A.
Definisi
Tonsilitis kronis merupakan
kondisi di mana terjadi pembesaran tonsil disertai dengan serangan infeksi yang
berulang-ulang.
Tonsillitis merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan pada masa
anak-anak. Angka kejadian tertinggi terutama antara anak-anak dalam kelompok
usia antara 5 sampai 10 tahun yang mana radang tersebut merupakan infeksi dari
berbagai jenis bakteri (Brook dan Gober, dalam Hammouda, 2009).
Penyakit ini terjadi disebabkan peradangan pada
tonsil oleh karena kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotik pada
penderita tonsilitis akut (Kurien M,et al,
2003). Ketidaktepatan terapi antibiotik pada penderita tonsilitis akut akan
merubah mikroflora pada tonsil, merubah struktur pada kripta tonsil dan adanya
infeksi virus menjadi faktor predisposisi bahkan faktor penyebab terjadinya tonsilitis
kronis.
Tonsil adalahjaringanlimfoid yang mengandunglimfosit
B, limfosit T dan sel plasma. Sentrum germinativum tonsil menghasilkan berbagai macam imunoglobulin meliputi Ig
G, Ig M, Ig A,Ig D dan Ig E.1 Ig A sekretori
(s-IgA merupakan imunoglobulin terbanyak dalam saliva, yang dapat mencegah penetrasi
antigen melalui mukosa rongga mulut.
B. Insiden
atau Prevalensi
Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia)
pada tahun 1994-1996, prevalensi tonsilitis kronik tertinggi setelah
nasofaringitis akut (4,6%) yaitu sebesar 3,8% (Farokah, 2007).Di RSUP Dr. WahidinSudirohusodo Makassar
jumlahkunjunganbarudengan tonsillitis kronikmulaiJuni 2008–Mei 2009 sebanyak 63
orang. Apabiladibandingkandenganjumlahkunjunganbarupadaperiode yang sama,
makaangkainimerupakan 4,7% dariseluruhjumlahkunjunganbaru (RekamMedik RSUP Dr.
WahidinSudirohusodotahun 2008–2009).
C. Patofisiologi
Tonsilitiskronikmerupakanhasildariserangan tonsillitis
akut yang berulang. Tonsil
tidakmampumengalamiresolusilengkapdarisuatuseranganakutkriptamempertahankanbahanpurulentadankelenjar
regional tetapmembesarakhirnya tonsil memperlihatkanpembesaranpermanen. Proses
peradangan dimulai pada satu atau lebih kripte tonsil. Karena proses radang
berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada
proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini
akan mengerut sehingga kripte akan melebar. Secara klinis kripte ini akan
tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit
yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat yang
berwarna kekuning-kuningan). Proses ini terus meluas hingga menembus kapsul
sehingga terjadi perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsillaris. Pada
anak-anak, proses ini akan disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula
(Ugras, 2008).
Gambar :Tonsilitiskronis
D.Etiologi (Hammouda, 2008)
Etiologipenyakitinidapatdisebabkanolehseranganulangandaritonsilitisakut
yang mengakibatkankerusakanpermanenpada
tonsilataukerusakaninidapatterjadibilafaseresolusitidaksempurna.
Bakteripenyebabtonsilitiskronispadaumumnyasamadengantonsilitisakut,
yang paling seringadalahkuman gram positif. Bakteri yang paling
banyakditemukanpadajaringantonsil adalahStreptococcus βhemolyticus.
Beberapajenisbakteri lain yang dapatditemukanadalahStaphylococcus,
Pneumococcus, Haemophylus influenza, virus, jamurdanbakterianaerob.
E. Diagnosa (Farokah, 2005)
Dari pemeriksaan
dapat dijumpai :
a. Tonsil dapat
membesar bervariasi.
b. Dapat terlihat
butiran pus kekuningan pada permukaan medial tonsil.
c. Pilar anterior hiperemis
d. Bila dilakukan penekanan
pada plika anterior dapat keluar pus atau material menyerupai keju
e. Warna
kemerahan pada plika anterior bila dibanding dengan mukosa faring, tanda ini
merupakan tanda penting untuk menegakkan diagnosa infeksi kronis pada tonsil.
Pembesaran tonsil dalamukuran T1 – T4 menurut Cody dan
Thane (1991) :
T1: batas medial tonsil melewatipilar anterior sampai
¼ jarakpilaranterior –uvula
T2: batas medial tonsil melewati ¼ jarakpilar anterior
uvula sampai½ jarakanterior – uvula
T3: batas medial tonsil melewati ½ jarakpilaranterior
– uvula sampai ¾ jarakpilar anterior – uvula
T4: batas medial tonsil melewati ¾ jarakanterior –
uvula sampai uvula ataulebih
·
Gejala klinis (Bailey, 2006 danHammouda, 2009)
a.
nyeri tenggorok atau nyeri telan ringan, kadang
– kadang terasa seperti ada benda asing di tenggorok
b.
Mulut
berbau
c.
Obstruksijalannafas
d.
sakit kepala
e.
badan terasa meriang – meriang
f.
Kripte tonsil melebar
g.
Pembesarankelenjar sub angulus
mandibular
h.
Muarakripteterisi pus
i.
Tonsil membesar
F. Faktor
Resiko
·
Higiene mulut yang buruk
·
Pengaruh Cuaca
·
Kelelahan Fisik
·
Pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat
·
Kondisi
yang seringterjadi, terutamapadaanak-anak. Virus
danbaktericenderunguntukberkembangpada orang-orang yang
berhubungandekatsatusamalain, seperti di sekolahataufasilitaspenitipananak.
G. Terapi non
Farmakologi dan Farmakologi
·
TerapiFarmakologi
Jika penyebabnya adalah
bakteri, diberikan antibiotik
sesuaikultur per oral selama 10 hari. Jika anak mengalami
kesulitan menelan bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
Bisno, 2002
Table 4. Recommendations for
antimicrobial therapy for group A streptococcal (Bisno, 2002)
Untukmenghilangkannyeridanperadangandirekomendasikanpenggunaan analgetikdanatau NSAID(parasetamol dan
ibuprofen)(Dipiro, et all, 2008).
·
Terapi Non Farmakologi
Tonsillitis
kronisdapatdiatasidenganmenjaga hygiene mulutdantonsilektomi (Ugras, 2008).
Tonsilektomidilakukanbilaterjadi :
a.
Infeksi yang berulangataukronik
b.
Gejalasumbatansertakecurigaanneoplasma.
c.
Frekuensiserangantonsilitisakutdalamsetahunyaitutonsilitisakutberulang
3 kali ataulebihdalamsetahunatausakittenggorokan 4 – 6 kali
setahuntanpamemperhatikanjumlahserangantonsilitisakut.
H.
Interaksi obat
Penisillin
Mekanismekerja: Menghambatsintesadindingselbakteri
Amoksisilin
InteraksiObat: Probenesidmemperlambatekskresiamoksisilin
Dosis: Dewasaatauanakdenganberatbadan>20 Kg yaitu 250-500 mg/1x pakai
Ibuprofen
Mekanismekerja: Menghambatenzim COX1 dan COX2
InteraksiObat:
Menurunkanefekdariobat β-blocker, diuretikdanhidralazin,
meningkatkankonsentrasidigoksindalam serum.
Eritromisin
MekanismeKerja:
Menghambatsintesa protein bakteri
InteraksiObat:
theophylinmengurangibersihandanmeningkatkan level serum
teofilinterutamapadadosisbesar. meningkatkantoksisitaskarbamazepin,
meningkatkan level serum digoksin.
Paracetamol
Mekanismekerja: Menghambatenzim COX3
InteraksiObat: Antikoagulan, anti arthritis, anti gout
DAFTAR
PUSTAKA
Bailey BJ and Johnson JT. Tonsillitis,tonsillectomy,
and adenoidectomy, inHead and neck
surgeryotolaryngology,vol.1, 4th edition,Lippincott Williams dan
Wilkins,Philadelphia, 2006. p. 1183 – 87.
Bisno AL, Gerber MA, Gwaltney JM, et al. Pratice guidelines for the diagnosis and
management of Group A streptococcal pharyngitis. Clin Infect Dis.
2002;35:113-25.
Brook I, Gober AE. Interference by aerobic
andanaerobic bacteria in children with recurrent groupAβ-hemolytic
Streptococcal Tonsillitis. Archotolaryngol head neck surg.
Cody, D. Thane
R, et all. 1991. Penyakit Telinga,
Hidung, dan Tenggorokan. Jakarta : EGC. 292-302
Dipiro, JT.,Talbert RL,MatzkeGR,Wells BG, Posey LM,
2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach , 7th Edition, The McGraw-Hill Companies, New York.
Farokah, Suprihati, Suyitno S, 2005,HubunganTonsilitiskronikdenganprestasibelajarpadasiswakelas
II SekolahDasar di kota Semarang, CerminDuniaKedokteran.
Hammouda M, Khalek ZA, Awad S, Azis MA, Fathy
M.Chronic tonsillitis bacteriology in egyptian childrenincluding antimicrobial
susceptibility. Aust. J. Basic &
Appl. Sci., 2009;3(3):1948-53
Kurien,M, 2000, Throat
Swab in the Chronic Tonsillitis: How Reliable and Valid is it?, Department
of ENT Speech & Hearing, Microbiology, Medicine and Clinical Epidemiology
Christian Medical College & Hospital Vellore, Tamilnadu 632004 India,
Singapore Med J 2000 Vol 41(7):324-326.
RekamMedik RSUP Dr. WahidinSudirohusodotahun
2008–2009.
Ugras S, Kutluhan A, 2008, Chronic tonsillitis can
bediagnosed with histopathologic findings. Eur
J genmed.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar