I. PASIEN
GANGGUAN HATI
Pasien
dengan gejala klinik terjadi kegagalan fungsi hati (secara signifikan terjadi
perubahan enzim hati, ascites, ataupun jaundience) biasanya penanganan
pengobatannya harus diubah. Obat yang memperparah kondisi pasien harus
dihindari.
Gangguan fungsi
hati akut merupakan efek samping yang sering terjadi pada proses terapi
obat-obatan dan sekarang lebih dari 900 jenis pengobatan, bahan kimia beracun
dan juga bahan herbal mengakibatkan kerusakan fungsi hati. Sangat sulit untuk
mengetahui obat yang dapat menyebabkan gangguan fungsi hati secara klinis dan
tes laboratorium juga tidak spesifik. Dalam rangka meningkatkan diagnosa awal
dan pengobatan pada gangguan hati, dapat digunakan data retrospective untuk
menganalisis obat-obat yang menjadi penyebab gangguan kerusakan fungsi hati,
manifestasi gejala klinis, dan karakteristik patologi pasien dengan DILD
(Drugs-Induced Liver Disease) akut (Li, Jiang, & Wang, 2007).
Panduan umum dalam peresepan obat
pada gangguan hati
1. Hindari
obat-obat hepatotoksik.
2. Gunakan
obat-obat yang aman untuk ginjal sebagai pilihan.
3. Monitor
efek samping obat untuk obat yang aman untuk hati.
4. Hindari
obat yang meningkatkan resiko pendarahan.
5. Hindari
obat-obat sedatif jika ada resiko ensepalopati hepatika.
6. Pada
kelainan hati sedang dan berat dapat dilakukan pengurangan dosis untuk obat
yang dimetabolisme utama di hati atau meningkatkan interval untuk semua obat
yang kurang aman untuk hati.
7. Jika
albumin rendah pertimbangkan untuk menurunkan dosis obat yang ikatan proteinnya
tinggi.
8. Obat
yang mempengaruhi keseimbangan elektrolit harus digunakan secara hati-hati dan
harus dimonitor.
9. Pada
pilihannya gunakan obat lama, obat yang dibuat dengan baik, jika dalam pengalaman
penggunaan obat menyebabkan gangguan hati.
10. Sedapat
mungkin gunakan dosis terendah dan tingkatkan kehati-hatian berdasarkan respon
efek sampingnya (Wiffen, 2006).
Jika
obat-obatan yang secara prinsipnya dieliminasi oleh hati pada pasien kerusakan
fungsi hati, ada beberapa pilihan dalam penatalaksanaan dosis obat, yaitu:
·
Mengurangi dosis obat dan interval
pemberian obat tetap.
·
Menggunakan dosis normal dan memperlama
interval obat
·
Memodifikasi dosis dan interval
pemberian obat.
Jika
dibandingkan antara pasien dengan fungsi hati normal menerima dosis dan
interval dosis yang umum, sedangkan pasien dengan gangguan fungsi hati menerima
dosis normal tetapi interval dosis diperpanjang maka akan menunjukan maksimum
dan minimum konsentrasi steady-state serum yang sama.
A. PARAMETER-PARAMETER
FUNGSI HATI
1. Bilirubin
Dalam
uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin
direk. Bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan
bilirubin direk dengan persamaan; bilirubin indirek = total bilirubin -
bilirubin direk.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium diantaranya seperti: makan yang
mengandung tinggi lemak. Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar
bilirubin, hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan,
sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen
empedunya akan menurun, dan obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau
menurunkan kadar bilirubin. Bilirubin
dibentuk oleh aktivitas biliverdin reductase pada biliverdin.
Bilirubin ketika dioksidasi, maka akan kembali menjadi biliverdin lagi. Siklus
ini menunjukkan kemampuan aktivitas antioksidan dari bilirubin.
Di
dalam darah, bilirubin memiliki dua bentuk yaitu bilirubin direk yang larut
dalam air dan bilirubin indirek tidak
larut dalam air tapi larut lemak. Nilai normal bilirubin berbeda pada setiap
literatur.
Nilai
normal bilirubin.
Nilai
Normal
|
||
Total
bilirubin
|
μmol/L
|
mg/dL
|
5.1–17.0
|
0.3–1.0
|
2. Waktu Prothrombin (Prothrombin time)
Prothrombin time digunakan
untuk menetapkan kemampuan membeku darah pada pengukuran dosis warfarin,
gangguan fungsi hati, dan dosis vitamin
K di dalam tubuh. Range kadar prothrombin
time biasanya sekitar 12–18 detik dan range normal untuk INR adalah 0.8–1.2 (Thapa & Walia, 2007).
Nilai
rujukan untuk prothrombin time (PT):
Nilai normal
|
||
Prothrombin
Time
(PT)
|
Laki-laki
|
Wanita
|
9.6-11.8 detik
|
9.5-11.3
detik
|
3. Serum albumin
Serum albumin, sering disebut
sebagai albumin. Albumin banyak terdapat pada protein plasma manusia. Albumin
penting untuk mengatur tekanan osmotik
yang mana berperan dalam distribusi cairan tubuh antara bagian
intravascular dengan jaringan tubuh. Albumin juga berperan dalam membawa protein dan asam lemak. Albumin merupakan
penanda spesifik terhadap fungsi hati, tetapi tidak terlalu berguna dalam
kondisi akut (Limdi & Hyde, 2003).
Nilai
rujukan untuk albumin.
Nilai normal
|
||
Albumin
(Alb)
|
Dewasa
|
Anak-anak
|
3.8-5.0
g/dL
|
3.0-5.0 g/dL
|
4.
Asites
Asites merupakan
akumulasi cairan lymph pada ruang peritoneal. Asites merupakan salah satu
gejala yang tampak pada umumnya dari sirosis. Lebih dari 1,5% pasien sirosis
menyebabkan terjadinya asites dalam setiap diagnosa sirosis. Mekanisme perkembangan
asites secara pasti belum diketahui (Dipiro, 2005).
Asites
memiliki tiga tingkatan:
·
Tingkat
1: ringan, asites hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan ultrasound.
·
Tingkat 2: sedang, terlihat sedikit
pembengkakkan abdomen yang simetris.
·
Tingkat 3: berat,
tampak pembengkakkan abdomen yang besar (Moore,
Wong, Gines, Bernardi, Ochs, Salerno, Angeli, Porayko, Moreau, Garcia-Tsao,
Jimenez, Planas, & Arroyo, 2003)
5.
Ensefalopati Hepatik
Ensefalopati
hepatik dikarenakan akumulasi zat-zat beracun pada aliran darah yang normalnya
dikeluarkan melalui hati. Ensefalopati sering timbul sebagai gejala dan tanda
gangguan hati jaundice (timbulya warna kuning pada kulit dan mata), asites
(terakumulasinya cairan pada bagian abdominal), dan peripheral
edema (bengkak pada kaki dikarenakan penumpukan cairan pada kulit).
Tingkat
keparahan ensefalopati hepatik menurut kriteria West Haven:
·
Tingkat 1 (Ringan): terlalu senang
ataupun gelisah; kurangnya konsentrasi
·
Tingkat 2 (Lesu): minimal disorientasi
terhadap waktu dan tempat.
·
Tingkat 3 (Pingsan): tapi tetap
responsif dengan stimulasi verbal, kebingungan.
·
Tingkat 4 (Koma): tidak responsive
6. Enzim-enzim Transferase
Perbandingan
antara AST dan ALT dapat menjadi tambahan petunjuk pada beberapa gejala
penyakit: ALT>AST terjadi pada
gangguan fungsi hati kronis, AST>ALT terjadi pada sirosis hati. Perbandingan
AST:ALT yang besar juga sangat berguna, jika >2 mengindikasikan gangguan
fungsi hati dikarenakan alkohol, dan bila perbandingannya <1.0
mengisyaratkan gangguan fungsi hati non-alkohol (Limdi & Hyde, 2003).
Nilai
rujukan untuk SGOT/AST.
Nilai normal
|
||
AST
(Aspartat aminotransferase)
|
Laki-laki
|
Wanita
|
8-26 U/L
|
8-20 U/L
|
Kondisi
yang meningkatkan kadar SGOT/AST:
·
Peningkatan tinggi (> 5 kali nilai
normal): kerusakan hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis
akut, mononukleosis infeksiosa
·
Peningkatan sedang (3-5 kali nilai
normal): obstruksi saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung kongestif,
tumor hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis
·
Peningkatan ringan (sampai 3 kali
normal): perikarditis, sirosis, infark paru, delirium tremeus, cerebrovascular
accident (CVA).
Nilai
rujukan untuk SGPT/ALT
Nilai normal
|
||
ALT
(Alanin aminotransferase)
|
Laki-laki
|
Wanita
|
7-46 U/mL
|
5-35 U/mL
|
Kondisi
yang meningkatkan kadar SGPT/SGOT adalah:
·
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali
normal: hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia)
·
Peningkatan 3-10 kali normal: infeksi
mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom
Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
·
Peningkatan 1-3 kali normal:
pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris (Thapa &
Walia, 2007).
7. Gamma-Glutamyl
Transferase (GGT)
GGT mempunyai hubungan dengan saluran
empedu. Peningkatan secara khas terjadi pada kondisi cholestasis dengan peningkatan
juga terjadi pada ALP, tetapi bila jumlah ALP normal, maka mengindikasikan
terjadinya induksi enzim metabolit hati (Limdi & Hyde, 2003).
Kadar normal Gamma-glutamyl transferase
(GGT).
Nilai normal
|
||
Gamma-glutamyl
transferase (GGT)
|
Laki-laki
|
Wanita
|
10-39 U/mL
|
6-29U/mL
|
8. Alkaline
Phosphatase (ALP)
Peningkatan
jumlah dari ALP di dalam darah biasanya disebabkan oleh kerusakan fungsi hati
atau kerusakan tulang. Jumlah enzim ini dapat meningkat tajam seperti pada
kasus tersumbatnya saluran empedu. Peningkatan jumlah yang kecil pada darah
dapat terjadi pada kondisi pasien kanker dan sirrosis yang menggunakan obat
yang merusak hati serta pada penderita hepatitis. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
peningkatan jumlah ALP adalah gangguan pada tulang seperti rheumatoid
arthritis dan penyembuhan patah tulang. Anak-anak dan remaja juga memiliki
jumlah ALP yang tinggi, hal tersebut dikarenakan tulang masih dalam tahap pertumbuhan (Limdi & Hyde, 2003).
Kadar normal alkaline phosphatase (ALP).
Nilai normal
|
||
Alkaline
phosphatase (ALP)
|
Laki-laki
|
Wanita
|
98-251 U/L
|
81-196 U/L
|
B. PERHITUNGAN NILAI CHILD-PUGH SCORE
Child-Pugh (kadang-kadang disebut juga Child-Turcotte-Pugh
Score) digunakan untuk meramalkan ganguan fungsi hati yang telah
kronik, seperti sirosis. Walaupun awalnya digunakan untuk memprediksi kematian
selama proses pembedahan, sekarang digunakan untuk menetapkan dugaan awal
kondisi fungsi hati.
Ketika
memutuskan dosis awal obat yang dieliminasi melalui hati, fungsi hati haruslah
diramalkan. Nilai Child-Pugh dapat
digunakan sebagai indikator atas kemampuan pasien untuk memetabolisme obat yang
dieliminasi pada hati. Nilai Child-Pugh dengan
poin 8 – 9 menggambarkan penurunan yang sedang pada dosis obat awal (~25%) untuk bahan yang dimetabolisme
pada hati (≥60%),
dan pada poin 10 atau lebih mengindikasikan penurunan yang signifikan pada
pemberian dosis awal (~50%)
dibutuhkan untuk obat yang metabolisme utamanya pada hati (Dipiro, 2005).
Penilaiannya
berdasarkan lima pengukuran klinis dari
gangguan fungsi hati. Setiap pengukuran diberi nilai 1-3, yang mana nilai 3
mangindikasikan kerusakan yang sangat parah (Bauer, 2008).
Parameter nilai Child-Pugh pada pasien gangguan
fungsi hati: (Bauer, 2008).
Gejala
|
1
poin
|
2
poin
|
3
poin
|
Satuan
|
Bilirubin (total)
|
<2.0
|
2.0-3.0
|
>3.0
|
mg/dl
|
>3.5
|
2.8-3.5
|
<2.8
|
g/l
|
|
Prothrombin Time
|
<4
|
4-6
|
>
6
|
detik
|
Tidak
ada
|
Ringan
|
Berat
|
||
Ensefalopati hepatik
|
Tidak
ada
|
Tingkat
I-II (sedang)
|
Tingkat
III-IV (Berat)
|
Klasifikasi
nilai Child-Pugh pada pasien gangguan fungsi hati (Dipiro,2005).
Point
|
Kelas
|
Kemampuan bertahan satu tahun
|
Kemampuan bertahan dua tahun
|
<
7
|
A
|
100%
|
85%
|
7-9
|
B
|
81%
|
57%
|
10-15
|
C
|
45%
|
35%
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar