Limbah
adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki di lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi ( Gintings, 2005). Menurut kamus
besar bahasa Indonesia limbah memiliki beberapa pengertian yakni : (1) limbah
adalah sisa proses produksi, (2) limbah adalah bahan yang tidak mempunyai
nilai/tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan/pemakaian,
(3) limbah adalah barang cacat atau rusak dalam proses produksi. Limbah cair
adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah, bisnis dan industri
(Purwadarminta, 1997).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa limbah cair/air adalah sisa dari hasil usaha dan atau
kegiatan yang berwujud cair.
Pengertian
Air Limbah
Air
limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman yang telah dipergunakan untuk
berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan
hidup yang sehat dan baik. Unsur – unsur dari suatu sistem pengolahan air
limbah yang modern terdiri dari :
1. Masing
– masing sumber air limbah
2. Sarana
pemrosesan setempat
3. Sarana
pengumpul
4. Sarana
penyaluran
5. Sarana
pengolahan, dan
6. Sarana
pembuangan.
Dan
dua faktor yang penting yang harus diperhatikan dalam sistem pengolahan air
limbah yaitu jumlah dan mutu.
Ciri – Ciri Air Limbah
Disamping kotoran yang
biasanya terkandung dalam persediaan air bersih air limbah mengandung tambahan
kotoran akibat pemakaian untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri.
Beberapa analisis yang dipakai untuk penentuan ciri – ciri fisik, kimiawi, dan
biologis dari kotoran yang terdapat dari air limbah.
Ciri – Ciri Fisik
Ciri
– ciri fisik utama air limbah adalah kandungan padat, warna, bau, dan suhunya.
Bahan padat total terdiri dari
bahan padat tak terlarut atau bahan padat yang terapung serta senyawa – senyawa
yang larut dalam air. Kandungan bahan padat terlarut ditentukan dengan
mengeringkan serta menimbang residu yang didapat dari pengeringan.
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat
dipakai untuk mengkaji kondisi umum air limbah. Jika warnanya coklat muda, maka
umur air kurang dari 6 jam. Warna abu – abu muda sampai setengah tua merupakan
tanda bahwa air limbah sedang mengalami pembusukanatau telah ada dalam sistem
pengumpul untuk beberapa lama. Bila warnanya abu – abu tua atau hitam, air
limbah sudah membusuk setelah mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi
anaerobik.
Penentuan bau menjadi semakin penting bila
masyarakat sangat mempunyai kepentingan langsung atas terjadinya operasi yang
baik pada sarana pengolahan air limbah. Senyawa utama yang berbau adalah
hidrogen sulfida, senyawa – senyawa lain seperti indol skatol, cadaverin dan
mercaptan yang terbentuk pada kondisi anaerobik dan menyebabkan bau yang sangat
merangsang dari pada bau hidrogen sulfida.
Suhu
air limbah biasanya lebih
tinggi dari pada air bersih karena adanya tambahan air hangat dari pemakaian
perkotaan. Suhu air limbah biasanya bervariasi dari musim ke musim, dan juga
tergantung pada letak geografisnya.
Ciri – Ciri Kimia
Selain
pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian kimia yang utama adalah yang bersangkutan
dengan Amonia bebas, Nitrogen organik, Nitrit, Nitrat, Fosfor organik dan
Fosfor anorganik. Nitrogen dan fosfor sangat penting karena kedua nutrien ini
telah sangat umum diidentifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan gulma air.
Pengujian – pengujian lain seperti Klorida, Sulfat, pH serta alkalinitas
diperlukan untuk mengkaji dapat tidaknya air limbah yang sudah diolah dipakai
kembali serta untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan. (Linsley.K.R.
1995).
Jenis Limbah
Berdasarkan
karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Limbah
cair
2. Limbah
padat
3. Limbah
gas dan partikel
4. Limbah
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Limbah Cair
Limbah
cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82
thn 2001).
Limbah Padat
Limbah
padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya
berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan,
perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis
limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal,
gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll
Limbah Gas Dan Partikel
Polusi
udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang
mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen
oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu
limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung,
dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan
manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya
dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan,
sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan
khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih
karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji
dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Berdasarkan
sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
·
Primary
sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan
mudah menguap
·
Chemical
sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi
·
Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal
dari proses pengolahan dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan
organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut.
·
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal
dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana
padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan
organik.
Macam
Limbah Beracun
·
Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan.
·
Limbah mudah terbakar adalah limbah
yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain
akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar
hebat dalam waktu lama.
·
Limbah reaktif adalah limbah yang
menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah
organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
·
Limbah beracun adalah limbah yang
mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat
menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan,
kulit atau mulut.
·
Limbah yang menyebabkan infeksi
adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung
kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh
manusia yang terkena infeksi.
Limbah yang
bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah
yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
Volume Limbah
Semakin besar volume limbah,
pada umumnya, bahan pencemarnya semakin banyak. Hubungan ini biasanya terjadi secara
linier. Oleh sebab itu dalam pengendalian limbah sering juga diupayakan
pengurangan volume limbah. Kaitan antara volume limbah dengan volume badan
penerima juga sering digunakan sebagai indikasi pencemaran. Perbandingan yang
mencolok jumlahnya antara volume limbah dan volume penerima limbah juga menjadi
ukuran tingkat pencemaran yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Misalnya limbah
sebanyak 100 m3 air per 8 jam mempunyai konsentrasi plumbum 4 mg/hari dialirkan
ke suatu sungai. Yang mempunyai debit 8.000 m3 perjam.
Parameter Uji
1. pH
pH adalah
parameter untuk mengetahui intensitas tingkatkeasaman atau kebasaan dari suatu
larutan yang dinyatakandengan konsentrasi ion hidrogen terlarut. Pada
instalasipengolahan air buangan secara biologi, pH harus dikontrol supayaberada
dalam rentang yang cocok untuk organisme tertentu yangdigunakan.Baku mutu pH
berkisar pada rentang yang cukup besar di se kitarpH netral, yaitu antara 6.0
-9.0. Hal ini bukan berarti bahwaperubahan pH yang terjadi sepanjang rentang
tersebut sama sekalitidak berdampak terhadap makhluk hidup dan lingkungan
sekitar.pH merupakan faktor penting yang menentukan pola distribusibiota
akuatik, karena itu perubahan pH yang kecil dapat member dampak besar terhadap
toksisitas polutan seperti amonia.Dampak dari sejumlah polutan dapat
bervariasi, mulai dari takterdeteksi sampai sangat serius, tergantung pada pH.
pH dari air penting
ditetapkan, karena air yang mempunyai pH rendah (asam) dan pH tinggi (basa)
tidak dikehendaki, karena dalam penggunaanya secara teknis akan menyebabkan
kerusakan pada peralatan. Misalnya pada pipa-pipa dan peralatan lainnya. Sebaiknya air yang akan digunakan
mempunyai pH netral, yaitu pH = 7,0
2. TSS
TSS ( Total Suspended Solid )
adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat
mengendap langsung. Padatan tersuspensi
terdiri dari partikel - partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari
sedimen, Pada air limbah pencucian baju pada umumnya banyak mengandung suspended solid (zat padat
tersuspensi). Adanya zat padat tersuspensi dapat mempengaruhi keseimbangan pada
badan air. Suspended solid merupakan bagian dari total zat padat/solid sekitar
40% dalam keadaan terapung, zat padat tersuspensi dapat mengembang dan dapat membentuk tumpukan
lumpur yang berbau bila dibuang. Zat
Padat Tersuspensi dapat bersifat organis dan inorganis. Zat Padat Tersuspensi
dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara lain zat padat terapung yang selalu bersifat
organis dan zat padat terendap yang dapat bersifat organis dan inorganis.
Jumlah padatan tersuspensi dapat dihitung menggunakan turbidimeter, padatan
tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air sehingga akan mempengaruhi
regenerasi oksigen serta fotosintesis.
3. BOD
Biologycal
Oxygen Demand adalah oksigen yang
diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa – senyawa kimia (Tchobanoglous, George dkk, 2003, 81).
Sedang angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut dan
sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air .
Penentuan BOD
diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau
industri. Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah, bila suatu badan air
dicemari oleh zat organis, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam
air selama proses oksidasi tersebut yang dapat mengakibatkan kematian biota
dalam air dan keadaan menjadi anaerob dan
dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut, semakin besar angka BOD maka
menunjukkan bahwa derajat pengotoran limbah adalah semakin besar.
Pemeriksaan BOD
didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik dan anorganik dengan oksigen
didalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerob. Sebagai hasil oksidasi akan
terbentuk CO2, air dan amonia. Mikroorganisme pada awalnya menggunakan bahan
organic secara cepat untuk metabolisme serta pembentukan sel akan menyebabkan
meningkatkan BOD dalam 1 -3 hari. Sesudah bahan organik dicerna, maka kebutuhan
akan oksigen akan turun. Reaksi biologis pada tes BOD dilakukan pada temp
eratur inkubasi 200 C dan dilakukan selama 5 hari, mengingat bahwa dengan waktu
tersebut sebanyak 60 -70% kebutuhan terbaik karbon dapat tercapai, hingga
mempunyai istilah BOD 205. Sehingga jumlah zat organis yang ada didalam air
diukur melalui jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat
organis tersebut, kemudian indikasi kandungan zat organik dapat ditentukan,
makin banyak kebutuhan oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk menguraikannya,
maka semakin tinggi harga BOD.
BOD merupakan jumlah oksigen
yang diperlukan oleh mikroorganisme (bakteri) untuk menguraikan zat organik
yang terkandung dalam 1 liter contoh air limbah secara biokimia dalam keadaan
aerobik.
4. COD
COD adalah kebutuhan oksigen dalam proses oksidasi secara kimia dapat
dioksidasi secara kimia menggunakan dikromat dalam larutan asam. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara ilmiah
dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya
oksigen terlarut dalam air (Alaerts,
1984, 149).
Adanya zat
organik yang melebihi dari yang disyaratkan berarti menunjukkan adanya
pencemaran/pengotoran terhadap air tersebut.Untuk mengetahui berapa banyak zat organik
yang terkandung dalam air adalah sulit sebab banyak sekali macamnya, maka lalu
ditetapkan dengan pemakaian oksigen secara kimiawi, yang dikenal dengan COD.COD
adalah banyaknya oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik secara
kimia dalam tiap liter air.
Nilai COD biasanya akan selalu lebih besar daripada BOD. Pengukuran COD
membutuhkan waktu yang jauh lebih cepat yakni dapat dilakukan selama 3 jam.
Sedangkan pengukuran BOD paling tidak memerlukan waktu lima hari dan gangguan
dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes BOD, tidak
menjadi soal pada tes COD. Jika korelasi antara BOD dan COD sudah diketahui,
kondisi air limbah dapat diketahui (Siregar,
2005, 23).
Angka COD merupakan ukuran
bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasi
melalui mikrobiologis menjadi CO2, H2O dan senyawa organik, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air.Jumlah oksigen terhitung jika komposisi
zat organis terlarut telah diketahui dan dianggap semua C, H, dan N habis
teroksidasi menjadi CO2, H2O, dan NO3.
Pengolahan Air Limbah
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat.
Jadi teknologi pengolahan yang
dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang
bersangkutan.
Berbagai teknik
pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan
dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah
dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
1.
pengolahan secara fisika.
2.
pengolahan secara kimia.
3.
pengolahan secara biologi.
Dari ketiga metoda
pengolahan limbah di atas kami hanya melakukan dua pengolahan saja, yaitu
pengolahan limbah secara kimia dan pengolahan limbah secara biologi.
1.
Pengolahan Secara Kimia.
Cara kimia, merupakan metoda
penghilangan atau konversi senyawa-senyawa polutan dalam limbah cair dengan
penambahan bahan-bahan kimia atau reaksi kimia lainnya (MetCalf & Eddy,
2003). Beberapa proses yang bisa di terapkan dalam proses limbah cair di
antaranya termasuk koagulasi-flokulasi dan netralisasi.
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Dalam proses
koagulasi-flokulasi menurut Mysels (1959), partikel-partikel koloid hidrofobik
cendrung menyerap ion-ion negative ini, melalui gaya-gaya Van der walls menarik
ion-ion bermuatan berlawanan dan membentuk lapisan kokoh (lapisan stern)
mengelilingi partikel inti. Selanjutnya lapisan kokoh (stern) yang bermuatan
positif menarik ion-ion negative lainnya dari dalam larutan membentuk lapisan
ke dua (lapisan difus). Ke dua lapisan tersebut bersama-sama menyelimuti
partikel-partikel koloid dalam keaadaan stabil menurut David Dan Cornwell (1991)
cendrung tidak mau bergabung satu sama lainnya membentuk flok-flok berukuran
lebih besar, sehingga tidak dapat di hilangkan dengan proses sedimentasi
ataupun filtrasi.
Koagulasi paa
dasarnya merupakan proses destibilisasi partikel koloid bermuatan dengan cara
penambahan ion-ion bermuatan berlawanan (koagulan) ke dalam koloid, dengan
demikan partikel koloid menjadi netral dan dapat beraglomerasi satu sama lain
membentuk mikroflok. Selanjutnya mikroflok-mikroflok yang telah terbentuk
dengan di bantu pengadukan lambat mengalami penggabungan menghasilkan makroflok
(flokulasi). Sehingga dapat di pisahkan dari dalam larutan dengan cara
pengendapan atau filtrasi (Eckkender, 2000; Farooq dan Velioglu, 1989 ).
Koagulan yang biasa
di gunakan antara lain polielektrolit, aluminium, kapur, dan garam-garam besi.
Masalah dalam pengolahan limbah secara kimia adalah banyaknya endapan lumpur
yang di hasilkan (Ramalho, 1983; Eckenfelder, 2000; MetCalf dan Eddy, 2003),
sehingga membutuhkan penangananlebih lanjut.
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel
yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu
yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi
2.
Pengolahan Biologi
Cara biologi, dapat
menurunkan kadar zat organic terlarut dengan memanfaatkan mikroorganisme atau
tumbuhan air. Pada dasrnya cara biologi adala pemutusan molekul kompleks
menjadi molekul sederhana oleh mikroorganisme proses ini sangat peka terhadap
factor suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan zat-zat inhibator terutama zat-zat
beracun. Mikroorganisme yang di gunakamn untuk pengolahan limbah adalah
bakteri, algae, atau protozoa (Ritmann dan McCarty, 2001). Sedangkan tumbuhan
air yang mungkin dapat di gunakan termasuk gulma air (aquatic weeds) (Linasari,
1995).
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan
atas dua jenis, yaitu:
1.
Reaktor pertumbuhan tersuspensi
(suspended growth reaktor).
2.
Reaktor pertumbuhan lekat
(attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif
yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini.
Proses lumpur aktif terus berkembang
dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan
kontak-stabilisasi. Dibandingkan
dengan proses lumpur aktif konvensional,
oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi
hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam
tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon,
baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan
selama ini, antara lain:
1.
trickling filter
2.
cakram biologi
3.
filter terendam
4.
reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%.
Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan
menjadi dua jenis:
1.
Proses aerob, yang berlangsung
dengan hadirnya oksigen;
2.
Proses anaerob, yang berlangsung
tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.
Karateristik
Limbah Cair
Karateristik limbah cair di ketahui dari
berbagai parameter kualitas limbah cair tersebut. Karateristik limbah cair di
bedakan atas :
a.
Karateristik Fisik
-
Total Zat Padat (Total Solid)
Kandungan total
zat padat dalam limbah cair didefinisikan sebagai seluruh bahan yang tertinggal
dari penguapan pada suhu 1030C sampai 1050C, sedangkan
zat padat yang menguap pada suhu tersebut tidak dinyatakan sebagai zat padat.
-
Total Padatan Terlarut (Total Dissolved Solids)
Padatan terlarut
ini terdiri dari berbagai macam material yang terlarut didalam air, diantaranya
mineral, garam, logam, serta anion. Sedangkan total padatan terlarut merupakan
jumlah dari padatan terlarut yang terdiri dari garam anorganik (kalsium,
magnesium, potassium, sodium, dll) dan sebagian kecil jumlah organik lain yang
larut dalam
air.
-
TSS (
Total Suspended Solids)
Merupakan hasil
dari penyaringan padatan terlarut yang biasanya merupakan partikel koloid yang
pengendapannya dilakukan dengan gravitasi.
-
Bau
Bau limbah cair
tergantung dari sumbernya, bau dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,
ganggang, plankton, tumbuhan dan hewan air baik hidup maupun mati.
-
Temperatur
Limbah cair
mempunyai temperatur lebih tinggi dari pada asalnya. Tingginya temperatur disebabkan oleh
pengaruh cuaca, pengaruh kimia, dan kondisi bahan yang dibuang kedalam saluran
limbah.
-
Warna
Warna limbah
cair menunjukan kesegaran
limbah tersebut, bila warna berubah menjadi hitam maka hal itu menunjukan telah
terjadi pencemaran.
b.
Karateristik Kimia
Sifat kimia ini disebabkan oleh adanya zat-zat
organik didalam limbah cair yang berasal dari buangan manusia. Zat-zat organik
tersebut dapat menghasilkan oksigen didalam limbah serta akan menimbulkan rasa
dan bauk yang tidak enak.
Jenis-jenis
Limbah Cair
Ditinjau dari sumber pembetukannya, air
limbah dikelompokkan menjadi 2 yaitu
:
a.
limbah organik
Limbah organik terdiri atas bahan-bahan yang
besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah
ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah
pertanian berupa sisa tumpahan atau penyemprotan yang berlebihan, misalnya dari
pestisida dan herbisida, begitu pula dengan pemupukan yang berlebihan. Limbah
ini mempunyai sifat kimia yang setabil sehingga zat tersebut akan mengendap ke
dalam tanah, dasar sungai, danau,
serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya.
Sedangkan limbah rumah tangga dapat berupa padatan seperti kertas, plastik dan
lain-lain, dan berupa cairan seperti air cucian, minyak goreng bekas dan
lain-lain. Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun yang tinggi misalnya :
sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut tergolong sebagai bahan
berbahaya dan beracun (B3), sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi,
dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis seperti bakteri,
jamur, virus dan sebagainya.
b.
Limbah anorganik
Limbah anorganik terdiri atas limbah industri atau
limbah pertambangan. Limbah anorganik berasal dari sumber daya alam yang tidak
dapat diuraikan dan tidak dapat diperbaharui. Air limbah industri dapat
mengandung berbagai jenis bahan anorganik, zat-zat tersebut adalah : garam
anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium klorida yang berasal dari
kegiatan pertambangan dan industri. Asam anorganik seperti asam sulfat yang
berasal dari industri pengolahan biji logam dan bahan bakar fosil. Ada pula
limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol plastik,
botol kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium.
Air
Limbah Sawit
Definisi limbah adalah kotoran atau
buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran terdiri dari zat atau bahan
yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah industri kebanyakan
menghasilkan limbah yang bersifat cair atau padat yang masih kaya dengan zat
organik yang mudah mengalami peruraian. Kebanyakan industri yang ada membuang
limbahnya ke perairan terbuka, sehingga dalam waktu yang relatif singkat akan
terjadi bau busuk sebagai akibat terjadinya fermentasi limbah (Widyatmoko KA,
2013).
Limbah cair dari proses
pengolahan kelapa sawit dapat mencemari perairan karena kandungan zat
organiknya tinggi dan tingkat keasaman yang rendah, sehingga perlu penanganan
sebelum dibuang kebadan sungai (Azwir, 2006). Saat ini diperkirakan jumlah
limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit di Indonesia mencapai 28,7
juta ton (Anonim1, 2011). Limbah cair yang berasal dari pabrik kelapa sawit
memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dan mengandung unsur hara makro seperti
Nitrogen (N), Posfor (P) dan Kalium (K) (Togatorop, 2009). Apabila limbah tidak
dikelola dengan baik dan hanya langsung dibuang diperairan maka akan sangat
mengganggu lingkungan disekitarnya. Sebagian industri yang akan membuang limbah
diwajibkan mengolahnya terlebih dahulu untuk mencegah pencemaran lingkungan
hidup disekitarnya (Widhiastuti et. al. 2006). Semakin luasnya areal
perkebunan kelapa sawit dan meningkatnya kegiatan industri pengolahan minyak
sawit maka limbah cair kelapa sawit yang dihasilkan akan semakin besar pula.
BAKU MUTU
LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI MINYAK SAWIT
PARAMETER
|
KADAR
MAKSIMUM
(mg/L)
|
BEBAN
PENCEMARAN
MAKSIMUM
(Kg/ton)
|
BOD5
|
100
|
0,25
|
COD
|
350
|
0,88
|
TSS
|
250
|
0,63
|
Minyak dan
Lemak
|
25
|
0,063
|
Nitrogen Total (sbg N)
|
50,0
|
0,125
|
pH
|
6,9 – 9,0
|
|
Debit
Limbah Maksimum
|
2,5 m3 per ton produk
minyak sawit (CPO)
|
Catatan :
1.
Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel
diatas dinyatakan dalam miligram parameter per Liter air Limbah.
2.
Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada
tabel diatas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk minyak sawit.
Air limbah Karet
Air limbah karet yang sebagian besar
komponennya sendiri dari air dan zat-zat sisa pengolahan karet. Dalam industri
pengolahan karet, air digunakan sebagai bahan pengencer lateks, pembuatan
larutan-larutan kimia, pencuci hasil pembekuan dan alat-alat yang digunakan,
serta mendinginkan mesin-mesin. Sisa air yang digunakan akan dikeluarkan dalam
bentuk limbah. Limbah industri karet mengandung komponen bukan karet dalam
lateks, lateks yang tidak terkoagulasi dan bahan kimia yang ditambahkan selama
proses pengolahan. Komponen bukan karet tersebut antara lain: protein, lipid,
karotenoid, dan garam organik (Suwardin, 1989). Adanya aktivitas mikroorganisme
di kolam penampungan limbah selama 4-6 hari menyebabkan partikel karet dalam
lateks akan menggumpal secara alami (Alfa, 2001). Limbah karet mempunyai pH
rendah yang disebabkan penggunaan asam semut dalam proses koagulasi dan nilai
BOD (Biological Oxygen Demand) yang tinggi karena kandungan bahan
organik dalam limbah mudah terurai secara biologis (Suwardin, 1989). Saat ini
pengolahan limbah lebih banyak dilakukan secara biologis yaitu dengan
memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk menguraikan senyawa komplek yang
terkandung dalam limbah menjadi senyawa yang lebih sederhana melalui suatu
proses yang disebut biodegradasi. Proses yang terjadi di dalamnya sangat
ditentukan oleh jenis dan laju pertumbuhan mikroorganisme dalam air limbah.
BAKU MUTU LIMBAH
CAIR UNTUK INDUSTRI KARET
PARAMETER
|
KADAR
MAKSIMUM
(mg/L)
|
BEBAN
PENCEMARAN
MAKSIMUM
(Kg/ton)
|
BOD5
|
100
|
4
|
COD
|
250
|
10
|
TSS
|
100
|
4
|
Amonia
Total (sebagai NH3-N)
|
15
|
0,6
|
Ph
|
6,0 – 9,0
|
|
Debit
Limbah Maksimum
|
40 m3 per ton produk karet
|
Catatan :
1.
Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel
diatas dinyatakan dalam miligram parameter per Liter air Limbah.
2.
Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada
tabel diatas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk karet kering.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar