PENDAHULUAN
Asma merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang
menyerang saluran nafas. Inflamasi saluran nafas berupa hiperresponsif yaitu
obstruksi dan aliran udara nafas yang terbatas (bronkokontriksi, sekresi mukus
yang berlebih, dan peningkatan inflamasi) (6).
EPIDEMIOLOGI
Asma dapat timbul pada segala umur, 30 % penderita
bergejala pada umur 1 tahun sedangkan 80 – 90 % anak asma mempunyai gejala
pertamanya sebelum umur 4 – 5 tahun. Sebagian besar anak yang terkena asma
kadang – kadang hanya mendapatkan serangan ringan sampai sedang dan relative mudah
ditangani.Sebagian kecil mengalami asma berat yang terus menerus daripada yang
musiman. Anak – anak yang paling berat terkena asma mulai timbul mengi pada
tahun pertama kehidupan dan mempunyai riwayat keluarga asma serta penyakit
alergi lain (2).
Penelitian longitudinal menunjukkan bahwa sekitar
50% dari semua anak asma sebenarnya bebas gejala dalam 10 – 20 tahun tetapi
sering terjadi kekambuhan pada masa kanak – kanak. Pada anak yang menderita
asma ringan yang timbul antara umur 2 tahun hingga pubertas angka kesembuhan
sekitar 50 % dan hanya 5 % yang mengalami penyakit berat. Sebaliknya anak
dengan asma berat yang ditandai dengan penyakit kronis dengan riwayat inap di
rumah sakit yang sering jarang membaik dan sekitar 95 % menjadi orang dewasa
asmatis.Faktor resiko terjadinya serangan asma (2) :
-
Lingkungan
-
Umur ibu kurang dari 20 tahun pada saat
melahirkan
-
Berat badan bayi kurang dari 2500 gram
-
Ibu merokok (lebih dari setengah bungkus
sehari)
-
Ukuran rumah kecil
-
Jumlah anggota keluarga banyak
-
Paparan allergen pada saat bayi kuat
-
Seringnya infeksi pernafasan pada awal
masa kanak – kanak
ETIOLOGI
Ø Faktor
imunologis
Asma ekstrinsik lebih mudah mengenali
rangsangan pelepasan mediator daripada asma intrinsik. Penderita asma dari
semua umur biasanya mempunyai kadar serum IgE yang tinggi yang terjadi karena adnya
atopi, tetapi tidak semua penderita asma disebabkan oleh allergen atau
alergennya tidak diketahui (2).
Ø Agen
virus merupakan pemicu infeksi asma yang paling penting. Padaanak yang berumur
lebih muda virus sinsisial respiratorik (VSR) dan virus para influenza yang paling sering terlibat sedangkan pada
anak yang lebih tua Rhinovirus juga
terlibat. Agen virus dapat bekerja mencetuskan asma melalui rangsangan
reseptor aferen vagus dari sistem kolinergik di jalan nafas (2).
Ø Faktor
Endokrin
Kondisi asma memburuk pada saat kehamilan
dan menstruasi terutama premenstruasi dan
wanita menopause. Asma membaik pada beberapa anak saat pubertas.Tirotoksikosis menambah
keparahan asma tetapi mekanismenya tidak diketahui (2).
Ø Faktor
psikologis
Faktor emosi dapat
memicu gejala pada beberapa anak dan dewasa yang berpenyakit asma. Gangguan
emosi dan tingkah laku sangat mempengaruhi
serangan asma itu sendiri (2).
PATOFISOLOGI
Allergen yang masuk dalam tubuh merangsang sel
plasma menghasilkan IgE yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel
mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Kemudian mengalami degranulasi dan
mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin, leukotrien, faktor aktivasi
platelet, bradikinin, dan lain – lain. Mediator ini menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga timbul edema, peningkatan produksi mukus, dan
kontraksoi otot polos secara langsung atau melalui saraf simpatis (7).
KLASIFIKASI ASMA
- Berdasarkan derajat keparahan
Keparahan Asma
|
Keparahan Gejala
|
Gejala pada malam hari
|
1.
Persisten berat
|
1. Gejala
terus menerus
Aktifitas
fisik terbatas
2. Eksaserbasi
sering mengganggu aktifitas normal
|
Sering
|
2.
Persisten sedang
|
1. Gejala
harian
2. Eksaserbasi
≥ 2x perminggu ; dapat berlangsung beberapa hari; dapat mempenagruhi
aktifitas
|
>2x
per minggu
|
3.
Persisten ringan
|
1. Gejala
>2x per minggu tetapi <1x per hari
2. Eksaserbasi
dapat mempengaruhi aktivitas
|
>2x
per bulan
|
4.
Intermitten ringan
|
1. ≤
2x per minggu
2. Asimptomatik
dan PEF normal antara masa eksaserbasi
3. Eksaserbasi
singkat (dari beberapa jam samapi beberapa hari); intensitas dapat bervariasi
|
≤
2x perbulan
|
Sumber
: American academy of Allergy Asthma and immunology; The Allergy report,
Milwaukee, 2000, The academy (7).
- Berdasarkan serangan asma
Asma
|
Sesak
nafas
|
Berbicara
|
Kesadaran
|
Frek
Nafas
|
Pemakaian
Otot bantu Nafas
|
Mengi
|
Nadi
|
APE
|
Saturasi O2
|
PaO2
|
PaCO2
|
Ringan
|
Ketika berjalan, tapi bisa beristirahat
|
Lancar
|
Mungkin
Agitasi
|
< 20x
|
Tidak pakai
|
Akhir eksipirasi paksa
|
<110x/mnt
|
>80%
|
>95%
|
Normal
|
<45mmHg
|
Sedang
|
Waktu berbicara, tapi nyaman ketika duduk
|
Terbata-bata
|
Biasanya agitasi
|
20-30x
|
Ada
|
Akhir eksipirasi
|
100-120x/mnt
|
60-80%
|
91-95%
|
>60mmHg
|
<45mmHg
|
Berat
|
Saat istirahat, tapi nyaman saat duduk bungkuk
|
Kata demi kata
|
Agitasi
|
>30x/mnt
|
Biasanya ada
|
Ekspirasi
Dan
Inspirasi
|
>120/mnt
|
<60% atau
< 100L/mnt
|
<90%
|
<60mmHg
|
>45mmHg
|
Pada anak yang rentan
inflamasi di saluran nafas dapat menyebabkan timbulnya episode mengi berulang,
sesak nafas, rasa dada tertekan, dan batuk khususnya pada malam dan dini
hari.Penderita dengan asma berat bersikap duduk membungkuk yang membuatnya
lebih mudah bernafas.Nyeri abdomen terutama pada anak yang lebih muda, hati dan
limpa dapat teraba karena hiperinflasi paru, sering disertai muntah, demam ringan hanya karena kerja pernafasan yang
berat, deformitas dada merupakan tanda penyumbatan jalan nafas asma berat yang
kronis dan terus menerus (7)
PENATALAKSANAAN
Tujuan
terapi (2):
1. Memulihkan
gejala asma
2. Mencegah
dan mengurangi frekuensi gejala berulang
3. Mempertahankan
fungsi paru normal atau mendekati normal dan mempertahankan tingkat aktifitas normal
termasuk olahraga
Walaupun
pengobatan asma pada ruang rawat inap dan bagian gawat darurat merupakan
hal
biasa yang dilakukan, tujuan akhirnya adalah pencegahan eksaserbasi serius yang
memerlukan terapi yang berbasis rumah sakit. Pada manajemen asma kronik,
terdapat 4 komponen terapi (2):
1. Pendidikan
pasien
2. Penilaian
dan pemantauan keparahan asma dengan pengukuran objektif fungsi paru
3. Menghndari
pemicu asma
4. Penyusunan
rencana komprehensif terapi farmakologis, termasuk rencana untuk menangani
eksaserbasi
Terapi Non Farmakologi (5)
1. Edukasi
pasien dan keluarga mengenai penyakit asma, faktor pencetus asma, penggunaan
obat asma, dan cara menghindari serangan asma.
2. Identifikasi
dan mengendalikan faktor pencetus
3. Pemberian
oksigen
4. Banyak
minum untuk menghindari dehidrasi
5. Kontrol
secara teratur
6. Pola
hiidup sehat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar