I. DEFINISI
·
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi
yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli. (FI IV,
hal 7)
·
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa
suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul
senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium
Nasional, hal 315)
TEORI
A. Pengolongan (Disperse Sistem, Lachman, hal 496)
1. Berdasarkan sifat fasa koloid :
·
Gel anorganik, contoh : bentonit magma
·
Gel
organik, pembentuk gel berupa polimer
2. Berdasarkan
sifat pelarut :
·
Hidrogel (pelarut air).
Hidrogel pada
umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling sambung silang
melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik, ikatan hidrogen
atau interaksi hidrofobik. Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang tinggi
sebab hidrogel mempunyai tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi
dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel;
hidrogel menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan
dengan berbagai cara; hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis sehingga
meminimalkan iritasi karena friksi atau mekanik pada jaringan sekitarnya. Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan
mekanik dan kekerasan yang rendah setelah mengembang. Contoh : bentonit
magma, gelatin
·
Organogel
(pelarut bukan air/pelarut organik). Contoh : plastibase (suatu polietilen
dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock
cooled), dan dispersi logam stearat dalam minyak.
·
Xerogel.
Gel yang telah
padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui sebagai xerogel. Xerogel
sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga sisa – sisa kerangka gel
yang tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan
penambahan agen yang mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel. Contoh :
gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan
polystyrene.
·
Emulgel
Emulgel adalah
emulsi baik O/W maupun W/O yang dibuat gel dengan mencampurkannya dengan
gelling agent. Keunggulan emulgel memiliki kelebihan daya hantar obat yang baik
seperti gel maupun emulsi (The APPS jurnal, Optimization of Chlorphenesin
Emulgel Formulation, Magdy
I. Mohamed)
3. Berdasarkan
bentuk struktur gel: (Diktat Kuliah)
·
Kumparan acak: struktur dibentuk oleh gelling
agent golongan polimer sintetik dan derivat selulosa. penambahan selanjutnya
akan meningkatkan sifat viskoelastis dan ketegaran masa gel.
·
Heliks: struktur dibentuk oleh gelling agent
golongan gom xanthan dan polisakarida
·
Batang (egg box):terjadi ikatan silang antara
polimer kation dengan polimer divalent. Contoh: Kalsium alginat
·
Bangunan kartu: terbentuk dari partikel
anorganik terhidratasi.
4. Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI
IV, ansel):
·
Gel
fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul
makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari
makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan). Molekul
organik larut dalam fasa kontinu.
·
Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel
terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah. Dalam sistem ini, jika
ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, masa gel kadang-kadang
dinyatakan sebagai magma. Partikel anorganik tidak larut, hampir secara
keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.
B. Kegunaan (Lachman, Dysperse system, hal 495 – 496)
·
Gel
merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk
sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan
untuk bentuk sediaan obat long – acting yang diinjeksikan secara intramuskular.
·
Gel
biasa digunakan untuk orang yang memiliki kulit berminyak (pada sediaan
topikal)
·
Gelling
agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan
pelindung
koloid pada
suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.
·
Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam
berbagai produk kosmetik, termasuk pada
shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit – dan sediaan perawatan rambut.
·
Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan
secara topikal (non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata
(gel steril) (FI IV, hal 8)
C. Keuntungan
dan Kekurangan Sediaan Gel.
Keuntungan
sediaan gel :
·
Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit
saat digunakan; penampilan sediaan yang jernih dan elegan; pada pemakaian di
kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat
tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu;
mudah dicuci dengan air; pelepasan obatnya baik; kemampuan penyebarannya pada
kulit baik.
Kekurangan
sediaan gel :
·
Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang
larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti
surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel
tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan
surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
·
Penggunaan emolien golongan ester harus
diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai kej ernihan yang tinggi.
·
Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan
alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan
yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan
menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah
sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.
Alasan pemilihan sediaan gel:
·
Tujuan
pengobatan: biasanya sediaan gel diberikan untuk sediaan dengan cara pemberian
topikal
D. Sifat /
Karakteristik Gel (Diktat Kuliah) (lachman, 496 – 499)
·
Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan
farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain
·
Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat
memberikan bentuk padatan yang baik selama
penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika
sediaan diberikan kekuatan atau daya yang
disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan
tube, atau selama penggunaan topikal.
·
Karakteristik gel harus disesuaikan dengan
tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
·
Penggunaan bahan pembentuk gel yang
konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat
menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan
atau digunakan).
·
Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi satelah pemanasan hingga suhu tertentu.
Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang
akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut
akan membentuk gel.
·
Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase
yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation
Sifat dan
karakteristik gel adalah sebagai berikut (Disperse system):
1.
Swelling
Gel dapat
mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan sehingga
terjadi pertambahan volume. Pelarut
akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut
dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar
polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel
berkurang.
2. Sineresis.
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi
di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas
permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekananyang elastis, sehingga
terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan
dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel.
Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks
berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis
dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.
3.
Efek suhu
Efek suhu
mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi
dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu.
Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan
yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena
pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut
thermogelation.
4.
Efek elektrolit.
Konsentrasi
elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana
koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan
konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi
waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan
segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan
karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang
tidak larut.
5.
Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini
merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap
perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari
komponen pembentuk gel.
(Gel lebih kental daripada sol, karena gel
tersusun oleh kerangka tiga dimensi gel yang memiliki titik hubung yang banyak
antar partikelnya, sedangkan sol memiliki titik hubung /ikatan yang sedikit
sehingga sol akan membentuk sistem yang lebih encer. (Martin, Farmasi Fisik
hal.1089).
6.
Rheologi
Larutan
pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan
sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non – Newton
(menggunakan alat brookfield) yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas
dan peningkatan laju aliran.
E. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
formulasi (Diktat Kuliah)
- Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi.
- Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
- Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi.
- Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba.
- Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal.
- Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.
- Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas permukaan gel)
Pelarut yang
digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut
dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.
F.
Komponen Gel
1. Gelling Agents (Pustaka : Dysperse
System, vol. I, page 499-504)
Termasuk dalam
kelompok ini adalah gum alam, turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari
sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada yang membentuk gel
dalam cairan nonpolar. Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku
sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel.
Catatan: Pada pemilihan gelling
agent perhatikan dengan pH stabilita dan inkompatibilitasnya Berikut
ini adalah beberapa contoh gelling agent :
A. Polimer (gel organik)
a. Gum alam (natural gums)
Umumnya
bersifat anionik (bermuatan negatif dalam larutan atau dispersi dalam air),
meskipun dalam jumlah kecil ada yang bermuatan netral, seperti guar gum. Karena
komponen yang membangun struktur kimianya, maka natural gum mudah terurai
secara mikrobiologi dan menunjang pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, sistem
cair yang mengandung gum harus mengandung pengawet dengan konsentrasi yang
cukup. Pengawet yang bersifat kationik inkompatibel dengan gum yang bersifat
anionik sehingga penggunaannya harus dihindari.
Beberapa contoh gum alam :
i. Natrium
alginat
·
Natrium alginat 5-10% digunakan dalam sediaan semisolid.
·
Tersedia dalam bebrapa grade sesuai dengan
viskositas yang terstandardisasi
yang merupakan kelebihan natrium alginat
dibandingkan dengan tragakan.
·
Inkompatibel
dengan derivat akridin, kristal violet, fenil merkuri asetat dan
nitrat, garam kalsium, logam berat dan
etanol dengan konsentrasi lebih dari 5%.
·
Natrium alginat pada pH 4-10, sedangkan pada pH 10 viskositas menurun (HOPE hal
543-544)
ii. Karagenan
·
Fraksi kappa dan iota membentuk gel yang
reversibel terhadap pengaruh panas.
·
Semua karagenan adalah anionik. Gel kappa yang
cenderung getas, merupakan gel yang terkuat dengan keberadaan ion K. Gel iota
bersifat elastis dan tetap j ernih dengan keberadaan ion K.
·
Konsentrasi karagenan yang digunakan 0,3-1%.
·
Inkompatibel
dengan material kationik
(HOPE
hal101-102)
iii. Tragakan
·
Menurut NF, didefinisikan sebagai ekstrak gum
kering dari Astragalus gummifer Labillardie, atau spesies Asia dari
Astragalus.
·
Digunakan sebanyak 5% sebagai gelling agent.
· Tragakan
kurang begitu populer karena mempunyai viskositas yang bervariasi. Viskositas
akan menurun dengan cepat di luar range pH
4,5-7 rentan terhadap degradasi oleh mikroba. Selain itu pada pH 7,
dapat menurunkan efikasi benzalkonium klorida, klorobutanol, metil paraben,
fenol, dan fenil merkuri asetat. Viskositas juga dapat menurun dengan
penambahan alkali, atau NaCl (HOPE hal 655)
·
Formula mengandung alkohol dan/atau gliserol
dan/atau volatile oil untuk
mendispersikan
gum dan mencegah pengentalan ketika penambahan air.
·
Kompatibel
dengan garam konsentrasi tinggi, suspending agent synthetic
(Acacia, CMC, pati,sukrosa), HOPE hal
655
iv. Pektin
Polisakarida
yang diekstrak dari kulit sebelah dalam buah citrus yang banyak digunakan dalam
makanan. Merupakan gelling agent untuk produk yang bersifat asam dan digunakan
bersama gliserol sebagai pendispersi dan humektan.
·
Gel yang dihasilkan harus disimpan dalam wadah
yang tertutup rapat karena air dapat menguap secara cepat sehingga meningkatkan
kemungkinan terjadinya proses sineresis.
·
Gel
terbentuk pada pH asam dalam larutan air yang mengandung kalsium dan
kemungkinan zat lain yang befungsi menghidrasi gum.
b. Derivat selulosa
·
Sifat fisik dari selulosa ditentukan oleh jenis
dan gugus substitusi. HPMC merupakan derivat selulosa yang sering digunakan.
·
Derivat selulosa rentan terhadap degradasi
enzimatik sehingga harus icegah adanya kontak dengan sumber selulosa.
Sterilisasi sediaan atau penambahan pengawet dapat mencegah penurunan
viskositas yang diakibatkan oleh depolimerisasi oleh enzim yang dihasilkan dari
mikroorganisme. Misalnya : MC, Na CMC, HEC, HPC
·
Sering digunakan karena menghasilkan gel yang
bersifat netral, viskositas stabil, resisten terhadap pertumbuhan mikroba, gel
yang jernih, dan menghasilkan film yang kuat pada kulit ketika kering. Misalnya
MC, Na CMC, HPMC
·
CMC Na digunakan
pada konsentrasi 3-6 %.Secara umum, CMC Na menunjukkan viskositas maksimum pada
pH 7-9 (HOPE hal97-99)
Inkompatibel
dengan larutan asam, larutan garam, besi, dan beberapa metal lain (Al, merkuri,
zinc),HOPE hal99
·
HPC stabil
pada pH 6-8, inkompatibel dengan derivat fenol, seperti metil paraben dan
propil paraben, kehadiran polimer anionik akan meningkatkan viskositas HPC.
Kompatibel dengan garam inorganik(HOPE hal291)
·
HEC memiliki
pH stabilitas 2-12,Inkompatibel dengan zinc, inkompatibel parsial dengan
kasein, gelatin, MC,PVA, dan pati(HOPE hal 285)
·
HPMC stabil pada pH3-11, inkompatibel dengan agen oksidator(HOPE 299)
c. Polimer sintetis (Karbomer = karbopol)
·
Karbomer merupakan gelling agent yang kuat,
membentuk gel pada konsentrasi sekitar 0,5%. Dalam media air, yang
diperdagangkan dalam bentuk asam bebasnya, pertama-tama dibersihkan dulu,
setelah udara yang terperangkap keluar semua, gel akan terbentuk dengan cara
netralisasi dengan basa yang sesuai.
·
Dalam
sistem cair, basa anorganik seperti NaOH, KOH, dan NH4OH sebaiknya ditambahkan.
·
pH
harus dinetralkan karena karakter gel yang dihasilkan dipengaruhi oleh proses
netralisasi atau pH yang tinggi.
·
Viskositas
dispersi karbomer dapat menurun dengan adanya ion-ion.
·
Merupakan
gelling agent yang kuat, maka hanya diperlukan dalam konsentrasi kecil,
biasanya 0,5-2 %(HOPE hal
89)
·
Inkompatibel dengan fenol, polimer kationik, asam kuat, elektrolit kuat(HOPE hal91)
B.
Polietilen
(gelling oil)
Digunakan
dalam gel hidrofobik likuid, akan dihasilkan gel yang lembut, mudah tersebar,
dan membentuk lapisan/film yang tahan air pada permukaan kulit. Untuk membentuk
gel, polimer harus didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi (di atas 800C)
kemudian langsung didinginkan dengan cepat untuk mengendapkan kristal yang
merupakan pembentukan matriks.
C.
Koloid
padat terdispersi
·
Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai
gellant dengan cara pembentukan
jaringan karena gaya tarik-menarik antar partikel
seperti ikatan hidrogen.
·
Konsentrasi
rendah dibutuhkan untuk cairan nonpolar. Untuk cairan polar
diperlukan
konsentrasi yang lebih besar untuk membentuk gel, karena adanya
kompetisi
dengan medium yang melemahkan interaksi antar partikel tersebut.
D.
Surfaktan
Gel yang j
ernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air, dan
konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionik. Kombinasi tersebut
membentuk mikroemulsi. Karakteristik gel yang terbentuk dapat bervariasi dengan
cara meng-adjust proporsi dan konsentrasi dari komposisinya. Bentuk komersial
yang paling banyak untuk jenis gel ini adalah produk pembersih rambut.
E.
Gellants lain Banyak wax yang digunakan
sebagai gellants untuk media nonpolar seperti beeswax, carnauba wax, setil
ester wax.
F.
Polivinil alkohol
PVA digunakan
dalam emulsi pada konsentrasi 0,5 %. Inkompatibel pada konsentrasi tinggi
dengan garam inorganik terutama sulfat dan fosfat (HOPE hal 491-492). Untuk
membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk sangat kuat
dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit.
Tersedia dalam beberapa grade yang berbeda dalam viskositas dan angka
penyabunan.
G.
Clays (gel anorganik)
Digunakan
sebanyak 7-20% sebagai basis. Mempunyai pH 9 sehingga tidak cocok digunakan
pada kulit. Viskositas dapat menurun dengan adanya basa. Magnesium oksida
sering ditambahkan untuk meningkatkan viskositas. Bentonit harus disterilkan terlebih dahulu untuk
penggunaan pada luka terbuka. Bentonit dapat digunakan pada konsentrasi 5-20%.
Contohnya : Bentonit, veegum, laponite
Nama gelling agent (sering digunakan)
|
Konsentrasi
|
Cara pengembangan
|
Hidroksi metil selulosa (HPMC)
|
1-3%
|
HPMC dikembangkan menggunakan air panas
(60-70oC), serbuk didispersikan secara merata diatas air panas
yang terdapat dalam wadah, kemudian didiamkan selama satu malam hingga
terbasahi sempurna. HPMC yang telah dikembangkan diaduk hingga didapatkan
basis gel yang homogen
|
HPC
|
4-6%
|
HPC dikembangkan menggunakan air dingin.
serbuk didispersikan merata diatas air dingin yang terdapat dalam wadah
kemudian dibiarkan selama satu malam hingga serbuk terbasahi sempurna, HPC
yang telah dikembangkan diaduk hingga didapatkan basis gel yang homogen
|
HEC
|
|
Serbuk HEC didispersikan dengan cepat
kedalam air yang sedang diaduk dengan cepat pada suhu kamar, ketika HEC
terbasahi sempurna, temperatur larutan dinaikkan menjadi 60-70oC
untuk meningkatkan kecepatan dispersi.
|
Karbomer:TEA (1::1)
|
0,5-2%
|
Serbuk karbomer terlebih dahulu
didispersikan kedalam air yang sedang diaduk. kuat, hati-hati jangan sampai
terbentuk gumpalan yang tidak terdispersi, kemudian netralkan dengan
penambahan basa (bisa KOH, NaOH, TEA, borax, Na bikarbonat)
|
CMC Na
|
3-6%
|
Serbuk CMC Na didispersikan diatas air
dalam mortar hingga terbasahi semua. aduk larutan CMC Na yang telah terbasahi
hingga terbentuk gel yang homogen
|
2. Bahan tambahan
a. Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap
serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan
pengawet sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan
inkompatibilitasnya dengan gelling agent. Beberapa contoh pengawet yang biasa
digunakan dengan gelling agent :
·
Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn
propil hidroksi benzoat 0,05 % w/v
·
Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 %
w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v
·
Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil
hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau klorokresol 0,1-0,2 % w/v
·
Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2
% w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v
·
MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau
benzalkonium klorida 0,02% w/v
·
Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn
propil hidroksi benzoat 0,02 % w/v
·
Polivinil
alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v
Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang
mengandung air. Biasanya digunkan pelarut air yang mengandung
metilparaben 0,075% dan propilparaben 0,025% sebagai pengawet.
b.
Penambahan Bahan higroskopis Bertujuan
untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol
dengan konsentrasi 10-20 %
c.
Chelating agent Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam
berat. Contohnya EDTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar