Air
limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman yang telah dipergunakan untuk
berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan
hidup yang sehat dan baik. Unsur – unsur dari suatu sistem pengolahan air
limbah yang modern terdiri dari :
1. Masing – masing sumber air limbah
2. Sarana pemrosesan setempat
3. Sarana pengumpul
4. Sarana penyaluran
5. Sarana pengolahan, dan
6. Sarana pembuangan.
Dan dua faktor yang penting yang harus
diperhatikan dalam sistem pengolahan air limbah yaitu jumlah dan mutu.
Ciri – Ciri Air Limbah
Disamping kotoran yang biasanya terkandung
dalam persediaan air bersih air limbah mengandung tambahan kotoran akibat
pemakaian untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri. Beberapa
analisis yang dipakai untuk penentuan ciri – ciri fisik, kimiawi, dan biologis
dari kotoran yang terdapat dari air limbah.
a. Ciri – Ciri Fisik
Ciri – ciri fisik utama air limbah adalah
kandungan padat, warna, bau, dan suhunya.
Bahan padat total terdiri dari bahan padat
tak terlarut atau bahan padat yang terapung serta senyawa – senyawa yang larut
dalam air. Kandungan bahan padat terlarut ditentukan dengan mengeringkan serta
menimbang residu yang didapat dari pengeringan.
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat
dipakai untuk mengkaji kondisi umum air limbah. Jika warnanya coklat muda, maka
umur air kurang dari 6 jam. Warna abu – abu muda sampai setengah tua merupakan
tanda bahwa air limbah sedang mengalami pembusukanatau telah ada dalam sistem
pengumpul untuk beberapa lama. Bila warnanya abu – abu tua atau hitam, air
limbah sudah membusuk setelah mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi
anaerobik.
Penentuan bau menjadi semakin penting bila
masyarakat sangat mempunyai kepentingan langsung atas terjadinya operasi yang
baik pada sarana pengolahan air limbah. Senyawa utama yang berbau adalah
hidrogen sulfida, senyawa – senyawa lain seperti indol skatol, cadaverin dan
mercaptan yang terbentuk pada kondisi anaerobik dan menyebabkan bau yang sangat
merangsang dari pada bau hidrogen sulfida.
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari
pada air bersih karena adanya tambahan air hangat dari pemakaian perkotaan.
Suhu air limbah biasanya bervariasi dari musim ke musim, dan juga tergantung
pada letak geografisnya.
b. Ciri – ciri kimia
Selain pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian
kimia yang utama adalah yang bersangkutan dengan Amonia bebas, Nitrogen
organik, Nitrit, Nitrat, Fosfor organik dan Fosfor anorganik. Nitrogen dan
fosfor sangat penting karena kedua nutrien ini telah sangat umum
diidentifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan gulma air. Pengujian –
pengujian lain seperti Klorida, Sulfat, pH serta alkalinitas diperlukan untuk
mengkaji dapat tidaknya air limbah yang sudah diolah dipakai kembali serta
untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan. (Linsley.K.R. 1995).
Jenis limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat
digolongkan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
a. Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil
usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn 2001).
b. Limbah padat
Limbah padat berasal dari kegiatan industri
dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga,
limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta
dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain,
karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur,
dan lain-lain.
Limbah
gas dan partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh
berberapa partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga),
hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi),
karbon monoksida dan timah.
Limbah
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3
bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya,
baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan
hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain
adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena
rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki
salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar,
bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan
lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah
B3.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat
diklasifikasikan menjadi:
Ø Primary
sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal
dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap
Ø Chemical
sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
Ø Excess
activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan
lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari
hasil proses tersebut.
Ø Digested
sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested
aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil
dan banyak mengandung padatan organik.
Macam Limbah Beracun
Ø Limbah
mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
Ø Limbah
mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api,
gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah
menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
Ø Limbah
reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu
tinggi.
Ø Limbah
beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan
lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam
tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
Ø Limbah
yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit
atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang
diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
Ø Limbah
yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah
yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
Volume
Limbah
Semakin besar volume limbah, pada umumnya,
bahan pencemarnya semakin banyak. Hubungan ini biasanya terjadi secara linier.
Oleh sebab itu dalam pengendalian limbah sering juga diupayakan pengurangan
volume limbah. Kaitan antara volume limbah dengan volume badan penerima juga
sering digunakan sebagai indikasi pencemaran. Perbandingan yang mencolok
jumlahnya antara volume limbah dan volume penerima limbah juga menjadi ukuran
tingkat pencemaran yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Misalnya limbah
sebanyak 100 m3 air per 8 jam mempunyai konsentrasi plumbum 4 mg/hari dialirkan
ke suatu sungai. Yang mempunyai debit 8.000 m3 perjam.
Pengolahan
Limbah Cair
Secara umum penanganan air limbah dapat
dikelompokkan menjadi
a. Pengolahan Awal/Pendahuluan (Preliminary
Treatment)
Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha
untuk melindungi alat-alat yang ada pada instalasi pengolahan air limbah. Pada
tahap ini dilakukan penyaringan, penghancuran atau pemisahan air dari
partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat pengolahan air limba, seperti
pasir, kayu, sampah, plastik dan lain-lain.
b. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap
ini adalah menghilangkan partikel-artikel padat organik dan organik melalui
proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi. Sehingga partikel padat akan
mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan minyak akan berada di atas
/ permukaan (disebut grease).
c. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pada tahap ini air limbah diberi
mikroorganisme dengan tujuan untuk menghancurkan atau menghilangkan material
organik yang masih ada pada air limbah. Tiga buah pendekatan yang umum
digunakan pada tahap ini adalah fixed film, suspended film dan lagoon system.
d. Pengolahan Akhir (Final Treatment)
Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment)
adalah menghilangkan organisme penyebab penyakit yang ada pada air. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara menambahkan khlorin ataupun dengan menggunakan
sinar ultraviolet
e. Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)
Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat
komposisi air limbah sesuai dengan yang dikehendaki. Misalnya untuk
menghilangkan kandungan fosfor ataupun amonia dari air limbah.
Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah
cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industry, dan tempat-tempat umum
lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat membehayakan
kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan.
Air limbah dapat berasal dari berbagai
sumber, antara lain:
1. Rumah tangga
Contoh: air bekas cucian,air bekas memasak,
air bekas mandi, dan sebagainya.
2. Perkotaan
Contoh: air limbah dari perkantoran,
perdagangan, selokan, dan dari tempat-tempat ibadah.
3. Industri
Contoh: air limbah dari pabrik baja, pabrik
tinta, pabrik cat, dan pabrik karet.
Industri dan kegiatan lainnya yang mempunyai
air buangan yang membentuk limbah cair dalam skala besar harus melakukan
penanganan agar tidak berdampak pada lingkungan disekitarnya. Apabila limbah
cair tersebut tidak dilakukan pengolahan dan dibuang langsung ke lingkungan
umum, sungai, danau, laut akan berdampak pada lingkungan karena jumlah polutan
di dalam air menjadi semakin tinggi.
Pada dasarnya ada dua alternative penanganan yaitu membawa limbah cair ke pusat
pengolahan limbah atau memiliki sendiri instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
proses pengolahan limbah cair pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga tahap
yaitu proses pengolahan primer, sekunder, dan tersier. ( Sunu.P., 2001).
Air limbah sebelum dilepas kepembuangan akhir
harus menjalani pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan
air limbah yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Adapun tujuan
dari pengelolaan air limbah itu sendiri, antara lain:
1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah
tangga.
2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup
dalam air.
3. Menghindari pencemaran tanah permukaan.
4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya
bibit dan vector penyakit.
Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah
yang diterapkan harus memenuhi persyaratan berikut.
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap
sumber-sumber air minum.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air
permukaan.
3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora
dan fauna yang hidup di air didalam penggunaannya sehari-hari.
4. Tidak dihinggapi oleh vector atau serangga
yang menyebabkan penyakit.
5. Tidak terbuka dan harus tertutup.
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak
sedap. (Chandra.B.2007)
Pabrik yang secara kontiniu membuang limbah
berbeda dengan pabrik yang membuang limbah secara periodik walau konsentrasi
pencemar sama, dan jumlah buangan nya pun sama. Pengaruh terhadap lingkungan
mengalami perbedaan.
Dalam hal sering tidaknya suatu pabrik
membuang limbah tergantung terhadap proses pengolahan dalam pabrik. Artinya
volume air buangannya tergantung dari volume produksinya. Semakin tinggi
produksi semakin tinggi volume limbahnya. Ada pabrik yang dalam periode
tertentu jumlah airnya melebihi dari pada kondisi sehari-hari. Setiap lima hari
dalam sebulan volume limbahnya sangat berlebih, kecuali bila pabrik blow down.
Atau ada pabrik yang hanya membuang limbah sekali dalam seminggu sedangkan pada
hari-hari lainnya tidak. Semakin banyak frekuensi pembuangan limbah, semakin
tinggi tingkat pencemaran yang ditimbulkan.
Dampak pencemaran limbah terhadap lingkungan
harus dilihat dari jenis parameter pencemar dan konsentrasinya dalam air
limbah. Dari satu sisi suatu limbah mempunyai parameter tunggal dengan
konsentrasi yang relatif tinggi. Disisi lain ada limbah dengan 10 parameter
tapi dengan konsentrasi yang juga melewati ambang batas. Persoalannya bukan
yang mana lebih baik dari pada yang terburuk, melainkan seharusnya lebih
mendapat prioritas. ( Ginting.P.1992)
Karakter
limbah
1
Domestik
Limbah domestic adalah semua buangan yang
berasal dari kamar mandi, kakus, dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan
rumah tangga, apotek, rumah sakit, rumah makan dan sebagainya yang secara
kuantitatif limbah tadi terdiri dari zat organic baik berupa zat padat ataupun
cair, bahan berbahaya, dan beracun, garam terlarut, lemah dan bakteri terutama
golongan fekal coli, jasad pathogen, dan parasit.
2 Non domestik
Limbah domestic sangat bervariasi, terlebih
lebih untuk limbah industri. Limbah pertanian biasanya terdiri atas bahan padat
bekas tanaman yang besifat organis, bahan pemberantas hama dan penyakit (
peptisida bahan pupuk yang mengandung nitrogen, fosfor, sulfur, mineral, dan
sebagainya. (Sastrawijaya.T.A. 2001).
Dalam air buangan terdapat zat organic yang
terdiri dari unsure karbon, hydrogen, dan oksigen dengan unsure tambahan yang
lain seperti nitrogen, belerang dan lain-lain yang cenderung menyerap oksigen.
Bentuk lain untuk mengukur oksigen ini adalah
COD. Pengukuran ini diperlukan untuk mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat
organic yang sukar dihancurkan secara oksidasi. Oleh karena itu dibutuhkan
bantuan pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam. Nilai BOD selalu lebih
kecil dari pada nilai COD diukur pada senyawa organic yang dapat diuraikan
maupun senyawa organic yang tidak dapat berurai. ( Agusnar.H.2008 ).
Laju aliran dan keragaman laju aliran
merupakan factor penting dalam rancangan proses. Sejumlah unit dalam kebanyakan
system penanganan harus dirancang berdasarkan puncak laju aliran dan memberikan
pertimbangan untuk meminimumkan keragaman laju aliran bila mana mungkin. (
Jenie.L.S.1993 ).
8.
Logam Berat
Air sering tercemar oleh berbagai komponen
anorganik, diantaranya berbagai jenis logam berat yang berbahaya, yang beberapa
diantaranya banyak digunakan dalam skala industri. Industri – industri logam
berat tersebut harus mendapatkan pengawasan yang ketat sehingga tidak
membahayakan bagi para pekerja maupun lingkungan sekitarnya.
Logam berat yang berbahaya dan sering
mencemari lingkungan, yang terutama adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik
(As), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Nikel (Ni), dan Zink (Zn). Logam-logam berat
tersebut diketahui dapat mengumpul dalam tubuh suatu organisme dan tetap
tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang
terakumulasi. ( Kristanto.P. 2002 ).
9.
Chemical Demand Oxygen (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah
oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang
terdapat dalam 1 ml sampel air, di mana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai
sumber oksigen terlarut.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran
oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses
mukrobiologi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
(Alaerts.1984).
Uji COD adalah suatu pembakaran kimia secara
basah dari bahan organik dalam sampel. Larutan asam dikromat digunakan untuk mengoksidasi
bahan organik pada suhu tinggi. Berbagai prosedur COD yang menggunakan waktu
reaksi dari menit sampai 2 jam dapat digunakan.
Penggunaan dua katalis perak sulfat dan
merkuri sulfat diperlukan masing-masing untuk mengatasi gangguan klorida dan untuk
menjamin oksidasi senyawa-senyawa organik kuat menjadi teroksidasi.
Analisis BOD dan COD dari suatu limbah akan
menghasilkan nilai-nilai yang berbeda karena kedua uji mengukur bahan yang
berbeda. Nilai-nilai COD selalu lebih tinggi dari nilai BOD. Perbedaan di
antara kedua nilai disebabkan oleh banyak faktor seperti bahan kimia yang tahan
terhadap oksidasi kimia, seperti lignin ; bahan kimia yang dapat dioksidasi
secara kimia dan peka terhadap oksidasi biokimia tetapi tidak dalam uji BOD 5
hari seperti selulosa, lemak berantai panjang atau sel-sel mikroba dan adanya
bahan toksik dalam limbah yang akan menggangu uji BOD tetapi tidak uj COD.
Walaupun metode COD tidak mampu mengukur
limbah yang dioksidasi secara biologik, metode COD mempunyai nilai praktis.
Untuk limbah spesifik dan pada fasilitas penanganan limbah spesifik, adalah
mungkin untuk memperoleh korelasi yang baik antara nilai COD dan BOD.
Perubahan nilai-nilai BOD dan COD suatu
limbah akan terjadi selama penanganan. Bahan yang teroksidasi secara biologik
akan turun selam penanganan, sedangkan bahan yang tidak teroksidasi secara
biologik tetapi teroksidasi secara kimia tidak turun. Bahan yang tidak
teroksidasi secara biologik akan terdapat dalam limbah yang belum diberi
penanganan dan akan meningkat karena residu massa sel dari respirasi endogenes.
Nisbah COD dan BOD akan meningkat dengan stabilnya bahan yang teroksidasi
secara biologik.(Jenie.L.S.1993).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar