2.3.1. Definisi Drops
Drops atau obat tetes merupakan sediaan cair yang
mengandung bahan obat dan bahan pembawa, dimana dosis zat aktif yang digunakan
dalam jumlah kecil. Cara pemberiannya dengan cara meneteskan obat yang rute
pemberiannya secara lokal maupun sistemik.
2.3.2. Jenis-jenis drops
1.
Obat
tetes mulut (Guttae oris)
Obat tetes yang digunakan
untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dulu dengan air, untuk
dikumur-kumur, dan tidak untuk ditelan.
2.
Obat
tetes telinga (Guttae aericulares)
Obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan
obat ke dalam telinga, kecuali dinyatakan lain , tetes telinga dibuat
menggunakan cairan pembawa bukan air, seperti gliserin dan propilen glikol.
3.
Obat
tetes hidung (Guttae nasales)
Obat tetes yang digunakan
untuk hidung dengan cara menetes obat ke
dalam rongga hidung. Biasanya dapat
mengandung zat pensuspensi, dapar dan pengawet.
4.
Obat
tetes mata (Guttae ophtalmicae)
Sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang
digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di
sekitar kelopak mata atau bola mata.
2.3.3. Syarat
Drops
Oleh karena sediaan drops memiliki komponen yang hampir
sama dengan sediaan sirup, maka syarat sediaan drops juga hampir sama dengan
sediaan sirup yaitu :
a. Memenuhi
persyaratan uji homogenitas
b. Memenuhi persyaratan
uji bobot jenis
c. Memenuhi
persyaratan uji pH
d. Memenuhi
persyaratan uji kekentalan atau viskositas
e. Memenuhi
persyaratan uji mikrobiologi
Sediaan drops harus bebas dari bakteri :
Salmonella, E. Coli dan Pseudomonas.
f.
Dosis
dapat terjaga dengan penggunaan droper (pentetes) yang akurat dan telah
dilakukan prakalibrasi sesuai dosis yang diresepkan (dalam ml).
2.3.4. Keuntungan
dan Kerugian Sediaan Drops
2.3.4.1. Keuntungan Sediaan Drops :
a. sangat baik digunakan untuk pemberian dosis
kecil
b.
memberi kemudahan dalam pemberian, khususnya bagi usia bayi dan balita yang belum dapat
menelan obat dengan baik.
c. Obat lebih mudah diabsorbsi.
e. Dosis, rasa, warna dan bau dapat diatur.
f. Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh
zat-zat iritan.
2.3.4.2. Kerugian Sediaan Drops :
a. Stabilitas bentuk larutan biasanya kurang
baik.
b. Diperlukan ketepatan dosis yang presisi.
c.
Kesulitan
dalam masalah formulasi unttuk menutupi rasa zat aktif yang pahit dan tidak
menyenangkan.
3.3. Pengujian
a. Uji pemerian
Uji pemerian dilakukan secara visualisasi
dengan cara melihat sejumlah
10 ml sediaan, lalu diamati warna, bentuk,
rasa, dan baunya.
b.
Uji
penetapan kadar
1.
Metode
titrasi bebas air
-
Timbang
seksama 1,5 g
-
Larutkan
dalam 25 ml asam asetat glasial P
-
Tambahkan
25 ml dioksan P
-
Titrasi
dengan asam perklorat 0,1 N
-
Gunakan
indikator 5 tetes kristal violet LP hingga warna biru
1 ml asam perklorat 0,1 N ~
41,34 mg C22H23NO7
2.
Metode
instrumen
-
Buat
larutan sampel sejumlah 60 µg/ml dalam media metanol
-
Periksa
pada spektrofotometer pada panjang gelombang 260 nm -290 nm
-
Kadar dilihat dengan rumus :

c.
Uji
berat jenis
Prosedur :
-
timbang
berat piknometer = x gram
-
timbang
berat piknometer ditambah air = y gram
-
timbang
berat volume piknometer = y – x = z gram
-
timbang
berat piknometer ditambah sediaan = p gram
-
timbang
berat sediaan = (p – x) gram
-
bobot
jenis sediaan = ( p – x ) : Z gram/ml
d.
Uji
viskositas
Prosedur :
-
Siapkan
viskometer Brookfield
-
Masukkan
sejumlah seediaan drops hingga tercelup oleh spindel yang sesuai
-
Putar
spindel hingga nilai viskositas konstan (5 menit)
e.
Uji
volume
Prosedur :
-
Tuang
dalam gelas ukur 15 ml
-
Lihat
volume (15 ml)
f.
Uji
pH
Prosedur :
Ambil 10 ml sediaan, masukkan dalam wadah
dan ukur pH dengan pH meter yang
sebelumnya telah dikalibrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar