Google ads

Jumat, 18 Januari 2013

Uji toksisitas (Brine shrimp lethality test)


Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan suatu metoda yang digunakan untuk menguji bahan-bahan yang bersifat toksik (Ahmed et al., 2011). Toksisitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu zat yang memiliki sifat destruktif pada sel terutama yang menyangkut proses suatu sel dalam sistem kekebalan tubuh (Clayman, 1989).
Uji toksisitas menggunakan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ini pertama kali dilakukan oleh Meyer et al (1982). Mereka mengujikannya pada larva udang Artemia salina Leach sebagai hewan percobaan. Pengujian dengan larva udang ini merupakan skrining awal untuk senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat sebagai antikanker. Hasil uji toksisitas dengan metoda BSLT dapat diketahui dari jumlah kematian larva udang Artemia salina Leach karena pengaruh ekstrak atau senyawa tertentu dari dosis yang telah ditentukan. Metoda BSLT mempunyai kemampuan dalam mendeteksi 14 diantara 24 ekstrak etanol spesies Euphorbiaceae yang aktif terhadap uji 9-PS (sel leukimia in vitro pada tikus) pada penelitian Meyer (1982), dan kemampuannya mendeteksi 5 diantara 6 senyawa yang aktif terhadap uji sel karsinoma nasofaring, serta banyak penelitian yang lain yang membuktikan bahwa BSLT dapat memberikan korelasi yang baik terhadap uji tersebut. Selain itu, BSLT memiliki beberapa keuntungan, antara lain pelaksanaannya sederhana, waktu relatif cepat, tidak memerlukan peralatan khusus, menggunakan sedikit sampel, serta tidak memerlukan serum hewan seperti pada metoda sitotoksik lainnya (Indiastuti et al., 2008).
Untuk mengukur tingkat toksisitas suatu senyawa dapat digunakan beberapa pengukuran, yaitu LC50 (Lethal Concentration 50%), LD50 (Lethal Dose 50%) dan ED50 (Efective Dose 50%). LC50 (Lethal Concentration 50%) adalah konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian 50% hewan percobaan selama waktu tertentu. LD50 (Lethal Dose 50%) adalah dosis yang dibutuhkan untuk membunuh 50% organisme uji. ED50 (Efective Dose 50%) adalah dosis 50% organisme uji memperlihatkan efek aktivits yang nyata. Pada metode BSLT, pengukuran tingkat suatu senyawa digunakan LC50. Suatu tanaman atau hasil isolasi dianggap menunjukkan aktivitas toksisitas bila mempunyai nilai LC50 kecil dari 1000 ppm, sedangkan untuk senyawa murni dianggap  menunjukkan aktivitas toksisitas bila mempunyai nilai LC50 kecil dari 200 ppm.
2.5. Larva Artemia salina Leach
          Artemia salina Leach adalah udang-udangan tingkat rendah yang hidup sebagai zooplankton, dan menghuni perairan yang berkadar garam tinggi. Apabila kadar garam kurang dari 6% telur Artemia salina Leach akan tenggelam sehingga telur tidak bisa menetas. Sedangkan apabila kadar garam lebih dari 25% telur akan tetap berada dalam kondisi tersuspensi, sehingga dapat menetas dengan normal (Fox, 2004; Harefa, 1997)
 
Klasifikasi Artemia salina Leach sebagai berikut:
Filum     :Arthropoda 
Kelas     : Crustacea
Subklas  :Branchipoda           
Ordo      : Anostraca
Famili    : Artemiidae
Genus    : Artemia
Brine shrimp merupakan nama lain dari Artemia, yaitu suatu kelompok udang-udangan dari phylum Arthopoda. Artemia ini hidup di danau-danau garam (berair asin) yang ada diseluruh dunia. Kista Artemia akan tenggelam dan tidak menetas jika kadar garam tempat hidupnya kurang dari 6%, dan akan menetas jika kadar garam lebih dari 25%.Kista dari Artemia ini dapat hidup bertahun-tahun, bahkan ada yang hidup sampai lebih dari 10.000 tahun. Kista Artemia akan menetas menjadi embrio setelah 15-20 jam pada suhu 25°C, kemudian dalam waktu beberapa jam embrio ini akan berubah menjadi naupli yang sudah dapat berenang bebas. Naupli yang berwarna kecoklatan inilah yang dijadikan pengamatan pada uji Brine Shrimp LethalityTest (BSLT) (Harefa, 1997).


Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan Artemia adalah salinitas, oksigen terlarut, suhu, pH, aerasi.Salah satu keistimewaan Artemia adalah kemampuannya dalam beradaptasi terhadap rentang salinitas yang luas. Salah satu keunggulan jasad renik ini adalah kemampuannya dalam beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan, seperti salinitas dan suhu.(Muhammaad, 2014). Untuk memungkinkan hidupnya naupli diperlukan temperatur 25-30ºC dengan kadar salinitas 30-35 ppt sedangkan pH yang diperlukan adalah 8-9, jika pH dibawah 5 atau diatas 10 udang tersebut dapat mati. Cahaya yang cukup sangat dibutuhkan dalam proses penetasan dan akan menguntungkan bagi pertumbuhannya. Selain itu suplai oksigen juga harus tetap dijaga agar naupli dapat tetap hidup dan berkembang.

Penggunaan udang Artemia salina Leach dalam uji toksisitas dengan metoda Brine Shrimp LethalityTest ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain kista mudah didapat, murah, mudah disimpan beberapa tahun ditempat yang kering, dan tidak memerlukan kondis aseptis yang khusus, serta udang ini memiliki sensitivitas yang lebih tinggi tehadap senyawa toksik bila dibandingkan dengan organisme laut lainnya. Pertumbuhan dari udang Artemia salina Leach yang cepat ini dapat dikorelasikan dengan pertumbuhan sel kanker yang cepat, sehingga metoda ini dapat digunakan sebagai penapisan awal senyawa yang bersifat sitotoksik (Ayo   et al., 2007; Krishnaraju et  al., 2005; Pisutthanan et al., 2004; Lellau et  al., 2003; Meyer et al. 1982).

2.6.2.   Media perkembangbiakan Artemia salina
Diperlukan media yang khusus dalam pembiakkan udang artemia untuk uji Brine shrimp tersebut, tetapi media yang digunakan dapat dibuat dalam bentuk sederhana dan murah (Harefa, 1997). Media dibuat dalam bentuk kaca yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang gelap dan bagian yang terang. Kista udang diletakkan pada bagian yang gelap dan akan bergerak kedaerah yang terang setelah menetas menjadi larva. Untuk membiakkan udang artemia diperlukan media dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1.                  Salinitas antara 20-30 ppt (parts per thousand) atau 1-2 sendok teh garam per liter air tawar. Untuk buffer dapat ditambahkan magnesium sulfate (20% dari konsentrasi air garam) atau setengah sendok teh per liter air.
2.                  Suhu air 26-28ºC (suhu kamar)
3.                  Berikan sinar selama penetasan (dapat digunakan lampu standar grow-lite atau lampu 60 watt).
4.                  Aerasi yang cukup, untuk menjaga oksigen terlarut sekitar 3 ppm.
5.                  pH 8 atau lebih, jika pH turun dibawah 7 dapat ditambahkan soda kue untuk menaikkan pH.
6.                  Kepadatan sekitar 2 gram perliter (Harefa, 1997).
Penetasan terbaik menurut Bahari (2011) adalah pada suhu 28ºC dengan salinitas sekitar 35%
2.6.3.   Pengujian toksisitas dengan metodeBrine Shrimp LethalityTest(BLST)
            Untuk pengujian toksisitas dengan metoda Brine Shrimp LethalityTest ini diperlukan larutan sampel dengan 3 konsentrasi, dimana biasanya dipakai konsentrasi 1000, 100, dan 10 ppm, atau jika belum mencapai LC50 pada konsentrasi tersebut, dapat diturunkan jadi 1 ppm. Tetapi konsentrasi ini tidak mutlak, dapat digunakan jumlah konsentrasi sesuai yang diinginkan, misalnya 250, 25 dan 2,5 ppm. Vial dapat digunakan sebagai wadah untuk sampel yang sudah dibuat dalam berbagai konsentrasi tersebut, dimana masing-masing konsentrasi dibuat 3 vial (3 kali pengulangan). Jumlah larva yang diperlukan untuk uji adalah 10 ekor untuk masing-masing vial. Kematian larva  udang dapat diamati setelah 24 jam, jumlah hewan yang mati dalam masing-masing vial dapat digunakan untuk menghitung LC50  (Novianti., etal 2013).
 
Siklus hidup Artemia salina Leach dimulai dari saat menetasnya kista atau telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 25ºC kista akan menetas menjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan menyelesaikan perkembangannya kemudian berubah menjadi naupli yang sudah akan bisa berenang bebas. Artemia salina Leach yang baru menetas tidak akan makan, karena mulut dan anusnya belum terbentuk sempurna. Pada awalnya naupli akan berwarna orange kecoklatan akibat masih mengandung kuning telur dalam tubuhnya, yang akan bertahan selama 72 jam. Sehingga naupli tidak membutuhkan makanan untuk selang waktu 72 jam tersebut. Untuk kultur pertumbuhan selanjutnya, larva membutuhkan makanan berupa mikro alga, bakteri dan dentritus organik lainnya. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi dewasa dalam waktu 8 hari (Fox, 2004; Harefa, 1997).
Variabel yang penting dalam membiakkan udang Artemia salina Leach ini adalah pH, temperatur, cahaya dan oksigen. pH 8-9 merupakan yang paling baik, sedangkan pH dibawah 5 atau lebih besar dari 10 dapat membunuh Artemia salina Leach. Cahaya minimal diperlukan dalam proses penetasan dan akan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan mereka. Lampu standar grow-lite sudah cukup untuk keperluan hidup Artemia salina Leach (Fox, 2004; Harefa, 1997).

            Uji toksisitas merupakan uji pendahuluan untuk mengamati aktivitas farmakologi suatu senyawa. Prinsip uji toksisitas adalah bahwa komponen bioaktif selalu bersifat toksik jika diberikan dengan dosis tinggi dan menjadi obat pada dosis rendah. Larva udang memiliki kulit yang tipis dan peka terhadap lingkungannya sehingga banyak digunakan dalam uji toksisitas. Zat atau senyawa asing yang ada di lingkungan akan terserap ke dalam tubuh secara difusi dan langsung memengaruhi  kehidupannya. Larva udang yang sensitif ini akan mati apabila zat atau senyawa asing  tersebut bersifat toksik. Uji toksisitas digunakan untuk mengetahui pengaruh racun yang dihasilkan oleh dosis tunggal dari suatu campuran zat kimia pada hewan coba sebagai uji pra skrining senyawa bioaktif antikanker (Hamburger & Hostettmann, 1991; Mc. Laughlin & Rogers, 1998)
            Uji toksisitas mempunyai korelasi dengan aktivitas obat antikanker. Berdasarkan pada nilai-nilai IC50, sitotoksisitas yang tingkat ekstrak dapat dibagi menjadi kuat (<100 μg/ml), sedang (101-200 μg/ml), dan lemah (>200 μg/ml). Semakin rendah nilai IC50 semakin tinggi toksisitas terhadap kematian hewan percobaan, maka senyawa tersebut aktif terhadap sel tumor atau sel kanker (Subarnas et al., 2012).
            Salah satu metoda yang digunakan untuk menguji senyawa yang memiliki bioaktivitas sebagai antikanker dari senyawa yang diisolasi adalah Brine shrimp lethality test (BSLT), dimana tujuan dari penggunaan metode ini adalah sebagai uji pendahuluan yang dapat mendukung penemuan senyawa-senyawa antikanker (Mudi & Salisu, 2009).


b.      Uji Toksisitas Terhadap Hasil Ekstraksi dengan Metode BSLT (Zou, et al., 2014)

Kista udang Artemia salina Leach ditetaskan dalam wadah pembiakan yang berisi air laut, dan digunakan setelah 48 jam setelah larva menetas. Pengujian dilakukan dengan konsentrasi 1000, 100, 10 ppm dengan pengulangan masing-masing tiga kali. Sebanyak 40 mg ekstrak uji dilarutkan dalam 4 ml metanol (larutan induk 10.000 ppm). Pembuatan  konsentrasi 100 ppm dengan cara pengenceran larutan induk 10.000 ppm sebanyak 0,5 ml ditambahkan metanol hingga 5 ml maka diperoleh konsentrasi ekstak uji 1000 ppm kemudian di pipet sebanyak 0.5 ml larutan ekstrak uji tersebut ke dalam vial uji hingga nantinya didapat konsentrasi 100 ppm setelah penambahan air laut hingga 5 ml dan untuk konsentrasi 10 ppm dibuat dari larutan uji 100 ppm dengan cara yang sama.
Masing-masing vial uji dibiarkan metanolnya menguap. Larutkan kembali ekstrak uji dengan DMSO sebanyak 50 ml, selanjutnya tambahkan air laut hingga batas kalibrasi (5 ml). Masukkan larva udang pada masing-masing vial sebanyak 10 ekor. Kemudian amati larva udang setelah 24 jam. Dari data yang dihasilkan dihitung LC50 dengan  metode kurva menggunakan tabel probit.
Untuk kontrol, DMSO sebanyak 50 ml dipipet dengan menggunakan pipet mikro ke dalam vial uji, dan ditambahkan air laut. Masukkan larva Artemia salina Leach 10 ekor. Masing-masing kosentrasi dibuat 3 kali pengulangan.

Lethal Concentration 50 (LC50)

LC50 (Lethal Concentration 50%) adalah besarnya konsentrasi yang dapat membunuh hewan percobaan sebanyak 50% dari keseluruhannya.Untuk uji toksisitas dengan metoda Brine shrimp, sampel uji dikatakan aktif jika LC50 kecil dari 1000 ppm.Sejauh ini metoda penentuan LC50 ada 3 macam, yaitu metoda Kurva, metoda dan Farmakope Indonesia(Pradipta, 2007).
 Metode Kurva
Metode kurva menggunakan log kertas probit yang di desain khusus untuk perhitungan dosis/respon. Metoda ini pertama kali dikembangkan oleh Miller dan Trainter. Garis vertikal menyatakan nilai probit dan persentasi respon. Sedangkan garis horizontal menyatakan dosis/konsentrasi yang digunakan Dari kurva baku dapat diturunkan harga LC50  (Meyer et al., 1982).
Tabel 2.1. Nilai probit sesuai dengan besarnya persentase kematian
%
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
….
2,674
2,946
3,119
3,249
3,555
3,445
3,524
3,595
3,659
10
3,718
3,773
3,825
3,874
3,920
3,964
4,006
4,046
4,085
4,122
20
4,158
4,194
4,228
4,261
4,294
4,326
4,357
4,387
4,417
4,447
30
4,476
4,504
4,532
4,560
4,597
4,615
4,642
4,668
4,695
4,721
40
4,747
4,773
4,798
4,824
4,849
4,900
4,925
4,950
4,950
4,975
50
5,000
5,050
5,05
5,075
5,100
5,126
5,151
5,202
5,202
5,227
60
5,253
5,279
5,305
5,332
5,358
5,385
5,413
5,468
5,468
5,496
70
5,524
5,553
5,583
5,613
5,643
5,674
5,706
5,772
5,772
5,806
80
5,842
5,878
5,915
5,954
5,994
6,036
6,080
6,175
6,175
6,227
90
6,282
6,341
6,405
6,476
6,476
6,645
6,751
6,881
7,054
7,326
100
9,768
-
-
-
-
-
-
-
-
-

 Metode Farmakope Indonesia.
  Pada metoda ini, LC50 dapat dihitung secara matematis dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Farmakope Indonesia IV, 1995):
M      =            a – b ( Spi – 0,5 ),
dimana :
M      =Log LD50 atau LC50
a        = Log dosis atau konsentrasi terendah yang masih dapat menyebabkan kematian100% pada hewan percobaan.
b        = Beda log dosis atau konsentrasi yang berurutan
Spi    =Jumlah hewan yang mati dibagi dengan jumlah hewan seluruhnya yang
         menerima dosis atau konsentrasi
 
 

Tidak ada komentar:

Google Ads