Google ads

Selasa, 03 Maret 2015

Drops atau Obat Tetes




     2.3.1. Definisi Drops
Drops atau obat tetes merupakan sediaan cair yang mengandung bahan obat dan bahan pembawa, dimana dosis zat aktif yang digunakan dalam jumlah kecil. Cara pemberiannya dengan cara meneteskan obat yang rute pemberiannya secara lokal maupun sistemik.

2.3.2. Jenis-jenis drops
1.      Obat tetes mulut (Guttae oris)
Obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dulu dengan air, untuk dikumur-kumur, dan tidak untuk ditelan.
2.      Obat tetes telinga (Guttae aericulares)
Obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga, kecuali dinyatakan lain , tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air, seperti gliserin dan propilen glikol.
3.      Obat tetes hidung (Guttae nasales)
Obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara menetes obat   ke dalam rongga hidung. Biasanya dapat mengandung zat pensuspensi, dapar dan pengawet.
4.      Obat tetes mata (Guttae  ophtalmicae)
Sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata atau bola mata.

2.3.3.      Syarat Drops
Oleh karena sediaan drops memiliki komponen yang hampir sama dengan sediaan sirup, maka syarat sediaan drops juga hampir sama dengan sediaan sirup yaitu :
a.  Memenuhi persyaratan uji homogenitas
b.  Memenuhi persyaratan uji bobot jenis
c.  Memenuhi persyaratan uji pH
d.  Memenuhi persyaratan uji kekentalan atau viskositas
e.  Memenuhi persyaratan uji mikrobiologi
  Sediaan drops harus bebas dari bakteri : Salmonella, E. Coli dan   Pseudomonas.
f.       Dosis dapat terjaga dengan penggunaan droper (pentetes) yang akurat dan telah dilakukan prakalibrasi sesuai dosis yang diresepkan (dalam ml).

2.3.4.  Keuntungan dan Kerugian Sediaan Drops
2.3.4.1.  Keuntungan Sediaan Drops :
a.  sangat baik digunakan untuk pemberian dosis kecil
b. memberi kemudahan dalam pemberian, khususnya bagi    usia bayi dan balita yang belum dapat menelan obat dengan baik.
c.  Obat lebih mudah diabsorbsi.
e.  Dosis, rasa, warna dan bau dapat diatur.
f.  Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan.
2.3.4.2.  Kerugian Sediaan Drops :
a.   Stabilitas bentuk larutan biasanya kurang baik.
b.   Diperlukan ketepatan dosis yang presisi.
c.       Kesulitan dalam masalah formulasi unttuk menutupi rasa zat aktif yang pahit dan tidak menyenangkan.
3.3.  Pengujian
a.  Uji pemerian
     Uji pemerian dilakukan secara visualisasi dengan cara melihat sejumlah
     10 ml sediaan, lalu diamati warna, bentuk, rasa, dan baunya.
b.      Uji penetapan kadar
1.      Metode titrasi bebas air
-          Timbang seksama 1,5 g
-          Larutkan dalam 25 ml asam asetat glasial P
-          Tambahkan 25 ml dioksan P
-          Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N
-          Gunakan indikator 5 tetes kristal violet LP hingga warna biru
1 ml asam perklorat 0,1 N ~ 41,34 mg C22H23NO7

2.      Metode instrumen
-          Buat larutan sampel sejumlah 60 µg/ml dalam media metanol
-          Periksa pada spektrofotometer pada panjang gelombang 260 nm -290 nm
-          Kadar dilihat dengan rumus :



c.       Uji berat jenis
Prosedur :
-          timbang berat piknometer = x gram
-          timbang berat piknometer ditambah air = y gram
-          timbang berat volume piknometer = y – x = z gram
-          timbang berat piknometer ditambah sediaan = p gram
-          timbang berat sediaan = (p – x) gram
-          bobot jenis sediaan = ( p – x ) : Z gram/ml

d.      Uji viskositas
Prosedur :
-          Siapkan viskometer Brookfield
-          Masukkan sejumlah seediaan drops hingga tercelup oleh spindel yang sesuai
-          Putar spindel hingga nilai viskositas konstan (5 menit)



e.       Uji volume
   Prosedur :
-          Tuang dalam gelas ukur 15 ml
-          Lihat volume (15 ml)

f.       Uji pH
   Prosedur :
   Ambil 10 ml sediaan, masukkan dalam wadah dan ukur pH dengan pH   meter yang sebelumnya telah dikalibrasi.

Tidak ada komentar:

Google Ads