Google ads

Sabtu, 28 Februari 2015

ASMA



PENDAHULUAN
Asma merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang menyerang saluran nafas. Inflamasi saluran nafas berupa hiperresponsif yaitu obstruksi dan aliran udara nafas yang terbatas (bronkokontriksi, sekresi mukus yang berlebih, dan peningkatan inflamasi) (6).
EPIDEMIOLOGI
Asma dapat timbul pada segala umur, 30 % penderita bergejala pada umur 1 tahun sedangkan 80 – 90 % anak asma mempunyai gejala pertamanya sebelum umur 4 – 5 tahun. Sebagian besar anak yang terkena asma kadang – kadang hanya mendapatkan serangan ringan sampai sedang dan relative mudah ditangani.Sebagian kecil mengalami asma berat yang terus menerus daripada yang musiman. Anak – anak yang paling berat terkena asma mulai timbul mengi pada tahun pertama kehidupan dan mempunyai riwayat keluarga asma serta penyakit alergi lain (2).
Penelitian longitudinal menunjukkan bahwa sekitar 50% dari semua anak asma sebenarnya bebas gejala dalam 10 – 20 tahun tetapi sering terjadi kekambuhan pada masa kanak – kanak. Pada anak yang menderita asma ringan yang timbul antara umur 2 tahun hingga pubertas angka kesembuhan sekitar 50 % dan hanya 5 % yang mengalami penyakit berat. Sebaliknya anak dengan asma berat yang ditandai dengan penyakit kronis dengan riwayat inap di rumah sakit yang sering jarang membaik dan sekitar 95 % menjadi orang dewasa asmatis.Faktor resiko terjadinya serangan asma (2) :
-          Lingkungan
-          Umur ibu kurang dari 20 tahun pada saat melahirkan
-          Berat badan bayi kurang dari 2500 gram
-          Ibu merokok (lebih dari setengah bungkus sehari)
-          Ukuran rumah kecil
-          Jumlah anggota keluarga banyak
-          Paparan allergen pada saat bayi kuat
-          Seringnya infeksi pernafasan pada awal masa kanak – kanak
ETIOLOGI
Ø  Faktor imunologis
Asma ekstrinsik lebih mudah mengenali rangsangan pelepasan mediator daripada asma intrinsik. Penderita asma dari semua umur biasanya mempunyai kadar serum IgE yang tinggi yang terjadi karena adnya atopi, tetapi tidak semua penderita asma disebabkan oleh allergen atau alergennya tidak diketahui (2).
Ø  Agen virus merupakan pemicu infeksi asma yang paling penting. Padaanak yang berumur lebih muda virus sinsisial respiratorik (VSR) dan virus para influenza  yang paling sering terlibat sedangkan pada anak yang lebih tua Rhinovirus juga  terlibat. Agen virus dapat bekerja mencetuskan asma melalui rangsangan reseptor aferen vagus dari sistem kolinergik di jalan nafas (2).
Ø  Faktor Endokrin
Kondisi asma memburuk pada saat kehamilan dan menstruasi terutama premenstruasi  dan wanita menopause. Asma membaik pada beberapa anak saat pubertas.Tirotoksikosis menambah keparahan asma tetapi mekanismenya tidak diketahui (2).
Ø  Faktor psikologis
Faktor emosi dapat memicu gejala pada beberapa anak dan dewasa yang berpenyakit asma. Gangguan emosi dan tingkah  laku sangat mempengaruhi serangan asma itu sendiri (2).
PATOFISOLOGI
Allergen yang masuk dalam tubuh merangsang sel plasma menghasilkan IgE yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Kemudian mengalami degranulasi dan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin, leukotrien, faktor aktivasi platelet, bradikinin, dan lain – lain. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema, peningkatan produksi mukus, dan kontraksoi otot polos secara langsung atau melalui saraf simpatis (7).






KLASIFIKASI ASMA
  • Berdasarkan derajat keparahan

Keparahan Asma
Keparahan Gejala
Gejala pada malam hari

1.   Persisten berat
1.   Gejala terus menerus
Aktifitas fisik terbatas
2.   Eksaserbasi sering mengganggu aktifitas normal
Sering
2.   Persisten sedang
1.   Gejala harian
2.   Eksaserbasi ≥ 2x perminggu ; dapat berlangsung beberapa hari; dapat mempenagruhi aktifitas
>2x per minggu
3.   Persisten ringan
1.   Gejala >2x per minggu tetapi <1x per hari
2.   Eksaserbasi dapat mempengaruhi aktivitas
>2x per bulan
4.   Intermitten ringan
1.   ≤ 2x per minggu
2.   Asimptomatik dan PEF normal antara masa eksaserbasi
3.   Eksaserbasi singkat (dari beberapa jam samapi beberapa hari); intensitas dapat bervariasi
≤ 2x perbulan

Sumber : American academy of Allergy Asthma and immunology; The Allergy report, Milwaukee, 2000, The academy (7).

  • Berdasarkan serangan asma
Asma
Sesak nafas
Berbicara
Kesadaran
Frek
Nafas
Pemakaian Otot bantu Nafas
Mengi
Nadi
APE
Saturasi  O2
PaO2
PaCO2
Ringan
Ketika berjalan, tapi bisa beristirahat
Lancar
Mungkin
Agitasi
< 20x
Tidak pakai
Akhir eksipirasi paksa
<110x/mnt
>80%
>95%
Normal
<45mmHg
Sedang
Waktu berbicara, tapi nyaman ketika duduk

Terbata-bata
Biasanya agitasi
20-30x
Ada
Akhir eksipirasi
100-120x/mnt
60-80%
91-95%
>60mmHg
<45mmHg
Berat
Saat istirahat, tapi nyaman saat duduk bungkuk
Kata demi kata
Agitasi
>30x/mnt
Biasanya ada
Ekspirasi
Dan
Inspirasi
>120/mnt
<60% atau
< 100L/mnt
<90%
<60mmHg
>45mmHg

MANIFESTASI KLINIS
Pada anak yang rentan inflamasi di saluran nafas dapat menyebabkan timbulnya episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan, dan batuk khususnya pada malam dan dini hari.Penderita dengan asma berat bersikap duduk membungkuk yang membuatnya lebih mudah bernafas.Nyeri abdomen terutama pada anak yang lebih muda, hati dan limpa dapat teraba karena hiperinflasi paru, sering disertai muntah, demam  ringan hanya karena kerja pernafasan yang berat, deformitas dada merupakan tanda penyumbatan jalan nafas asma berat yang kronis dan terus menerus (7)
PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi (2):
1.      Memulihkan gejala asma
2.      Mencegah dan mengurangi frekuensi gejala berulang
3.      Mempertahankan fungsi paru normal atau mendekati normal dan mempertahankan tingkat aktifitas normal termasuk olahraga
Walaupun pengobatan asma pada ruang rawat inap dan bagian gawat darurat merupakan
hal biasa yang dilakukan, tujuan akhirnya adalah pencegahan eksaserbasi serius yang memerlukan terapi yang berbasis rumah sakit. Pada manajemen asma kronik, terdapat 4 komponen terapi (2):
1.      Pendidikan pasien
2.      Penilaian dan pemantauan keparahan asma dengan pengukuran objektif fungsi paru
3.      Menghndari pemicu asma
4.      Penyusunan rencana komprehensif terapi farmakologis, termasuk rencana untuk menangani eksaserbasi
Terapi Non Farmakologi (5)
1.      Edukasi pasien dan keluarga mengenai penyakit asma, faktor pencetus asma, penggunaan obat asma, dan cara menghindari serangan asma.
2.      Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
3.      Pemberian oksigen
4.      Banyak minum untuk menghindari dehidrasi
5.      Kontrol secara teratur
6.      Pola hiidup sehat

Google Ads