Google ads

Rabu, 23 September 2015

TONSILITIS KRONIS



 A.    Definisi
Tonsilitis kronis merupakan kondisi di mana terjadi pembesaran tonsil disertai dengan serangan infeksi yang berulang-ulang. Tonsillitis merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan pada masa anak-anak. Angka kejadian tertinggi terutama antara anak-anak dalam kelompok usia antara 5 sampai 10 tahun yang mana radang tersebut merupakan infeksi dari berbagai jenis bakteri (Brook dan Gober, dalam Hammouda, 2009).
Penyakit ini terjadi disebabkan peradangan pada tonsil oleh karena kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotik pada penderita tonsilitis akut (Kurien M,et al, 2003). Ketidaktepatan terapi antibiotik pada penderita tonsilitis akut akan merubah mikroflora pada tonsil, merubah struktur pada kripta tonsil dan adanya infeksi virus menjadi faktor predisposisi bahkan faktor penyebab terjadinya tonsilitis kronis.
Tonsil adalahjaringanlimfoid yang mengandunglimfosit B, limfosit T dan sel plasma. Sentrum germinativum tonsil menghasilkan berbagai macam imunoglobulin meliputi Ig G, Ig M, Ig A,Ig D dan Ig E.1 Ig A sekretori (s-IgA merupakan imunoglobulin terbanyak dalam saliva, yang dapat mencegah penetrasi antigen melalui mukosa rongga mulut.
B.  Insiden atau Prevalensi
Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia) pada tahun 1994-1996, prevalensi tonsilitis kronik tertinggi setelah nasofaringitis akut (4,6%) yaitu sebesar 3,8% (Farokah, 2007).Di RSUP Dr. WahidinSudirohusodo Makassar jumlahkunjunganbarudengan tonsillitis kronikmulaiJuni 2008–Mei 2009 sebanyak 63 orang. Apabiladibandingkandenganjumlahkunjunganbarupadaperiode yang sama, makaangkainimerupakan 4,7% dariseluruhjumlahkunjunganbaru (RekamMedik RSUP Dr. WahidinSudirohusodotahun 2008–2009).
C. Patofisiologi
Tonsilitiskronikmerupakanhasildariserangan tonsillitis akut yang berulang. Tonsil tidakmampumengalamiresolusilengkapdarisuatuseranganakutkriptamempertahankanbahanpurulentadankelenjar regional tetapmembesarakhirnya tonsil memperlihatkanpembesaranpermanen. Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripte tonsil. Karena proses radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga kripte akan melebar. Secara klinis kripte ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat yang berwarna kekuning-kuningan). Proses ini terus meluas hingga menembus kapsul sehingga terjadi perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsillaris. Pada anak-anak, proses ini akan disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula (Ugras, 2008).
Gambar :Tonsilitiskronis
D.Etiologi (Hammouda, 2008)
Etiologipenyakitinidapatdisebabkanolehseranganulangandaritonsilitisakut yang mengakibatkankerusakanpermanenpada tonsilataukerusakaninidapatterjadibilafaseresolusitidaksempurna.
Bakteripenyebabtonsilitiskronispadaumumnyasamadengantonsilitisakut, yang paling seringadalahkuman gram positif. Bakteri yang paling banyakditemukanpadajaringantonsil adalahStreptococcus βhemolyticus. Beberapajenisbakteri lain yang dapatditemukanadalahStaphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus influenza, virus, jamurdanbakterianaerob.
E. Diagnosa (Farokah, 2005)
Dari pemeriksaan dapat dijumpai :
a. Tonsil dapat membesar bervariasi.
b. Dapat terlihat butiran pus kekuningan pada permukaan medial tonsil.
c. Pilar anterior hiperemis
d. Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat keluar pus atau material menyerupai keju
e. Warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding dengan mukosa faring, tanda ini merupakan tanda penting untuk menegakkan diagnosa infeksi kronis pada tonsil.
Pembesaran tonsil dalamukuran T1 – T4 menurut Cody dan Thane (1991) :
T1: batas medial tonsil melewatipilar anterior sampai ¼ jarakpilaranterior –uvula
T2: batas medial tonsil melewati ¼ jarakpilar anterior uvula sampai½ jarakanterior – uvula
T3: batas medial tonsil melewati ½ jarakpilaranterior – uvula sampai ¾ jarakpilar anterior – uvula
T4: batas medial tonsil melewati ¾ jarakanterior – uvula sampai uvula ataulebih
·         Gejala klinis (Bailey, 2006 danHammouda, 2009)
a.       nyeri tenggorok atau nyeri telan ringan, kadang – kadang terasa seperti ada benda asing di tenggorok
b.      Mulut berbau
c.       Obstruksijalannafas
d.      sakit kepala
e.       badan terasa meriang – meriang
f.        Kripte tonsil melebar
g.       Pembesarankelenjar sub angulus mandibular
h.      Muarakripteterisi pus
i.         Tonsil membesar
F. Faktor Resiko
·      Higiene mulut yang buruk
·      Pengaruh Cuaca
·      Kelelahan Fisik
·      Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
·      Kondisi yang seringterjadi, terutamapadaanak-anak. Virus danbaktericenderunguntukberkembangpada orang-orang yang berhubungandekatsatusamalain, seperti di sekolahataufasilitaspenitipananak.
G. Terapi non Farmakologi dan Farmakologi
·         TerapiFarmakologi
Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik sesuaikultur per oral selama 10 hari. Jika anak mengalami kesulitan menelan bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
Bisno, 2002

Table 4. Recommendations for antimicrobial therapy for group A streptococcal (Bisno, 2002)
Untukmenghilangkannyeridanperadangandirekomendasikanpenggunaan  analgetikdanatau NSAID(parasetamol dan ibuprofen)(Dipiro, et all, 2008).
·         Terapi Non Farmakologi
Tonsillitis kronisdapatdiatasidenganmenjaga hygiene mulutdantonsilektomi (Ugras, 2008).
Tonsilektomidilakukanbilaterjadi :
a.       Infeksi yang berulangataukronik
b.      Gejalasumbatansertakecurigaanneoplasma.
c.       Frekuensiserangantonsilitisakutdalamsetahunyaitutonsilitisakutberulang 3 kali ataulebihdalamsetahunatausakittenggorokan 4 – 6 kali setahuntanpamemperhatikanjumlahserangantonsilitisakut.
H. Interaksi obat                                                                                      
*      Penisillin
Mekanismekerja: Menghambatsintesadindingselbakteri
*      Amoksisilin
InteraksiObat: Probenesidmemperlambatekskresiamoksisilin
Dosis: Dewasaatauanakdenganberatbadan>20 Kg yaitu 250-500 mg/1x pakai
*      Ibuprofen
Mekanismekerja: Menghambatenzim COX1 dan COX2
InteraksiObat: Menurunkanefekdariobat β-blocker, diuretikdanhidralazin, meningkatkankonsentrasidigoksindalam serum.
*      Eritromisin
MekanismeKerja: Menghambatsintesa protein bakteri         
InteraksiObat: theophylinmengurangibersihandanmeningkatkan level serum teofilinterutamapadadosisbesar. meningkatkantoksisitaskarbamazepin, meningkatkan level serum digoksin.
*      Paracetamol
Mekanismekerja: Menghambatenzim COX3
InteraksiObat: Antikoagulan, anti arthritis, anti gout


DAFTAR PUSTAKA
Bailey BJ and Johnson JT. Tonsillitis,tonsillectomy, and adenoidectomy, inHead and neck surgeryotolaryngology,vol.1, 4th edition,Lippincott Williams dan Wilkins,Philadelphia, 2006. p. 1183 – 87.

Bisno AL, Gerber MA, Gwaltney JM, et al. Pratice guidelines for the diagnosis and management of Group A streptococcal pharyngitis. Clin Infect Dis. 2002;35:113-25.
Brook I, Gober AE. Interference by aerobic andanaerobic bacteria in children with recurrent groupAβ-hemolytic Streptococcal Tonsillitis. Archotolaryngol head neck surg.

Cody, D. Thane R, et all. 1991. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Jakarta : EGC. 292-302

Dipiro, JT.,Talbert RL,MatzkeGR,Wells BG, Posey LM, 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach , 7th Edition, The McGraw-Hill Companies, New York.

Farokah, Suprihati, Suyitno S, 2005,HubunganTonsilitiskronikdenganprestasibelajarpadasiswakelas II SekolahDasar di kota Semarang, CerminDuniaKedokteran.

Hammouda M, Khalek ZA, Awad S, Azis MA, Fathy M.Chronic tonsillitis bacteriology in egyptian childrenincluding antimicrobial susceptibility. Aust. J. Basic & Appl. Sci., 2009;3(3):1948-53

Kurien,M, 2000, Throat Swab in the Chronic Tonsillitis: How Reliable and Valid is it?, Department of ENT Speech & Hearing, Microbiology, Medicine and Clinical Epidemiology Christian Medical College & Hospital Vellore, Tamilnadu 632004 India, Singapore Med J 2000 Vol 41(7):324-326.
RekamMedik RSUP Dr. WahidinSudirohusodotahun 2008–2009.

Ugras S, Kutluhan A, 2008, Chronic tonsillitis can bediagnosed with histopathologic findings. Eur J genmed.

Tidak ada komentar:

Google Ads