COD adalah jumlah oksigen (mg O2)
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter
sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent).
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara
biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan
dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom. Reaksinya
sebagai berikut :
HaHbOc + Cr2O72-
+ H+ → CO2 + H2O + Cr3+
Jika pada perairan terdapat bahan
organic yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya tannin, fenol,
polisacharida dan sebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD
daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organic dapat dioksidasi oleh
oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam suasana asam, diperkirakan 95%
- 100% bahan organic dapat dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD
tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD
pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada
perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat
mencapai 60.000 mg.
Prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan
sejumlah tertentu kalium bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel
(dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak
sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan
kalium bikromat ditera dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat
yang terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan
nilai COD dapat ditentukan.
Metoda standar penentuan
kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen Demand (COD) yang
digunakan saat ini adalah metoda yang melibatkan penggunaan oksidator kuat
kalium bikromat, asam sulfat pekat, dan perak sulfat sebagai katalis.
Kepedulian akan aspek kesehatan
lingkungan mendorong perlunya peninjauan kritis metoda standar penentuan COD
tersebut, karena adanya keterlibatan bahan-bahan berbahaya dan beracun dalam
proses analisisnya. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mencari metoda
alternatif yang lebih baik dan ramah lingkungan.
Perkembangan metoda-metoda
penentuan COD dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori. Pertama, metoda yang
didasarkan pada prinsip oksidasi kimia secara konvensional dan sederhana dalam
proses analisisnya. Kedua, metoda yang berdasarkan pada oksidasi
elektrokatalitik pada bahan organik dan disertai pengukuran secara
elektrokimia.
KOK= Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD) adalah jumlah
oksidan Cr2O7(2-) yang bereaksi dengan contoh
uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1000 ml contoh uji.
Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi
oleh Cr2O7(2-) dalam refluks tertutup menghasilkan Cr(3+).
Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2
mg /L) diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O7(2-)
kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 400 nm dan Cr(3+) kuat
mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai
dengan 900 mg/L ditentukan kenaikan Cr(3+) pada panjang gelombang
600 nm. Pada contoh uji dengan nilai KOK yang lebih tinggi, dilakukan
pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian. Untuk nilai KOK lebih kecil atau
sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan konsentrasi Cr2O7(2-)
pada panjang gelombang 420 nm.
KOK= Kebutuhan Oksigen
Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD) adalah jumlah oksidan Cr2O7(2-)
yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk
tiap 1000 ml contoh uji. Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam
contoh uji dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam refluks tertutup
menghasilkan Cr(3+). Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam
ekuivalen oksigen (O2 mg /L) diukur secara spektrofotometri sinar
tampak. Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi pada
panjang gelombang 400 nm dan Cr(3+) kuat mengabsorpsi pada panjang
gelombang 600 nm. Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L ditentukan
kenaikan Cr(3+) pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji
dengan nilai KOK yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu
sebelum pengujian. Untuk nilai KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L
ditentukan pengurangan konsentrasi Cr2O7(2-)
pada panjang gelombang 420 nm.
Pada Trickling
filter terjadi penguraian bahan organik yang terkandung dalam limbah.
Penguraian ini dilakukan oleh mikroorganisme yang melekat pada filter media
dalam bentuk lapisan biofilm. Pada lapisan ini bahan organik diuraikan oleh
mikroorganisme aerob, sehingga nilai COD menjadi turun. Pada proses pembentukan
lapisan biofilm, agar diperoleh hasil pengolahan yang optimum maka dalam hal
pendistribusian larutan air kolam retensi Tawang pada permukaan media genting
harus merata membasahi seluruh permukaan media. Hal ini penting untuk
diperhatikan agar lapisan biofilm dapat tumbuh melekat pada seluruh permukaan
genting.
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa semakin lama waktu
tinggal, maka nilai COD akhir semakin turun (prosentase penurunan COD semakin
besar). Hal ini disebabkan semakin lama waktu tinggal akan memberi banyak
kesempatan pada mikroorganisme untuk memecah bahan-bahan organik yang
terkandung di dalam limbah. Di sisi lain dapat diamati pula bahwa semakin kecil
nilai COD awal (sebelum treatment dilakukan) akan menimbulkan kecenderungan
penurunan nilai COD akhir sehingga persentase penurunan CODnya meningkat
seperti yang ada pada grafik 4.6. Karena dengan COD awal yang kecil ini,
kandungan bahan organik dalam limbah pun sedikit, sehingga bila dilewatkan
trickling filter akan lebih banyak yang terurai akibatnya COD akhir turun.
Begitu pula bila diamati dari sisi jumlah tray (tempat filter media). Semakin
banyak tray, upaya untuk menurunkan kadar COD akan semakin baik. Karena dengan
penambahan jumlah tray akan memperbanyak jumlah ruang / tempat bagi
mikroorganisme penurai untuk tumbuh melekat. Sehingga proses penguraian oleh
mikroorganisme akan meningkat dan proses penurunan kadar COD semakin bertambah.
Jadi prosen penurunan COD optimum diperoleh pada tray ke 3.
Permukaan
media bertindak sebagai pendukung mikroorganisme yang memetabolisme bahan
organik dalam limbah. Penyaring harus mempunyai media sekecil mungkin untuk
meningkatkan luas permukaan dalam penyaring dan organisme aktif yang akan
terdapat dalam volume penyaring akan tetapi media harus cukup besar untuk
memberi ruang kososng yang cukup untuk cairan dan udara mengalir dan tetap
tidak tersumbat oleh pertumbuhan mikroba. Media berukuran besar seperti genting
(tanah liat kering) berukuran 2-4 in akan berfungsi secara maksimal. Media yang
digunakan berupa genting dikarenakan lahan diatas permukaan genting cenderung
berongga dibanding media lain yang biasa mensuplai udara dan sinar matahari
lebih banyak daripada media lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba pada
genting.
Pada
penelitian ini, efisiensi Trickling Filter dalam penurunan COD tidak dapat
menurunkan sampai 60% dikerenakan :
a. Aliran
air yang kurang merata pada seluruh permukaan genting karena nozzle yang
digunakan meyumbat aliran air limbah karena tersumbat air kolam retensi Tawang.
b. Supplay
oksigen dan sinar matahari kurang karena trickling filter diletakkan didalam
ruangan sehingga pertumbuhan mikroba kurang maksimal.
Dalam penumbuahan mikroba
distibusi air limbah dibuat berupa tetesan agar air limbah tersebut dapat
memuat oksigen lebih banyak jika dibanding dengan aliran yang terlalu deras
karena oksigen sangat diperlukan mikroba untuk tumbuh berkembang
Senyawa organik yang terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen dengan elemen aditif nitrogen, sulfur, fosfat, dll
cenderung untuk menyerap oksigen-oksigen yang tersedia dalam limbah air
dikonsumsi oleh mikroorganisme untuk mendegredasi senyawa organik akhirnya
oksigen. Konsentrasi dalam air limbah menurun, ditandai dengan peningkatan COD,
BOD, SS dan air limbah juga menjadi berlumpur dan bau busuk. Semakin tinggi
konsentrasi COD menunjukkan bahwa kandungan senyawa organik tinggi tidak dapt
terdegredasi secara biologis. EM4 pengobatan 10 hari dalam
tangku aerasi harus dilanjutkan karena peningkatan konsentrasi COD. Fenomena
ini menunjukkkan bahwa EM4 tidak bisa eksis baik di kondisi ini air limbah,
karena populasi yang kuat dan jumlah rendah mikroorganisme dalam air limbah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar