BAB I
PENDAHULUAN
Kanker dapat dianggap sebagai penyakit
dari sel-sel tubuh yang berkembang
secara abnormal. Pengembangannya melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid), dan
kerusakannya ini terakumulasi dari waktu
ke waktu. Sel-sel ini merusak dan melepaskan diri dari mekanisme yang berfungsi untuk melindungi dari pertumbuhan
dan penyebaran sel - sel tersebut, yaitu neoplasma. Klasifikasi tumor
didasarkan pada jaringannya, sifat pertumbuhan, dan invasi atau penyebaran ke
jaringan lain. Pertumbuhan neoplasma
ganas biasanya merusak jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke organ lainnya, proses ini dikenal sebagai
metastasis (Grant 2008).
Kanker merupakan suatu penyakit yang
ditandai oleh perkembangan populasi sel
yang lolos pada pertumbuhan regulasi normal, replikasi, dan diferensiasi dan yang menyerang jaringan di
sekitarnya. Kanker berkembang ketika clone dari sel abnormal dapat keluar dari
regulasi. Kanker dihasilkan dari fungsi sel yang abnormal dan kelainan ini
hasil dari mutasi dalam struktur nukleotida DNA yang paling sering diperoleh
selama hidup (mutasi somatik) (Wiseman 2007).
Kanker merupakan masalah kesehatan dari
banyak negara di dunia dan termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada
bidang kedokteran. Hal ini disebabkan oleh jumlah korban yang terus meningkat
dari tahun ke tahun dan belum ditemukan cara yang efektif untuk pengobatannya.
Penyakit
kanker dapat didefinisikan berdasarkan empat karakteristik, yang dapat
menjelaskan bagaimana sel kanker belaku berbeda dengan sel normal.
1. Klonalitas
: Kanker berasal dari perubahan genetik yang terjadi pada sebuah sel, yang
kemudian berploriferasi membentuk sel ganas.
2. Autonomi
: Pertumbuhan tidak teratur dengan benar oleh pengaruh biokimia dan fisik
normal dalam lingkungan.
3. Anaplasia
: Tidak terdapat diferensiasi sel yang normal dan terkoordinasi
4. Metastasis
: Sel kanker memiliki kemampuan tumbuh secara tidak kontinyu dan menyebar ke
bagian tubuh lain.
BAB II
ISI
2.1 Pembagian Jenis Antikanker
Adapun golongan obat antikanker
yaitu :
a) Zat
pengalkilasi
Zat
pengalkilasi adalah zat antikanker pertama yang dikembangkan. Khasiat obat
berdasarkan gugus alkilnya yg sangat reaktif dan menyebabkan cross-linking
(saling mengikat) antara rantai DNA di dalam inti sel, sehingga penggandaan sel
terganggu dan pembelahan sel dirintangi (spesifik fase S). Berkhasiat kuat terhadap sel-sel yang sedang
membelah. Efek samping yang biasa terjadi antara lain sumsum tulang, mukosa
lambung-usus, sel sel kelamin (sterilitas pria) dan janin muda (abortus).
Selain itu zat pengaklilasi ini bersifat karsinogen dan dapat menyebabkan
leukemia (non lymphocytic) akut.
Contoh
obatnya adalah Klormetin dan turunannya, Klorambusil, Melfelan, Siklofosfamida
dan Ifofosfamida dimana di dalam tubuh akan diubah menjadi senyawa etilenimin, membentuk ion karbonium dengan muatan positif
yang mengalkilasi DNA
b) Antimetabolit
Antimetabolit adalah zat spesifik siklus sel yang
mencegah sintesis nukleotida atau menghambat enzim dg menyerupai nukleotida.
Berdasarkan mekanisme kerjanya (spesifik fase S), dapat dibagi dalam 3
kelompok ;
a) antagonis asam folat; metotreksat
b) antagonis pirimidin; 5-fluorourasil, sitarabin,
gemcitabin, capecitabin.
c) antagonis purin; 6-merkaptopurin, 6-tioguanin,
Mekanisme kerja obat antimetabolit :
Obat ini mengganggu sintesa DNA dengan jalan antagonis saingan. Obat
menduduki tempat metobolit (yang penting untuk fisiologi sel; asam folat, purin
dan pirimidin) tersebut dalam sistem enzim tanpa mengambil alih fungsinya,
sehingga sintesa DNA gagal dan perbanyakan sel terganggu. Obatnya sendiri tidak
bersifat sitotoksis. Merupakan pro-drug dan diubah dulu menjadi metabolit aktif
di hati.
Antimetabolit ini dibagi 3 golongan :
a) Antagonis asam folat : metotreksat
b) Antagonis pirimidin : 5-fluorourasil, sitarabin, gemcitabin, capecitabin
c) Antagonis purin :
6-merkaptopurin, 6-tioguanin
c) Antimitotika
Zat ini menghindari pembelahan sel pada metafase
(tingkat kedua dari mitosis) dengan jalan merintangi pembelahan inti dengan
jalan mencegah masuknya belahan kromosom ke dalam anak inti.
Adapun obat golongan
ini antara lain Vinblastin, Vinkristin, Vindesin, Podofilin, Etoposida,
Paclitaxel-Taxol, Docetaxel
d) Antibiotika
Beberapa antibiotika yang berasal dari jenis
jamur Streptomyces juga berkhasiat sitostatis, disamping kerja antibakterinya.
Adapun mekanisme kerjanya dengan mengikat DNA secara kompleks, sehingga
sintesanya terhenti. Obat yang termasuk antibiotika adalah doksorubisin,
daunorubisin dan derivat sintetisnya; epirubisin, idarubisin, mitoxantron,
bleomisin, (d)-actinomisin dan mitomisin (alkilasi).
e) Imunomodulansia
Zat – zat ini dinamakan juga dgn Biological
Response Modifiers (BRM). Imunomodulansia dapat mempengaruhi secara positif reaksi biologis
tubuh terhadap
tumor. Fungsi imun dapat distimulir dg baik (imunostimulator) maupun
ditekan (imunosupresor). Imunostimulansia digunakan karena sistem imun pada
umumnya sudah sangat diperlemah oleh kanker itu sendiri, ditambah lagi dengan penanganan
dengan sitostatika, radiasi atau pembedahan, maka secara tidak langsung, imunostimulator
berkhasiat mereaktivasi sistem imun rendah itu dengan cara meningkatkan respon
imun.
a) Imunostimulansia : sitokin atau limfokin,
(Interferon, Interleukin, Tumor Necrosis Factor)
b) Imunosupresiva
: Siklosporin, MTX, Merkaptopurin, Azatioprin, Siklosporin, Talidomida, dan Sulfasalazin
f) Hormon
dan Antihormon
Pertumbuhan dari sejumlah tumor, ada yang bersifat
estrogen / androgen dependent, sebagian bergantung dari hormon kelamin.
Misalnya kanker buah dada dan prostat, masing-masing memiliki reseptor estrogen
/ progesteron dan testosteron. Proses pertumbuhan ini dapat dihambat dengan pemberian
hormon yang berlawanan ataupun dengan pengeluaran kelenjar yang memproduksi
hormon bersangkutan.
Antihormon kelamin adalah yang menghambat hormon
di jaringan tujuan dan dengan demikian melawan
kerjanya. Yang digunakan adalh zat anti-estrogen dan zat anti-androgen. Anti-estrogen
(estrogen antagonis) seperti tamoksifen (Nolvadex) bekerja dgn jalan menempati
resptor estrogen pada tumor payudara yang bersifat estrogen-dependent. Antihormon
ini khusus digunakan pd kanker mamma yang tersebar pada wanita post-menopouse. Antiandrogen
yg banyak digunakan Siproteron (androcur), Flutamida (fugerel), dan Nilutamida (anandron).
Adapun mekanisme anti-androgen atas dasar blokade dari pengikatan DHT (=
dihidrotestoteron aktif) pada reseptornya dalam sel-sel prostat sehingga DHT tidak
dapat berfungsi.
g) Obat
lainnya
Sitostatika lainnya yang digunakan untuk terapi kanker adalah enzim
antara lain :
a) Asparigenase (leunase, paronal)
Enzim ini diperoleh dari pembiakan bakteri E. coli. Mekanisme kerjanya
dengan menghidrolisa levo-asparagin menjadi aspartat (aspartic acid) dan
amoniak. Dengan demikian sel- sel tumor tidak mendapatkan lagi asam amino
asparagin yang esensial bagi sintesa proteinnya, sehingga terhenti
perkembangannya. Efektif untuk mengobati lekemia limfoma akut pada anak-anak,
bila obat-obatan yang lain tidak efektif lagi. Biasanya dikombinasi dengan MTX
atau sitarabin, yang memperkuat khasiatnya bila diberikan 7-14 hari setelah
asparigenase.
b) Cisplatin; Platamine RTU, Platinol
Mekanisme kerjanya dengan penghambatan sintesis
DNA dan RNA, mirip zat alkilasi, rantai DNA saling disambungkan dengan jembatan
platina (crosslinking). Efektif untuk kanker testis dan ovarium yang sudah menyebar,
biasanya dikombinasi dengan bleomisin dan vinblastin / etoposida.
c) Hidroksikarbamida; hidroksiurea, hydrea
Merupakan derivat urea yang bekerja sebagai
antitumor dengan jalan merusak reduktase yang penting bagi sintesa DNA.
Biasanya digunakan pada leukemia kronis.
d) Prokarbazin; Natulan
Merupakan derivat metilhidrazin yang berkhasiat
sitostatis dengan mekanisme kerja zat alkilasi. Obat golongan ini khusus
digunakan pada limfoma Hodgkin bersama klormetin, vinkristin dan prednison. Merupakan
perintang enzim MAO lemah, maka tak dapat dikombinasi antidepresiva trisiklis,
tidak juga dengan alkohol.
e) Topotecan; Hycamtin
Merupakan zat semi sintetis turunan
camptothecine, suatu alkaloida pentasiklis yg dihasilkan dari kayu tanaman
Camptotheca acuminata (China) dan Nothapodytes foetida (India). Mekanisme kerjanya
dengan menghambat topoisomerase-1 (enzim yang terlibat pada perbanyakan sel dan
replikasi DNA), yg berefek musnahnya sel-sel yang sedang tumbuh. Untuk sementara,
obat ini hanya digunakan untuk kanker ovarium
f) Senyawa bifosfonat
Senyawa bifosfonat merupakan turunan dari pirofosfat alamiah (H4P2O7)
yang berkhasiat menghambat perombakan tulang oleh osteoclast. Obat ini
mempunyai affinitas besar untuk kalsium fosfat dan mengikat pada kristalnya di
dalam tulang untuk kemudian secara berangsur dieksresi dari jaringan tulang. Gejala
mestatase kanker tulang berupa; nyeri tulang, imobilisasi, fraktur, hiperkalsemia
dan kelumpuhan akibat terjepitnya
saraf-saraf oleh sumsum tulang. Derivat senyawa bifosfonat yang banyak
digunakan; etidronat, pamidronat, alendronat
g) Obat
alternatif
Obat lain yang biasa
digunakan adalah antioksidan dan senyawa flavon. Pada semua metabolisme tubuh,
terutama reaksi dengan oksigen, terbentuk molekul-molekul dengan kehilangan
elektron di kulit luarnya, zat ini dinamakan; radikal bebas (free radikal),
bersifat sangat reaktif dan cendrung menyerang molekul-molekul yang dapat
menyerahkan elektron padanya. Antioksidan alamiah (mudah teroksidasi) dimiliki
oleh tubuh untuk terlindung dari free radical (dinetralkan); vitamin A, C an E,
serta enzim-enzim alamiah ; glutathionperoxydase (GPx), super-oxide dismutase
(SOD) dan katalase.- Bila karena suatu sebab tubuh kehilangan antioksidan alami
maka membran sel dan/ inti sel dapat dirusak oleh free radical, akibatnya
proses menua jaringan dipercepat serta terjadi cacat pada DNA. Bila tidak
direparasi atau dimusnahkan oleh sistem imun, sel dapat memperbanyak diri
menjadi sel – sel ganas.
Adapun cara penanganan
kanker:
a) Pembedahan
Dilakukan pada tumor tunggal
yang belum menyebar. Misalnya kanker kulit, mamma. Resikonya adalah penyebaran
sel-sel tumor ke jaringan dan pembuluh sekitarnya akibat pemotongan. Untuk
menghindari hal ini dapat dilakukan radiasi sebelum pembedahan (preoperatif)
untuk merusak sel-sel kanker dan memperlunak keganasannya. Pascaoperatif dapat
dilakukan radiasi atau kemoterapi guna mambasmi sisa-sisa sel tumor yang
mungkin masih tertinggal.
b) Penyinaran
(Radiasi)
Radiasi dengan sinar
radioaktif, membakar dan memusnahkan sel-sel tumor, bisa bersifat kuratif (pada
kanker kulit, vagina, prostat) dan paliatif (mengurangi rasa sakit). Radioterapi
dengan foton (konvensional), tidak optimal lagi karena dosis penyinaran untuk
membunuh sel tumor, terlalu merusak sel sehat dan jaringan di sekitarnya. Perkembangan
terbaru adalah menggunakan menggunakan partikel proton dan ion untuk
penyinaran, dimana distribusi penyinaran dapat diatur lebih cermat, sehingga
kerusakan sel dan jaringan sehat disekitarnya, dapat dikurangi.
c) Kemoterapi
yaitu pemakaian
sitostatika. Biasanya sering dikombinasi dengan radioterapi, dengan tujuan :
·
kuratif untuk
penyembuhan penyakit pada tumor-tumor yang sangat peka terhadap sitostatika.
Kombiterapi (3 onkolitika) merupakan pilihan yang disukai karena dapat
meningkatkan efek dan memperlambat terjadinya resistensi. Jenis tumor yang bisa
disembuhkan antara lain leukemia, limfoma non-Hodgkin, kanker testis, retina
dan ginjal pada anak.
·
Paliatif untuk
mengurangi keluhan dan gejala.
d) Imunoterapi
Imunoterapi adalah
pengobatan gangguan maligne dengan zat-zat :
·
stimulator sistem imun,
antara lain: interferon, interleukine-2. Zat ini dapat menstimulis NKc (natural
killer cell) dan meningkatkan ekspresi antigen-antigen tertentu pada permukaan
sel tumor.
·
Vaksin. Contohnya : vaksin
HPV
e) Hipertemi
Merupakan additional
terapi untuk memperkuat efek radiasi. Kalor dari 43-44oC bekerja
mematikan langsung sel-sel tumor. Karena pemanasan yang lama dan secara teknis
sulit sekali, maka terapi ini khusus digunakan pada tumor di permukaan (kulit,
mamma).
2.2 Kombinasi Antikanker
Adapun tujuan kombinasi antikanker
adalah :
a) Meningkatkan
broad spectrum
b) Menurunkan
resistensi
c) Efek
sinergistik
d) Menurunkan
efek samping
Ada berbagai kombinasi yang dikenal
antara lain :
ABVD : Doxorubicin
( adriamycin ), bleomycin, vinblastin, dacarbazine.
CHOP
: Cyclophospamide,
doxorubicin ( hydroxydaunorubicin ), vincristin (oncovin ), prednisone.
CMF : Cyclophospamide,
methotrexate, fluorouracil.
COP : Cyclophosphamide,
Vincristine ( oncovin ), prednisone.
FAC : Fluorouracil,
doxorubicin ( adriamycin ), cyclophosphamide.
FEC : Fluorouracil,
epirubicin, cyclophosphamide.IFL : Irinotecan, Fluorouracil, leucovorin.
MP : Melphalan,
prednison.
MOPP
: Mechlorethamine,
vincristine ( oncovin ), procarbazine, prednisone.PCV : Procarbazine,
lomustine, vincristine.
Adapun persyaratan kombinasi obat
antikanker :
a) Obat-obat
aktif kalau dipakai tunggal.
b) Obat-obat
mempunyai mekanisme kerja yang berbeda.
c) Obat-obat
punya efek toksik yang berbeda.
d) Tak
ada “ cross-resistance “ antara obat-obat yang dipakai.
2.3 Kerugian Pemakaian Antikanker Secara
Sembarangan
·
Terhadap sumsum tulang: leukopeni , anemi,
trombositopenia.
·
Terhadap saluran cerna: mual, muntah, stomatitis,
gastritis, diare,ileus.
·
Terhadap kardiovaskuler: kardiomiopati, hipertensi,
dekompensasio cordis
·
Terhadap paru : fibrosis
·
Terhadap hepar : fibrosis.
·
Terhadap ginjal
: nekrosis tubulus
·
Terhadap kulit: hiperpigmentasi, alopesia.
·
Terhadap syaraf: parestesi, neuropati, , tuli.
·
Terhadap pankreas : pankreatitis.
·
Terhadap uterus : perdarahan.
·
Terhadap kandung kemih: sistitis.
Sehingga
pada pasien yang diberikan kemoterapi perlu dilakukan monitoring ketat fungsi
hati , fungsi ginjal, sumsum tulang, EKG, dan efek lokal.
2.4 CARA MENILAI SUATU ANTI KANKER BARU
BAB III
PENUTUP
kanker
adalah suatu istilah untuk penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal
tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar