Google ads

Jumat, 12 Februari 2016

GEL






I. DEFINISI
·         Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7)
·         Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315)
TEORI
A. Pengolongan (Disperse Sistem, Lachman, hal 496)
1. Berdasarkan sifat fasa koloid :
·         Gel anorganik, contoh : bentonit magma
·         Gel organik, pembentuk gel berupa polimer
2. Berdasarkan sifat pelarut :
·         Hidrogel (pelarut air).
Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel mempunyai tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel; hidrogel menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan dengan berbagai cara; hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis sehingga meminimalkan iritasi karena friksi atau mekanik pada jaringan sekitarnya. Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah setelah mengembang. Contoh : bentonit magma, gelatin
·         Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik). Contoh : plastibase (suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi logam stearat dalam minyak.
·         Xerogel.
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga sisa – sisa kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan penambahan agen yang mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel. Contoh : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan polystyrene.
·           Emulgel
Emulgel adalah emulsi baik O/W maupun W/O yang dibuat gel dengan mencampurkannya dengan gelling agent. Keunggulan emulgel memiliki kelebihan daya hantar obat yang baik seperti gel maupun emulsi (The APPS jurnal, Optimization of Chlorphenesin Emulgel Formulation,  Magdy I. Mohamed)
3. Berdasarkan bentuk struktur gel: (Diktat Kuliah)
·         Kumparan acak: struktur dibentuk oleh gelling agent golongan polimer sintetik dan derivat selulosa. penambahan selanjutnya akan meningkatkan sifat viskoelastis dan ketegaran masa gel.
·         Heliks: struktur dibentuk oleh gelling agent golongan gom xanthan dan polisakarida
·         Batang (egg box):terjadi ikatan silang antara polimer kation dengan polimer divalent. Contoh: Kalsium alginat
·         Bangunan kartu: terbentuk dari partikel anorganik terhidratasi.
4. Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI IV, ansel):
·      Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan). Molekul organik larut dalam fasa kontinu.
·      Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Partikel anorganik tidak larut, hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.
B. Kegunaan (Lachman, Dysperse system, hal 495 – 496)
·         Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat long – acting yang diinjeksikan secara intramuskular.
·         Gel biasa digunakan untuk orang yang memiliki kulit berminyak (pada sediaan topikal)
·         Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan pelindung
koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.
·         Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada
shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit – dan sediaan perawatan rambut.
·         Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (FI IV, hal 8)
C. Keuntungan dan Kekurangan Sediaan Gel.
Keuntungan sediaan gel :
·      Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan sediaan yang jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu; mudah dicuci dengan air; pelepasan obatnya baik; kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
Kekurangan sediaan gel :
·      Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
·      Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai kej ernihan yang tinggi.
·      Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.

Alasan pemilihan sediaan gel:
·      Tujuan pengobatan: biasanya sediaan gel diberikan untuk sediaan dengan cara pemberian topikal

D. Sifat / Karakteristik Gel (Diktat Kuliah) (lachman, 496 – 499)
·         Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain
·         Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama
  penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang
  disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal.
·         Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
·         Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat
 menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan).
·      Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi    satelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
·      Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation
Sifat dan karakteristik gel adalah sebagai berikut (Disperse system):
1.      Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.

2.      Sineresis.
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekananyang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.
3.      Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
4.      Efek elektrolit.
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut.
5.      Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.
(Gel lebih kental daripada sol, karena gel tersusun oleh kerangka tiga dimensi gel yang memiliki titik hubung yang banyak antar partikelnya, sedangkan sol memiliki titik hubung /ikatan yang sedikit sehingga sol akan membentuk sistem yang lebih encer. (Martin, Farmasi Fisik hal.1089).
6.      Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non – Newton (menggunakan alat brookfield) yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.
E. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi (Diktat Kuliah)
  1. Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi.
  2. Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
  3. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi.
  4. Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba.
  5. Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan topikal.
  6. Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.
  7. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas permukaan gel)
Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.
F. Komponen Gel
1. Gelling Agents (Pustaka : Dysperse System, vol. I, page 499-504)
Termasuk dalam kelompok ini adalah gum alam, turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel.
Catatan: Pada pemilihan gelling agent perhatikan dengan pH stabilita dan inkompatibilitasnya Berikut ini adalah beberapa contoh gelling agent :
A. Polimer (gel organik)
a. Gum alam (natural gums)
Umumnya bersifat anionik (bermuatan negatif dalam larutan atau dispersi dalam air), meskipun dalam jumlah kecil ada yang bermuatan netral, seperti guar gum. Karena komponen yang membangun struktur kimianya, maka natural gum mudah terurai secara mikrobiologi dan menunjang pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, sistem cair yang mengandung gum harus mengandung pengawet dengan konsentrasi yang cukup. Pengawet yang bersifat kationik inkompatibel dengan gum yang bersifat anionik sehingga penggunaannya harus dihindari.
Beberapa contoh gum alam :
i. Natrium alginat
·         Natrium alginat 5-10% digunakan dalam sediaan semisolid.
·         Tersedia dalam bebrapa grade sesuai dengan viskositas yang terstandardisasi
yang merupakan kelebihan natrium alginat dibandingkan dengan tragakan.
·         Inkompatibel dengan derivat akridin, kristal violet, fenil merkuri asetat dan
nitrat, garam kalsium, logam berat dan etanol dengan konsentrasi lebih dari 5%.
·         Natrium alginat pada pH 4-10, sedangkan pada pH 10 viskositas menurun (HOPE hal 543-544)
ii. Karagenan
·         Fraksi kappa dan iota membentuk gel yang reversibel terhadap pengaruh panas.
·         Semua karagenan adalah anionik. Gel kappa yang cenderung getas, merupakan gel yang terkuat dengan keberadaan ion K. Gel iota bersifat elastis dan tetap j ernih dengan keberadaan ion K.
·         Konsentrasi karagenan yang digunakan 0,3-1%.
·         Inkompatibel dengan material kationik
(HOPE hal101-102)
iii. Tragakan
·      Menurut NF, didefinisikan sebagai ekstrak gum kering dari Astragalus gummifer Labillardie, atau spesies Asia dari Astragalus.
·      Digunakan sebanyak 5% sebagai gelling agent.
·      Tragakan kurang begitu populer karena mempunyai viskositas yang bervariasi. Viskositas akan menurun dengan cepat di luar range pH 4,5-7 rentan terhadap degradasi oleh mikroba. Selain itu pada pH 7, dapat menurunkan efikasi benzalkonium klorida, klorobutanol, metil paraben, fenol, dan fenil merkuri asetat. Viskositas juga dapat menurun dengan penambahan alkali, atau NaCl (HOPE hal 655)
·      Formula mengandung alkohol dan/atau gliserol dan/atau volatile oil untuk
mendispersikan gum dan mencegah pengentalan ketika penambahan air.
·         Kompatibel dengan garam konsentrasi tinggi, suspending agent synthetic
(Acacia, CMC, pati,sukrosa), HOPE hal 655
iv. Pektin
Polisakarida yang diekstrak dari kulit sebelah dalam buah citrus yang banyak digunakan dalam makanan. Merupakan gelling agent untuk produk yang bersifat asam dan digunakan bersama gliserol sebagai pendispersi dan humektan.
·         Gel yang dihasilkan harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat karena air dapat menguap secara cepat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya proses sineresis.
·         Gel terbentuk pada pH asam dalam larutan air yang mengandung kalsium dan kemungkinan zat lain yang befungsi menghidrasi gum.
b. Derivat selulosa
·         Sifat fisik dari selulosa ditentukan oleh jenis dan gugus substitusi. HPMC merupakan derivat selulosa yang sering digunakan.
·         Derivat selulosa rentan terhadap degradasi enzimatik sehingga harus icegah adanya kontak dengan sumber selulosa. Sterilisasi sediaan atau penambahan pengawet dapat mencegah penurunan viskositas yang diakibatkan oleh depolimerisasi oleh enzim yang dihasilkan dari mikroorganisme. Misalnya : MC, Na CMC, HEC, HPC
·         Sering digunakan karena menghasilkan gel yang bersifat netral, viskositas stabil, resisten terhadap pertumbuhan mikroba, gel yang jernih, dan menghasilkan film yang kuat pada kulit ketika kering. Misalnya MC, Na CMC, HPMC
·         CMC Na digunakan pada konsentrasi 3-6 %.Secara umum, CMC Na menunjukkan viskositas maksimum pada pH 7-9 (HOPE hal97-99)
Inkompatibel dengan larutan asam, larutan garam, besi, dan beberapa metal lain (Al, merkuri, zinc),HOPE hal99
·         HPC stabil pada pH 6-8, inkompatibel dengan derivat fenol, seperti metil paraben dan propil paraben, kehadiran polimer anionik akan meningkatkan viskositas HPC. Kompatibel dengan garam inorganik(HOPE hal291)
·         HEC memiliki pH stabilitas 2-12,Inkompatibel dengan zinc, inkompatibel parsial dengan kasein, gelatin, MC,PVA, dan pati(HOPE hal 285)
·         HPMC stabil pada pH3-11, inkompatibel dengan agen oksidator(HOPE 299)
c. Polimer sintetis (Karbomer = karbopol)
·         Karbomer merupakan gelling agent yang kuat, membentuk gel pada konsentrasi sekitar 0,5%. Dalam media air, yang diperdagangkan dalam bentuk asam bebasnya, pertama-tama dibersihkan dulu, setelah udara yang terperangkap keluar semua, gel akan terbentuk dengan cara netralisasi dengan basa yang sesuai.
·         Dalam sistem cair, basa anorganik seperti NaOH, KOH, dan NH4OH sebaiknya ditambahkan.
·         pH harus dinetralkan karena karakter gel yang dihasilkan dipengaruhi oleh proses netralisasi atau pH yang tinggi.
·         Viskositas dispersi karbomer dapat menurun dengan adanya ion-ion.
·         Merupakan gelling agent yang kuat, maka hanya diperlukan dalam konsentrasi kecil, biasanya 0,5-2 %(HOPE hal 89)
·         Inkompatibel dengan fenol, polimer kationik, asam kuat, elektrolit kuat(HOPE hal91)
B.          Polietilen (gelling oil)
Digunakan dalam gel hidrofobik likuid, akan dihasilkan gel yang lembut, mudah tersebar, dan membentuk lapisan/film yang tahan air pada permukaan kulit. Untuk membentuk gel, polimer harus didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi (di atas 800C) kemudian langsung didinginkan dengan cepat untuk mengendapkan kristal yang merupakan pembentukan matriks.
C.         Koloid padat terdispersi
·           Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gellant dengan cara pembentukan
jaringan karena gaya tarik-menarik antar partikel seperti ikatan hidrogen.
·           Konsentrasi rendah dibutuhkan untuk cairan nonpolar. Untuk cairan polar
diperlukan konsentrasi yang lebih besar untuk membentuk gel, karena adanya
kompetisi dengan medium yang melemahkan interaksi antar partikel tersebut.

D.           Surfaktan
Gel yang j ernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air, dan konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionik. Kombinasi tersebut membentuk mikroemulsi. Karakteristik gel yang terbentuk dapat bervariasi dengan cara meng-adjust proporsi dan konsentrasi dari komposisinya. Bentuk komersial yang paling banyak untuk jenis gel ini adalah produk pembersih rambut.
E.            Gellants lain Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar seperti beeswax, carnauba wax, setil ester wax.
F.            Polivinil alkohol
PVA digunakan dalam emulsi pada konsentrasi 0,5 %. Inkompatibel pada konsentrasi tinggi dengan garam inorganik terutama sulfat dan fosfat (HOPE hal 491-492). Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit. Tersedia dalam beberapa grade yang berbeda dalam viskositas dan angka penyabunan.
G.           Clays (gel anorganik)
Digunakan sebanyak 7-20% sebagai basis. Mempunyai pH 9 sehingga tidak cocok digunakan pada kulit. Viskositas dapat menurun dengan adanya basa. Magnesium oksida sering ditambahkan untuk meningkatkan viskositas. Bentonit harus disterilkan terlebih dahulu untuk penggunaan pada luka terbuka. Bentonit dapat digunakan pada konsentrasi 5-20%. Contohnya : Bentonit, veegum, laponite
Nama gelling agent (sering digunakan)
Konsentrasi
Cara pengembangan
Hidroksi metil selulosa (HPMC)
1-3%
HPMC dikembangkan menggunakan air panas (60-70oC), serbuk didispersikan secara merata diatas air panas yang terdapat dalam wadah, kemudian didiamkan selama satu malam hingga terbasahi sempurna. HPMC yang telah dikembangkan diaduk hingga didapatkan basis gel yang homogen                                                                                                  
HPC
4-6%
HPC dikembangkan menggunakan air dingin. serbuk didispersikan merata diatas air dingin yang terdapat dalam wadah kemudian dibiarkan selama satu malam hingga serbuk terbasahi sempurna, HPC yang telah dikembangkan diaduk hingga didapatkan basis gel yang homogen
HEC

Serbuk HEC didispersikan dengan cepat kedalam air yang sedang diaduk dengan cepat pada suhu kamar, ketika HEC terbasahi sempurna, temperatur larutan dinaikkan menjadi 60-70oC untuk meningkatkan kecepatan dispersi.
Karbomer:TEA (1::1)
0,5-2%
Serbuk karbomer terlebih dahulu didispersikan kedalam air yang sedang diaduk. kuat, hati-hati jangan sampai terbentuk gumpalan yang tidak terdispersi, kemudian netralkan dengan penambahan basa (bisa KOH, NaOH, TEA, borax, Na bikarbonat)
CMC Na
3-6%
Serbuk CMC Na didispersikan diatas air dalam mortar hingga terbasahi semua. aduk larutan CMC Na yang telah terbasahi hingga terbentuk gel yang homogen

2. Bahan tambahan
a. Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent. Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent :
·         Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05 % w/v
·         Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v
·         Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau klorokresol 0,1-0,2 % w/v
·         Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v
·         MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v
·         Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02 % w/v
·         Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v
Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air. Biasanya digunkan pelarut air yang mengandung metilparaben 0,075% dan propilparaben 0,025% sebagai pengawet.
b.      Penambahan Bahan higroskopis Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %
c.       Chelating agent Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat. Contohnya EDTA


Tidak ada komentar:

Google Ads