Proses melarutnya suatu obat disebut
disolusi (Ansel, 1989). Uji disolusi yaitu uji pelarutan invitro mengukur
laju dan jumlah pelarutan obat dalam suatu media “aqueous” dengan adanya
satu atau lebih bahan tambahan yang terkandung dalam produk obat. Pelarutan
obat merupakan bagian penting sebelum kondisi absorbsi sistemik (Shargel dan
Andrew, 1988).
2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi disolusi dibagi atas 3 kategori yaitu :
- Faktor-faktor yang berhubungan dengan sifat fisikokimia obat, meliputi :
a.
Efek kelarutan obat.
Kelarutan obat dalam air merupakan faktor utama dalam menentukan laju disolusi.
Kelarutan yang besar menghasilkan laju disolusi yang cepat.
b.
Efek ukuran partikel. Ukuran
partikel berkurang dapat memperbesar luas permukaan obat yang berhubungan
dengan medium, sehingga laju disolusi meningkat.
- Faktor-faktor yang berhubungan dengan sediaan obat, meliputi :
a.
Efek formulasi. Laju
disolusi suatu bahan obat dapat dipengaruhi bila dicampur dengan bahan
tambahan. Bahan pengisi, pengikat dan penghancur yang bersifat hidrofil dapat
memberikan sifat hidrofil pada bahan obat yang hidrofob, oleh karena itu
disolusi bertambah, sedangkan bahan tambahan yang hidrofob dapat mengurangi
laju disolusi.
b.
Efek faktor pembuatan
sediaan. Metode granulasi dapat mempercepat laju disolusi obat-obat yang kurang
larut. Penggunaan bahan pengisi yang bersifat hidrofil seperti laktosa dapat
menambah hidrofilisitas bahan aktif dan menambah laju disolusi.
- Faktor-faktor yang berhubungan dengan uji disolusi, meliputi :
a.
Tegangan permukaan medium
disolusi. Tegangan permukaan mempunyai pengaruh nyata terhadap laju disolusi
bahan obat. Surfaktan dapat menurunkan sudut kontak, oleh karena itu dapat
meningkatkan proses penetrasi medium disolusi ke matriks. Formulasi tablet dan kapsul
konvensional juga menunjukkan penambahan laju disolusi obat-obat yang sukar
larut dengan penambahan surfaktan ke dalam medium disolusi.
b.
Viskositas medium. Semakin tinggi
viskositas medium, semakin kecil laju disolusi bahan obat.
c.
pH medium disolusi. Larutan asam
cenderung memecah tablet sedikit lebih cepat dibandingkan dengan air, oleh
karena itu mempercepat laju disolusi (Gennaro, 2000). Obat-obat asam lemah
disolusinya kecil dalam medium asam, karena bersifat nonionik, tetapi
disolusinya besar pada medium basa karena terionisasi dan pembentukan garam
yang larut (Martin,dkk., 1993).
2.4.2 Alat Disolusi
Suplemen II Farmakope
Indonesia memberi beberapa bentuk alat dan cara
uji disolusi:
- Pengaduk Bentuk Keranjang
Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan
transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan
oleh motor dan keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam
suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga dapat mempertahankan
suhu dalam wadah pada 37 0C ± 0,5 0C selama pengujian berlangsung dan menjaga agar
gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari alat termasuk
lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan, goncangan atau
getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk.
Penggunaan alat yang memungkinkan pengamatan contoh dan pengadukan selama
pengujian berlangsung. Lebih dianjurkan wadah disolusi berbentuk silinder
dengan dasar setengah bola, tinggi 169 mm hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm
hingga 106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Pada bagian atas wadah ujungnya
melebar, untuk mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang sesuai.
Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari
2mm pada tiap titik pada sumbu vertikal wadah, berputar dengan halus dan tanpa
goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur kecepatan digunakan sehingga
memungkinkan untuk memilih kecepatan putaran yang dikehendaki dan
mempertahankan kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi
dalam batas ± 4%.
Gambar 1. Pengaduk Bentuk Keranjang
- Penganduk Bentuk dayung
Sama seperti Alat 1,
bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun (propellor) dan
batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya
tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar
dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Daun melewati diameter batang
sehingga dasar daun dan batang rata. Jarak 25mm ± 2mm antara daun dan bagian
dalam dasar wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung. Untuk mencegah
mengapungnya sediaan digunakan sepotong kecil bahan inert seperti gulungan
kawat berbentuk spiral
Gambar 2. Pengaduk
Bentuk Dayung
3.
Silinder kaca bolak balik
Alat terdiri dari satu rangkaian labu kaca beralas rata berbentuk silinder;
rangkaian silinder kaca yang bergerak bolak-balik; penahan dari baja tahan
karat; (tipe 316 atau yang setara) dan kasa polipropilen yang dirancang untuk menyambungkan
bagian atas dan alas silinder yang bergerak bolak-balik; dan sebuah motor serta
sebuah kemudi untuk menggerakkan silinder bolak-balik secara vertikal dalam
labu dan jika diinginkan, silinder dapat diarahkan secara horizontal pada
deretan labu kaca yang lain. Labu – labu tercelup sebagian dalam tangas air
dengan ukuran sesuai yang dapat mempertahankan suhu 37 0C ± 0,5 0C selama pengujian. Tidak ada bagian alat,
termasuk tempat di mana alat diletakkan, memberikan gerakan, goyangan atau
getaran yang berarti.
Gambar 3. Silinder Kaca Bolak Balik
4.
Sel
besar untuk tablet dan kapsul
Alat terdiri dari sebuah wadah dan sebuah pompa untuk media disolusi;
sebuah sel yang dapat dialiri, sebuah tangas air yang dapat mempertahankan suhu
media disolusi pada 37 0C ± 0,5 0C. Pompa mendorong
media disolusi ke atas melalui sel. Pompa memiliki kapasitas aliran antara 240
ml per jam dan 960 ml per jam, dengan laju aliran baku 4 ml, 8 ml, dan 16 ml
per menit. Pompa harus secara volumetrik memberikan aliran konstan tanpa
dipengaruhi tekanan aliran dalam alat penyaring. Sel terbuat dari bahan yang
inert dan transparant, dipasang vertikal dengan suatu sistem penyaring yang
mencegah lepasnya partikel tidak larut dari bagian atas sel; diameter sel baku
adalah 12 mm dan 22,6 mm; bagian bawah yang runcing umumnya diisi dengan
butiran kaca kecil dengan diameter lebih kurang 1 mm dan sebuah butiran dengan
ukuran lebih kurang 5 mm diletakkan pada bagian ujung untuk mencegah cairan
masuk ke dalam tabung.
Gambar 4. Sel Besar untuk Tablet dan Kapsul
2.4.3
Stabilitas Disolusi
Stabilitas disolusi dari
suatu sediaan obat dapat didefinisikan sebagai pemeliharaan karakteristik
disolusi dari sediaan dalam batas-batas tertentu dari waktu pembuatan sampai
dalam tanggal kadaluarsa.
Selama
penyimpanan suatu produk obat dapat mengalami perubahan
karakteristik-karakteristik fisiko-kimia yang dapat mempengaruhi
bioavailabilitas sediaan. Parameter-parameter fisiko-kimia penting yang
menurunkan kualitas dari sediaan
dan peka terhadap perubahan selama penyimpanan adalah penampilan fisik,
pengujian kimia, tingkat produk degradasi, kandungan uap air, waktu
desintegrasi, laju disolusi, kekerasan dan friabilitas.
Diharapkan bahwa apabila
suatu produk disimpan pada kondisi yang ditentukan pada label, maka profil
disolusi awal tidak berubah selama penyimpanan.
Pentingnya stabilitas
disolusi dalam pengembangan dan pemeliharaan kualitas produk adalah :
1. Stabilitas disolusi sebagai suatu
alat kontrol kualitas.
Pelepasan obat dari sediaan
adalah suatu parameter utama dalam menilai kualitas, oleh karena itu merupakan
tanggung jawab etika dan hukum dari pabrik untuk menjamin bahwa produk memenuhi
semua spesifikasi kualitas selama penyimpanan sepanjang disimpan pada kondisi
yang ditentukan pada kemasan. Kegagalan untuk memenuhi spesifikasi-spesifikasi
disolusi selama penyimpanan merupakan satu alasan untuk menarik kembali produk.
2. Pemenuhan terhadap peraturan
perundang-undangan
Jika produk gagal memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan selama masa penyimpanan maka produk ini menjadi
tidak cocok untuk pemakaian dan pemasaran.
3. Pengaruh perubahan disolusi terhadap
bioavailabilitas
Profil disolusi dari sediaan
padat oral dapat mempengaruhi laju dan jumlah obat yang tersedia untuk absorbsi
dan oleh karena itu dapat mempengaruhi kemanjuran terapi dari sediaan. Oleh
karena itu diperlukan sekali bahwa karakteristik disolusi dari sediaan tetap
tidak berubah selama penyimpanan.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi stabilitas disolusi dari produk oral padat selama penyimpanan.
1. Faktor-faktor pembuatan
Kondisi pembuatan seperti
suhu pengeringan, kondisi penyalutan adalah penting dalam penetapan apakah
produk bisa stabil selama penyimpanan dari sudut disolusi. Jika lapisan film
penyalut tidak sepenuhnya menyalut sediaan obatnya, maka sifat permeabilitasnya
dapat ditingkatkan selama penyimpanan dan laju disolusi akan lebih mudah untuk
berubah tergantung pada kondisi lingkungan penyimpanannya.
2. Variabel Formulasi
Hasil dari stabilitas
disolusi dari produk oral selama penyimpanan berhubungan langsung terhadap
komposisi kualitatif dan kuantitatif dari formulasi. Kelarutan, higroskopisitas
dan sifat termal dari bahan aktif dan bahan tambahan termasuk bahan penyalut
merupakan parameter kritis yang bermakna mempengaruhi hasil dari stabilitas
disolusi. Misalnya selama penyimpanan, pada kelembapan tinggi, bahan aktif
dapat larut dan mengkristal kembali dan pada prosesnya merubah sifat pelepasan
tablet. Selain itu juga, bergantung pada kondisi penyimpanan, tablet dapat
mengabsorbsi atau kehilangan kelembapan dan mengeras, demikian juga
perubahan-perubahan sifat desintegrasi dari bentuk sediaan.
3. Kondisi penyimpanan
Perubahan
disolusi lebih sering terjadi jika sediaan disimpan dalam wadah terbuka
dibanding bila dalam wadah tertutup, khususnya jika formulasi beberapa komponen
sensitif terhadap kelembapan dan sediaan terpapar oleh kelembapan yang tinggi. Jika produk disimpan dalam
wadah terbuka pada temperatur tinggi ada kecenderungan kelembapan dari sampel
hilang ke udara bebas, mengakibatkan perubahan disolusi (Murthy and Sellassie,
1993).
4. Pengemasan
Pengemasan berperan untuk
melindungi pindahnya kelembapan dari lingkungan luar terhadap kandungan produk
dan melindungi produk dari oksidasi dan cahaya. Hubungan antara kondisi
penyimpanan dan variabel pengemasan pada stabilitas disolusi produk dipengaruhi
oleh sifat-sifat bahan pengemasnya mengenai ketahanan terhadap kelembapan.
Misalnya sediaan tablet salut enterik yang dibungkus dengan kertas kurang
stabil dari sudut pandang sifat-sifat disolusi sedangkan yang disimpan dalam
botol kaca tidak mempengaruhi laju disolusi walaupun terpapar suhu 400C,
RH 75% atau 50 0C, RH 50% selama 40 hari. Dari penelitian lain juga
disebutkan bahwa tablet yang disimpan di foil blister lebih terlindungi,
dibandingkan sampel yang dikemas dalam polivinilklorida/polietilen menunjukkan
perlambatan laju disolusi. Pada studi mengatakan bahwa ibuprofen dalam kapsul
gelatin keras disimpan pada suhu dan kelembapan tinggi dengan atau tanpa
cahaya. Ternyata laju disolusi mengalami perlambatan ketika terkena cahaya pada
kondisi dipercepat (Dey, 1993).
1 komentar:
terima kasih, sangat bermanfaat.
Posting Komentar