Google ads

Kamis, 26 Maret 2015

Hipertensi



1.    Definisi
Hipertensi didefinisikan dengan meningkatnya tekanan darah arteri secara perlahan hingga ≥140/90 mmHg. Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang sering muncul. Prevalensi penyakit hipertensi meningkatnya seiring bertambahnya umur, sebagai contoh sekitar 50% orang yang berumur antara 60 hingga 69 tahun memiliki penyakit hipertensi, dan prevalensinya meningkat hingga umur 70 tahun. JNC 7 (The Seventh Join National Committee) mengklasifikasikan hipertensi sebagai berikut :
 
b.       Etiologi
Hipertensi essensial ataun primer merupakan hipertensi yang etiologi dari patofisiologinya tidak diketahui, sedangkan hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang dapat disebabkan oleh penyebab yang spesifik. Pada diagnosis hipertensi tidak dapat hanya berdasarkan pada peningkatan pengukuran tekanan darah. Peningkatan nilai dari rata-rata dua atau lebih pengukuran dan dua atau lebih tanda-tanda klinis dibutuhkan untuk mendiagnosa hipertensi (Depkes, 2006).
Hipertensi sekunder bernilai dari kurang dari 10% kasus hipertensi, pada umumnya kasus tersebut disebabkan oleh penyakit ginjal kronik dan renovascular. Kondisi lain yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder antara lain pheocrhromocytoma, sindrom Chusing, hipertiroid, hiperparatiroid, aldosteron primer, kehamilan, obstruktif sleep apnea, dan kerusakan aorta. Beberapa obat yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah kortikosteroid, estrogen, AINS (Anti Inflamasi Non Steroid), amphetamine, sibutramin, siklosporin, tacrolimus, erytropoeitin, dan venlafaxine (Depkes, 2006).


c.       Patofisiologi

Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah (Depkes RI, 2006)
  1. Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress psikososial dll
  2. Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor
  3. Asupan natrium (garam) berlebihan
  4. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
  5.  Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosteron
  6. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide natriuretik
  7. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruh tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
  8. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di ginjal
  9. Diabetes mellitus
  10. Resistensi insulin
  11.  Obesitas
  12. Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
  13. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular
  14. Berubahnya transpor ion dalam sel

c. Manifestasi klinik
Penderita hipertensi primer yang sederhana pada umumnya tidak disertai gejala. Penderita hipertensi sekunder dapat disertai gejala suatu penyakit. Penderita hipertensi dengan feokromositoma dapat mengalami sakit kepala paroksimal, berkeringat, takikardia, palpitasi, dan hipotensi ortostatik. Pada aldosteronemia primer yang mungkin terjadi adalah gejala hipokalemia, keram otot dan kelelahan. Penderita hipertensi sekunder pada sindrom Cushing dapat terjadi peningkatan berat badan, poliuria, edema, irregular menstruasi, jerawat dan kelelahan otot.
Hipertensi sekunder 5 – 8 % kasus, disebabkan penyakit ginjal (hipertensi renal), dan penyakit endokrin (syndrom cushing), obat : kontrasepsi (estrogen), kortikosteroid, NSAID, cocaine, phenylpropanolamine.  

d.      Terapi
Tujuan terapi umum pengobatan hipertensi adalah :
1.      Penurunan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi.
2.      Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan organ target (misal: kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal)
3.      Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan pilihan terapi obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang menunjukkan pengurangan resiko.
Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VII (Chobaniam  et al, 2003)
v  Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg
v  Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg
v  Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg
·         Terapi non-farmakologi
ü  Penurunan berat badan jika kelebihan berat badan
ü  Melakukan diet makanan yang diambil DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
ü  Mengurangi asupan natrium hingga lebih kecil sama dengan 2.4 g/hari (6 g/ hari NaCl)
ü  Melakukan aktifitas fisik
ü  Mengurangi konsumsi alcohol dan rokok.
·         Terapi farmakologi

 
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh : Hidroklorotiazid.
Efek samping yang sering dijumpai adalah :
      Hipokalemia dan hiponatremia yang dapat menyebabkan lemas
      Hiperurisemia
      Kelemahan otot
      Muntah
      Pusing




2. Betabloker
            Mekanisme kerja obat anti hipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap ganggua pernafasan seperti asma bronkial.
Contoh : Metoprolol, Propanolol, dan Atenolol.
            Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia. Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme sehingga pemberian obat harus hati-hati.

3. Penghambat Simpatetik
            Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis.
Contoh : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
Efek samping yang dijumpai adalah :
      Anemia hemolitik
      Gangguan fungsi hati dan kadang-kadang menimbulkan hepatitis kronis.

4.Vasodilator
                  Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah. Efek samping yang mungkin terjadi sakit kepala, dan pusing, Contoh : Prazosin, Hidralazin.

5.Inhibitor ACE
            Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan Angiostensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh : Kaptopril, Enalapril
Efek samping yang mungkin timbul adalah :
      Batuk kering
      Pusing
      Sakit kepala
      Lemas


6.Penghambat Reseptor Angiostensin II
            Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiostensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Contoh : Valsartan (Diovan).
Efek samping yang mungkin timbul :
      Sakit kepala
      Pusing
      Lemas
      Mual

7. Antagonis Kalsium
            Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).
Contoh : Nifedipin, Diltiazem dan Verapamil.
Efek samping yang mungkin timbul adalah :
      Sembelit
      Pusing
      Sakit kepala
      Muntah

 

Antihipertensi Pada Pasien Spesifik
Kondisi px
Anjuran
Hindari
Gagal jantung
ACEI, diuretic
BB, Ca-antag
Angina
BB, Ca-antag
Hydralazine, minoksidil
Px lanjut usia
Diuretik, Ca-antag, a agonis

Diabetes
ACEI, Ca-antag,    a agonis
BB, diuretic
Bronchospasm
Ca-antag
BB, ACEI
Kehamilan
Methyl dopa, hydralazine, labetolol
Diuretik, BB

Gangguan ginjal
ACEI, ARB, Loop diuretik, Ca-antag, a agonis , minoksidil, hydralazine
Diuretik hemat kalium, tiazid
Takikardia
 a agonis,  BB, verapamil, diltiazem
Nifedipin, hydralazine, minoksidil
Gout
 a agonis
Diuretik, ACEI
Hiperlipidemia
a bloker, ACEI, Ca-antag
BB, diuretic
Pemakaian obat pada penanggulangan hipertensi :
1.      Bila pemberian obat (selama 2 minggu) belum berhasil (TD =/> 140/90mmHg), dosis dinaikkan sampai optimal (setiap 2 minggu) atau dua/tiga obat utama dikombinasi
2.      Bila (setelah ad1) tetap belum berhasil perlu berkonsultasi dengan pakar hipertensi sesuai kompetensinya.

Tidak ada komentar:

Google Ads