uap larutan dengan tekanan uap air
solven murni pada temperatur yang sama ( aw = p/po ). Aktivitas air (singkatan: aw) adalah sebuah angka yang
menghitung intensitas air di dalam unsur-unsur bukan air atau
benda padat. Secara sederhana, itu adalah ukuran dari status energi air dalam
suatu sistem. Hal ini didefinisikan sebagai tekanan uap dari cairan yang dibagi
dengan air murni pada suhu yang sama , karena itu, air
suling murni
memiliki aw tepat satu. Semakin tinggi suhu biasanya aw juga akan naik,
kecuali untuk benda yang yang mengkristal seperti garam atau gula.
Semakin
tinggi aw dalam sebuah benda, akan lebih menopang kehidupan mikroorganisme. Bakteri biasanya memerlukan aw paling
tidak 0.91 dan jamur paling tidak 0.7.Air akan berpindah dari
benda dengan aw tinggi ke benda dengan aw rendah. Sebagai
contoh, jika madu (aw ≈ 0.6) ditempatkan di udara terbuka
yang lembap (aw ≈ 0.7), maka madu akan menyerap air dari udara.
Ini
merupakan jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan mikrobia dalam pangan dan
bukan berarti jumlah total air yang terkandung dalam bahan makanan sebab adanya
adsorpsi pada konstituen tak larut dan absorpsi oleh konstituen larut (mis.
gula, garam). Air murni mempunyai aw 1,0 dan bahan makanan yang sepenuhnya
terdehidrasi memiliki aw = 0. Bakteri Gram negatif lebih sensitif terhadap
penurunan aw dibandingkan bakteri lain. Batas aw minimum untuk multiplikasi
sebagian besar bakteri adalah 0,90. Escherichia coli membutuhkan aw minimum
sebesar 0,96, sedangkan Penicillium 0,81. Meskipun demikian aw minimum untuk
Staphylococcus aureus adalah 0,85.
Nilai
Aw suatu bahan atau produk pangan dinyatakan dalam skala 0 sampai 1. Nilai 0
berarti dalam makanan tersebut tidak terdapat air bebas, sedangkan nilai 1
menunjukkan bahwa bahan pangan tersebut hanya terdiri dari air murni. Kapang, khamir,
dan bakteri ternyata memerlukan nilai Aw yang paling tinggi untuk
pertumbuhannya. Niai Aw terendah dimana bakteri dapat hidup adalah 0,86.
Bakteri-bakteri yang bersifat halofilik atau dapat tumbuh pada kadar garam
tinggi dapat hidup pada nilai Aw yang lebih rendah yaitu 0,75. Sebagian besar
makanan segar mempunyai nilai Aw = 0,99. Pada produk pangan tertentu supaya
lebih awet biasa dilakukan penurunan nilai Aw. Cara menurunkan nilai Aw antara
lain dengan menambahkan suatu senyawa yang dapat mengikat air.
Kandungan
air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap serangan
mikroba yang dinyatakan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Berbagai mikroorganisme mempunyai Aw
minimum agar dapat tumbuh dengan baik, misalnya bakteri Aw : 0,90 ; khamir Aw :
0,80-0,90 ; kapang Aw : 0,60-0,70. Untuk memperpanjang daya tahan suatu bahan,
sebagian air dalam bahan harus dihilangkan dengan beberapa cara tergantung dari
jenis bahan. Umumnya dilakukan pengeringan, baik dengan penjemuran atau dengan
alat pengering buatan.
Aktivitas air (aw), kadar air
dan kerusakan beberapa bahan pangan oleh mikroorganisme (Mossel, 1975).
Kisaran nilai aw
|
Organisme yang
terlibat oleh nilai terendah dari kisaran nilai aw
|
Contoh-contoh bahan
pangan dengan nilai aw tersebut
|
1,00 – 0,95
|
Gram negatif berbentuk batang spora bakteri dan
beberapa jenis khamir
|
Bahan pangan yang berkadar 40% sukrosa atau 70% NaCl
seperti sosis masak, remah roti
|
0,95 – 0,91
|
Kebanyakan cocci, Lactobacilli, sel vegetatif dari
Bacillaceae, beberapa kapang
|
Bahan pangan yang berkadar 55 % sukrosa atau 12 %
NaCl seperti ham kering, keju medium
|
0,91 – 0,87
|
Kebanyakan khamir
|
Bahan pangan yang berkadar 65 % sukrosa jenuh, bahan
pangan dengan kadar NaCl 15 % seperti salami keju tua
|
0,87 – 0,80
|
Kebanyakan jamur aureus
|
Yang berkadar air 15 – 17 % seperti kue, buah-buahan
(fruit cake), susu kental manis
|
0,80 – 0,75
|
Kebanyakan bakteri halofilik
|
Bahan pangan yang berkadar 26 % NaCl (jenuh)seperti
salami Hongaria tua (old genuine hungarian salami), marzikan yang berkadar
air 15 – 17 % dan marmal ade
|
0,75 – 0,65
|
Jamur Xerofilik
|
Kue gandum (rolled oats) yang berkadar air 10 %
|
Buah – buah kering yang berkadar air 15 – 20 %, toffes
dan karamel yang berkadar air 8 %
|
||
0,50
0,40
0,30
0,20
|
Kisaran nilai aw dimana mikroorganisme tidak dapat
tumbuh subur
|
Umur
Simpan
Umur
simpan adalah periode waktu dimana makanan atau minuman yang diproduksi masih
dapat dikonsumsi. kadaluarsa adalah waktu dimana makanan atau minuman yang
diproduski sudah tidak boleh dikonsumsi lagi. parameternya dari umur simpan dan
kadaluarsa tersbut dari banyak faktor, namun saya bagi 3 faktor saja yaitu dari
bahan kemas, bahan pangan itu sendiri dan faktor lingkungan.
Bahan
kemas dapat menjadi faktor dimana umur simpan akan berbeda padahal produknya sama. fungsi dari pengemasan adalah
memperlambat proses deteriorasi, yaitu penyimpangan suatu produk dari mutu
awalnya. Reaksi deteriorasi dapat disebabkan oleh faktor intrinsik maupun
ekstrinsik yang akan memicu reaksi ini di dalam produk berupa reaksi kimia,
reaksi enzimatis atau proses fisik yaitu penyerapan uap air atau gas dari
sekelilingnya. Hal ini menyebabkan perubahan terhadap produk meliputi perubahan
tekstur, flavor, warna, penampakan fisik, nilai gizi, maupun mikrobiologis.
misalnya saja kemasan plastik akan berbeda dengan kemasan kaca. permeabilitas
kaca lebih kecil dari pada plastik sehingga plastik lebih mudah terjadi
transfer udara atau uap air. di antara plastik juga punya permeabilitas yang
berbeda. penentuan kemasan ini juga menjadi salah satu faktor untuk menentukan
umur simpan makanan.
Faktor
lingkungan seperti suhu, cahaya, panas, kelembaban, tekanan fisik, dll menjadi
faktor yang diperhitungkan juga dalam penentuan umur simpan. misalanya saja
produk yang disimpan di suhu tropis akan berbeda umur simpannya dibanding yang
disimpan di suhu subtropis. makanan biasanya disimpan di tempat yang tidak
panas dan tidak dingin, namun kadang kala baik dalam transportasi ataupun
penyimpanan ternyata terkena faktor lingkungan yang ekstrim, maka perusahaan
akan mempertimbangkan juga umur simpan dari makanan tersebut jika produknya
akan terkena faktor lingkungan yang tidak biasa.
Pengaruh Kadar Air Dan Aktivitas Air Terhadap
Umur Simpan
Kadar
air dan aktivitas air sangat berpengaruh dalam menentukan masa simpan dari
makanan, karena faktor-faktor ini akan mempengaruhi sifat-sifat fisik
(kekerasan dan kekeringan) dan sifat-sifat fisiko-kimia, perubahan-perubahan
kimia, kerusakan mikrobiologis dan perubahan enzimatis terutama pada makanan
yang tidak diolah (Winarno, 2004). selama penyimpanan akan terjadinya proses
penyerapan uap air dari lingkungan yang menyebabkan produk kering mengalami
penurunan mutu menjadi lembab/tidak renyah (Robertson, 2010).
Menurut Labuza (1982), hubungan antara aktivitas air dan mutu makanan
yang dikemas adalah sebagai berikut:
1. Produk
dikatakan pada selang aktivitas air sekitar 0.7-0.75 dan di atas selang
tersebut mikroorganisme berbahaya dapat mulai tumbuh dan produk menjadi
beracun.
2. Pada
selang aktivitas air sekitar 0.6-0.7 jamur dapat mulai tumbuh.
3. Aktivitas
air sekitar 0.35-0.5 dapat menyebabkan makanan ringan hilang kerenyahannya.
4. Produk pasta yang terlalu
kering selama pengeringan atau kehilngan air selama distribusi atau
penyimpanan, akan mudah hancur dan rapuh selama dimasak atau karena goncangan
mekanis. Hal ini terjadi pada selang aktivitas air 0.4-0.5.
Aktivitas
air ini juga dapat didefinisikan sebagai kelembaban relative kesetimbangan (equilibrium
relative humidity = ERH) dibagi dengan 100 (Labuza, 1980 diacu dalam Arpah,
2001).Aktivitas air menunjukkan sifat bahan itu sendiri, sedangkan ERH
menggambarkan sifat lingkungan disekitarnya yang berada dalam keadaan seimbang
dengan bahan tersebut. Bertambah atau berkurangnya kandungan air suatu bahan
pangan pada suatu keadaan lingkungan sangat tergantung pada ERH lingkungannya.
Pertumbuhan
mikroba dalam bahan pangan erat kaitannya dengan jumlah air yang tersedia untuk
pertumbuhan mikroba didalamnya. Jumlah air didalam bahan yang tersedia untuk
pertumbuhan mikroba dikenal dengan istilah aktivitas air (water activity = aw).
Jika kandungan air bahan diturunkan, maka pertumbuhan mikroba akan diperlambat.
Pertumbuhan bakteri patogen terutama Staphylococcus aureus dan Clostridium
botulinum dapat dihambat jika aw bahan pangan < 0.8 sementara produksi
toksinnya dihambat jika aw bahan pangan kurang dari < 0.85. Sehingga, produk
kering yang memiliki aw < 0.85, dapat disimpan pada suhu ruang. Tapi, jika
aw produk >0.85 maka produk harus disimpan dalam refrigerator untuk mencegah
produksi toksin penyebab keracunan pangan yang berasal dari bakteri patogen.
Perlu diperhatikan bahwa nilai aw < 0.8 ditujukan pada keamanan produk
dengan menghambat produksi toksin dari mikroba patogen. Pada kondisi ini,
mikroba pembusuk masih bisa tumbuh dan menyebabkan kerusakan pangan. Bakteri
dan kamir butuh kadar air yang lebih tinggi daripada kapang. Sebagian besar
bakteri terhambat pertumbuhannya pada aw < 0.9; kamir pada aw < 0.8 dan
kapang pada aw < 0.7. Beberapa jenis kapang dapat tumbuh pada aw sekitar
0.62. Karena itu, kapang sering dijumpai mengkontaminasi makanan kering seperti
ikan kering dan asin yang tidak dikemas. Penghambatan mikroba secara total akan
terjadi pada aw bahan pangan < 0.6.
2.4 Kesetimbangan
AirpadaPangan
Kadar air kesetimbangan suatu bahan pangan kadar air bahan pangan ketika uap
air bahan tersebut dalam kondisi setimbang dengan lingkungannya dimana produk
sudah tidak mengalami penambahan atau pengurangan bobot produk (Fellows, 1990).
Kadar air kesetimbangan adalah kadar air dari suatu produk pangan pada kondisi
lingkungan tertentu dalam periode waktu yang lama (Brooker et al.,
1992).
Kadar
air kritis kesetimbangan pada produk pangan digunakan untuk menentukan dan
menggunakan kurva sorpsi isotermis produk tersebut. Kurva tersebut digunakan
untuk mendapatkan informasi tentang perpindahan air selama proses adsorpsi atau
desorpsi. Proses penyerapan air (adsorpsi) terjadi saat kelembaban relative
lingkungan lebih tinggi dibandingkan dengan kelembaban relative bahan pangan.
Kelembaban relative lingkungan yang lebih rendah daripada kelembaban bahan
menyebabkan terjadinya distribusi uap air dari bahan ke lingkungan melalui
proses penguapan (desorpsi) (Brooker et al., 1992). Penambahan atau penurunan
bobot sampel selama penyimpanan menunjukkan fenomena hidratasi (deMan, 1979)
Uap air
akan berpindah dari lingkungan ke produk atau sebaliknya sampai tercapai
kondisi kesetimbangan. Perpindahan uap air ini terjadi sebagai akibat perbedaan
RH lingkungan dan produk, dimana uap air akan berpindah dari RH tinggi ke RH
rendah. Tercapainya kondisi kesetimbangan antara sampel dan lingkungan ditandai
oleh bobot sampel yang konstan. Bobot yang konstan ditandai oleh selisih
penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 2 mg/g untuk sampel yang disimpan
pada RH di bawah 90% dan tidak lebih dari 10 mg/g untuk sampel yang disimpan
pada RH di atas 90% (Adawiyah, 2006).
Terdapat
dua metode untuk menentukan kadar air kesetimbangan yaitu dengan metode statis
dan dinamis. Metode statis dilakukan dengan cara meletakkan bahan pangan pada
tempat dengan RH dan suhu yang terkontrol. Dalam metode dinamis, kadar air
kesetimbangan ditentukan dengan meletakkan bahan pangan pada kondisi udara
bergerak. Metode dinamis sering digunakan untuk pengeringan, dimana pergerakan
udara digunakan untuk mempercepat proses pengeringan dan menghindari penjenuhan
uap air disekitar bahan (Brooker et al., 1992).
Bahan pangan berinteraksi dengan molekul air
yang terkandung didalamnyadan molekul air di udara sekitarnya. Interaksi
molekul air dengan bahan pangandan lingkungan dapat dilihat dari isotermisorpsi
airnya. Isotermisorpsi airmenunjukkan hubungan antara kadar air bahan dengan Rh
kesetimbangan ruangtempat penyimpanan bahan baku atau aktivitas air pada suhu
tertentu.Kadar air kesetimbangan adalah kadar air saat tekanan uap air
bahansetimbang dengan lingkungannya. Pada saat terjadi kesetimbangan, jumlah
uap air yang menguap dari bahan ke udara sama dengan jumlah air yang masuk ke
bahan. Kadar air kesetimbangan yang terjadi karena bahan kehilangan air disebut
kadarair kesetimbangan desorpsi, sedangkan apabila terjadi karena bahan
menyerap airdisebut kadar air kesetimbangan absorpsi (Safrizal, 2012)
1 komentar:
Terima kasih banyak sudah menyelamatkan lapsus saya T_T <3 <3
Posting Komentar