Google ads

Jumat, 18 Januari 2013

Diabetes mellitus



 Diabetes adalah sebuah kondisi di mana tubuh tidak dapat mengatur jumlah gula (glukosa) ke dalam darah dan juga merupakan golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah. Para peneliti mengidentifikasi berbagai gen yang berhubungan dengan pertumbuhan diabetes tipe 1. Kepercayaan adat tentang etiologi, penyebab, diabetes tipe 1 yaitu kondisi dimana seseorang mungkin memiliki kecenderungan genetik, lingkungan juga menjadi pemicu seperti virus, toksin, obat untuk memulai proses autoimun yang menyebabkan diabetes tipe 1 memproduksi insulin menghancurkan sel beta pankreas.

Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 berpengaruh hanya 5% dari seluruh penderita diabetes. Penyebab utamanya ialah terjadinya kekurangan hormon insulin pada proses penyerapan makanan. Sampai saat ini belum ada obat klinis untuk diabetes tipe 1.

Diabetes tipe 2

Pada Diabetes Tipe 2 gangguan utama justru terjadi pada volume reseptor (penerima) hormon insulin, yakni sel-sel darah. Dalam diabetes tipe 2 reseptor sel yang merespon terhadap insulin baik tidak bekerja sepenuhnya atau tidak menyebabkan resistensi insulin sampai untuk menandai. Faktor penyebab Diabetes tipe 2 adalah faktor usia, gaya hidup aktif dan keturunan.
Diabetes mellitus tipe 2 atau bisa juga dikenal dengan diabetes mellitus sekunder umumnya terjadi karena adanya gangguan pada seksresi insulin basal dan juga terjadi penurunan sensitivitas jaringan, terutama jaringan hepar terhadap insulin. Gejala yang sering terjadi biasanya adalah sering kencing dan merasa haus karena akibat dari poliuria. Kemudian juga terjadi hiperglikemia yang dapat dipastikan dengan adanya pemeriksaan laboratorium. Dan dapat juga terjadi komplikasi penyakit kardiovaskular. Jika telah mengalami gangguan peredaran darah, terkena serangan jantung, stroke atau hipertensi, mungkin menghadapi peningkatan risiko diabetes tipe 2. Peningkatan insidensi DM akan meningkatkan insidensi komplikasi akibat diabetes tersebut. Dari berbagai penelitian didapatkan sebanyak 30-40% penderita DM tipe 2 (DMt2) akan mengalami kerusakan ginjal berupa nefropati diabetik yang pada akhirnya akan jatuh ke gagal ginjal terminal yang akan memerlukan hemodialisis. Selain komplikasi pada organ ginjal ini, DM ini juga sebagai penyebab peningkatan insidensi kesakitan dan kematian penyakit kardiovaskuler. Dengan meningkatnya insidensi DMt2 maka secara signifikan akan meningkatkan pula insidensi gagal ginjal dan penyakit kardiovaskuler. Wanita hamil juga dapat beresiko diabetes – gestational diabetes. Jika melahirkan bayi yang besar, dapat meningkatkan resiko seorang wanita akan mengembangkan diabetes di masa depan.
Epidemiologi
Seperti sudah diungkapkan sebelumnya, bahwa insidensi penyakit kardiovaskuler dan gagal ginjal terus meningkat sejalan dengan peningkatan insiden DMt2. Banyak cara telah dilakukan untuk upaya pencegahan meningkatnya insiden tersebut, antara lain upaya mengendalikan hipertensi salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner. Obat anti hipertensi yang layak digunakan telah banyak ditawarkan pada pengelolaan hipertensi penderita DMt2. Diharapkan dapat terkontrol dengan baik tekanan darah akan menyebabkan pengurangan resiko penyakit kardiovaskuler, tetapi dari berbagai penelitian ternyata insiden penyakit kardiovaskuler tetap meningkat, equivalent dengan peningkatan insiden DMt2. Hal ini disebabkan karena pada DMt2 masih terdapat faktor risiko lain, selain hipertensi seperti dislipidemia, sehingga perlu dipikirkan adanya pengelolaan faktor-faktor resiko lain selain pengelolaan hipertensi yang baik. Dengan demikian pengelolaan faktor risiko lain seharusnya perlu dilakukan secara bersama dengan pengelolaan hipertensi dengan mencapai target terapi yang diharapkan.

Relevansi Hiperglikemia dengan peningkatan Risiko Penyakit Kardiovaskuler
Pada diabetes melitus, selain keadaan hiperglikemia/ gangguan toleransi glukosa sebagai faktor resiko, juga dapat ditemukan faktor resiko kardiovaskuler lain, seperti resistensi insulin, hiperinsulinemia, dislipidemia, hipertensi, hiperkoagulasi, obesitas visceral dan mikroalbuminuria. Keadaan yang sangat multifaktorial ini menyebabkan insidensi penyakit kadiovaskuler pada diabetes tinggi dan terus meningkat apabila pengelolaannya tidak komprehensif. Dasar patofisiologi dari kelainan tersebut adalah adanya gangguan pada metabolisme (Abnormality Metabolism) yang sering dikemukakan akhir-akhir ini sebagai sindroma metabolik.

Sindroma Metabolik
Batasan Sindroma metabolik yang diajukan oleh National Cholesterol Education Program, Adult Treatment Panel III, tahun 2001 bahwa Faktor resiko adanya sindroma metabolik adalah Obesitas Abdominal (Lingkar panggul) pada laki laki> 102 cm ( 40 inci ) dan wanita > 88 cm ( 35 inci), Kadar trigleserida ≥ 150 mg/dl ( 1,7 mmol/L ), Kadar kolesterol HDL pada laki laki < 40 mg/dl ( 1.4 mmol/L) dan wanita < 50 mg/dl ( 1,3 mmol/L ), Tekanan darah ≥ 130/ ≥ 85 mmHg serta Glukosa puasa ≥ 110 mg/dl ( 6,0 mmol/L).
Hubungan sidroma metabolik dengan faktor resiko penyakit kardiovaskuler adalah dengan terjadinya proses atherosklerosis yang menggambarkan terjadinya disfungsi endotel. Faktor faktor tekanan darah, obesitas abdominal, hiperinsulinemia. Diabetes, hiperkoagulasi, dan dislipidemia ini diawali dengan keadaan resistensi insulin.

Hipertensi
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong).
Angka 120 menunjukkan tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi. Disebut dengan tekanan sistolik. Angka 80 menunjukkan tekanan ketika jantung sedang berelaksasi. Disebut dengan tekanan diastolik. Sikap yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah dalam keadaan duduk atau berbaring.
Pembuluh darah koroner yang menderita aterosklerotik, selain menjadi tidak elastis, juga mengalami penyempitan sehingga tahanan terhadap aliran darah dalam pembuluh koroner juga naik. Naiknya tekanan sistolik karena pembuluh darah tidak elastis serta naiknya tekanan diastolik akibat penyempitan pembuluh darah tersebut, dikenal dengan istilah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Nama lengkapnya adalah hipertensi esensial. Pembatasan jumlah cairan, ataupun pemberian cairan/air minum lebih daripada biasanya kepada penderita, juga ternyata tidak ada pengaruhnya terhadap tekanan darah. Menurut Sjafii Achmad, kebanyakan masyarakat tidak sadar kalau dirinya terkena hipertensi, lantaran penyakit itu ditandai oleh gejala-gejala khusus. Data WHO, dari 50 persen penderita hipertensi yang terdeteksi, hanya 25 persen mendapat pengobatan dan hanya 12,5 persen yang dapat diobati dengan baik. Beliau  menambahkan, Survei Hipertensi patut mendapat perhatian, karena di Amerika penyakit tersebut telah menjadi keprihatinan tersendiri. Mengingat, saat ini ada sekitar 20 persen penduduk Amerika atau lebih dari 50 juta orang yang terkena hipertensi. Setiap tahun ada sekitar 2 juta orang di Amerika terdeteksi kena hipertensi. Dari 50 juta populasi hipertensi, sayangnya yang melakukan kontrol rutin hanya sekitar 27 persen dan sekitar 13 persen tidak mengetahui kalau mereka menderita hipertensi.
Prevalensi hipertensi di Indonesia
Data Departemen Kesehatan menunjukkan, tingkat prevalensi hipertensi di Indonesia ditenggarai telah mencapai 17-21 persen dari total penduduk. Parahnya, kebanyakan dari pengidap tidak menyadari kalau mereka sudah menderita penyakit hipertensi, Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 dan data Pola Penyebab Kematian Umum di Indonesia disebutkan, penyakit jantung dan pembuluh darah dianggap sebagai pembunuh nomor satu di Tanah air. Umumnya, gangguan jantung dan pembuluh darah berawal dari hipertensi. Hipertensi bukan saja menimbulkan kelainan vaskuler yang menjadi pemicu terjadinya serangan stroke dan jantung, tetapi juga merusak ginjal yang berujung pada cuci darah akibat ginjalnya yang sudah tidak berfungsi. Hipertensi juga bisa merusak kerja mata dan menimbulkan kelainan atau gangguan kerja otak, sehingga intelegensia penderita dapat menurun drastis.
 Gejala-gejala Hipertensi
Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.
Terapi
Pola terapi yang dapat diterapkan untuk mengatasi diabetes mellitus komplikasi hipertensi ini ada beberapa tahap yaitu :
1.    Mengatur tekanan darah
2.    Mengubah gaya hidup
Dengan tahapan di atas, diharapkan pasien dapat memiliki kadar normal baik gula darah maupun tekanan darah.
1. Mengatur tekanan darah
Adapun nilai tekanan darah yang diharapkan adalah tidak lebih dari 130/80 mmHg.

2. Mengubah gaya hidup
Pengaturan Diet
Secara umum kebutuhan kalori baik pada penderita diabetes, peningkatan lemak darah dan hipertensi sama, yaitu ditentukan berdasarkan usia, jenis kelamin, aktivitas dan penyakit yang diderita, dengan komposisi zat gizi sebagai berikut:
  1. Karbohidrat : 60-70%
  2. Protein : 10-15%
  3. Lemak : 20-25%
  4. Kolesterol : <200-300 mg/hari
  5. Serat : 25 g/hari
Nutrisi Untuk Diabetes
Riset di bidang pengobatan diabetes sudah semakin maju dengan ditemukannya berbagai obat yang mutakhir, walaupun demikian diet masih merupakan pengobatan yang utama pada penatalaksanaan diabetes, disamping olahraga.
Tujuan penatalaksanaan diet pada diabetes adalah:
  1. Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal
  2. Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati normal
  3. Mencapai dan mempertahankan berat badan agar selalu dalam batas-batas yang memadai atau berat badan idaman ± 10%
  4. Mencegah komplikasi akut dan kronik
  5. Meningkatkan kualitas hidup Kebutuhan kalori untuk penderita diabetes dihitung sesuai dengan kebutuhannya yaitu berdasarkan umur, jenis kelamin, aktivitas dan penyakit lain yang diderita, dengan demikian tidak ada satu diet yang dapat digunakan untuk semua penderita.
Strategi terapi nutrisi pada penderita DM tipe 2 : Menjaga kadar gula darah dan lipid darah dalam kadar normal. Pada penderita diabetes dengan berat badan lebih atau obesitas, penurunan berat badan 5% - 10% , memperlihatkan perbaikan penyakit diabetes, walaupun berat badan yang diharapkan belum tercapai. Untuk menurunkan berat badan diberikan restriksi kalori 250-500 kal lebih rendah dari kebutuhan kalori total, selain itu perlu penurunan asupan lemak. Pembagian makanan menjadi 6 porsi makan, lebih baik daripada dibagi atas 2 -3 kali makan.
Bagi penderita Diabetes yang tidak mempunyai masalah dengan berat badan tentu lebih mudah untuk menghitung jumlah kalori sehari-hari. Caranya, berat badan dikalikan 30. Misalnya, orang dengan berat badan 50 kg, maka kebutuhan kalori dalam sehari adalah 1.500 (50 x 30). Kalau yang bersangkutan menjalankan olahraga, kebutuhan kalorinya saat hari berolahraga ditambah sekitar 300-an kalori. Jadwal makan pengidap diabetes dianjurkan lebih sering dengan porsi sedang. Maksudnya agar jumlah kalori merata sepanjang hari. Tujuan akhirnya agar beban kerja tubuh tidak terlampau berat dan produksi kelenjar ludah perut tidak terlalu mendadak.
Di samping jadwal makan utama pagi, siang, dan malam, dianjurkan juga porsi makanan ringan di sela-sela waktu tersebut (selang waktu sekitar tiga jam). Yang perlu dibatasi adalah makanan berkalori tinggi seperti nasi, daging berlemak, jeroan, kuning telur. Juga makanan berlemak tinggi seperti es krim, ham, sosis, cake, coklat, dendeng, makanan gorengan. Sayuran berwarna hijau gelap dan jingga seperti wortel, buncis, bayam, caisim bisa dikonsumsi dalam jumlah lebih banyak, begitu pula dengan buah-buahan segar. Namun, perlu diperhatikan bila penderita menderita gangguan ginjal, konsumsi sayur-sayuran hijau dan makanan berprotein tinggi harus dibatasi agar tidak terlalu membebani kerjanya.

Penentuan Jumlah Kalori Diet Diabetes
Untuk memudahkan teknik pelaksanaannya, semua macam diet diabetes di RSU Dr.Soetomo Surabaya telah terbagi-bagi sesuai dengan jumlah kalorinya.
Contoh:
 Diabetes Mellitus I (1100 kalori)
 Diabetes Mellitus II (1300 kalori)
 Diabetes Mellitus III (1500 kalori)
 Diabetes Mellitus IV (1700 kalori)
 Diabetes Mellitus V (1900 kalori)
 Diabetes Mellitus VI (2100 kalori)
 Diabetes Mellitus VII (2300 kalori)
 Diabetes Mellitus VIII (2500 kalori)
 Diabetes Mellitus IX (2700 kalori)
 Diabetes Mellitus X (2900 kalori)
 Diabetes Mellitus XI (3100 kalori)
 Diabetes Mellitus XII (3300 kalori)

Diet kalori terbatas
Penderita bisa mengikuti contoh susunan menu diet B untuk 2.100 kalori (Simbardjo dan Indrawati, B.Sc. dari bagian ilmu gizi RSUD Dr. Sutomo Surabaya) seperti tertera di Tabel 1. Diet B tinggi serat itu termasuk diet diabetes umum, yang tidak menderita komplikasi, tidak sedang berpuasa atau pun sedang hamil.
Sedangkan buku panduan “Perencanaan Makan Penderita Diabetes dengan Sistem Unit” terbitan Klinik Gizi dan Klinik Edukasi Diabetes RS Tebet, menuliskan tentang prinsip dasar diet diabetes, dengan pemberian kalori sesuai kebutuhan dasar. Untuk wanita, kebutuhan dasar adalah (Berat Badan Ideal x 25 kalori)ditambah 20% untuk aktivitas. Sedangkan untuk pria, (Berat Badan Ideal x 30 kalori) ditambah 20% untuk aktivitas. Untuk menentukan berat badan ideal (BBI) bisa diambil patokan: BBI = Tinggi Badan (cm) - 100 cm - 10%.
Contoh, seorang pria bertinggi badan 164 cm, berat badan 70 kg, maka BBI = 64 kg - 10% = 58 kg. Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kalori = 1.740 kalori. Ditambah kalori aktivitas 20% = 2.088 kalori. Jadi, pria ini memerlukan diet sekitar 2.000 kalori sehari.
Namun, rumusan ini tidak mutlak. Bila pasien sedang sakit, aktivitas berubah, atau berat badan jauh dari ideal, maka kebutuhan kalori akan berubah. Bila berat badan berlebih, jumlah kalori dikurangi dari kebutuhan dasar. Sebaliknya, bila pasien mempunyai berat badan kurang, jumlah kalori dilebihkan dari kebutuhan dasar. Begitu berat badan mencapai normal, jumlah kalori disesuaikan kembali dengan kebutuhan dasar.
Kegagalan berdiet bisa disebabkan karena pasien kurang berdisiplin dalam memilih makanannya atau tidak mampu mengurangi jumlah kalori makanannya. Bisa juga penderita tidak mempedulikan saran dokter.
Untuk memudahkan penerapan, dibuat sistem unit 80 kalori. Tabel 2 menyajikan makanan yang mengandung 80 kalori per unitnya. Misalnya, seorang pasien yang memerlukan 1.600 kalori per harinya, akan mendapat makanan 20 unit sehari senilai 80 kalori setiap unitnya. Jumlah 20 unit terbagi atas sarapan empat unit, makanan kecil (pk. 10.00) dua unit, makan siang enam unit, makanan kecil (pk. 16.00) dua unit, dan makan malam enam unit.
Di sini diberikan pula contoh menu yang dapat diikuti (20 unit atau 1.600 kalori):
Dengan melakukan diet yang teratur dan disiplin pasti kadar gula dapat dikendalikan.

Karbohidrat
Sebaiknya penderita diabetes mengkonsumsi cukup karbohidrat. Asupan karbohidrat berkisar 60- 70% dari total kalori. Asupan karbohidrat ini sebaiknya berasal dari karbohidrat kompleks seperti: nasi, roti gandum, buah-buahan, sayuran. Sebaiknya menghindari karbohidrat simpleks seperti gula pasir, kue, sirup dll, karena karbohidrat simpleks lebih cepat dicerna dan diserap, sehingga lebih cepat menaikkan gula darah.

Protein
Asupan protein yang disarankan adalah 10-15% dari total kalori, bila terdapat kelainan pada ginjal (nefropati), asupan protein yang disarankan tergantung dari fungsi ginjalnya.

Alkohol
Efek alkohol pada kadar gula darah, tidak hanya tergantung pada alkohol yang dikonsumsi, tapi juga berhubungan dengan asupan makanan. Pada keadaan puasa alkohol dapat menyebabkan hipoglikemia pada penderita diabetes yang menggunakan insulin, tapi tidak mengkonsumsi makanan. Alkohol tidak dapat dikonversikan menjadi glukosa, walaupun alkohol dapat digunakan sebagai sumber kalori. Penderita dengan hipertrigliseridemia, sebaiknya menghindari mengkonsumsi alkohol.

Natrium
Diabetes berhubungan dengan hipertensi, oleh karena itu disarankan untuk mengkonsumsi sekitar 2400-3000 mg natrium per hari, pada penderita diabetes yang juga menderita hipertensi asupan natrium disarankan kurang atau sama dengan 2400 mg/hari. Pada penderita yang menderita hipertensi dan nefropati asupan natrium disarankan kurang atau sama dengan 2000 mg/hari.
Vitamin dan Mineral
Penderita diabetes umumnya tidak memerlukan suplementasi vitamin dan mineral, bila mereka mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhannya dan bervariasi. Vitamin yang perlu diperhatikan antara lain : antioksidan, terdiri dari vitamin A, Beta karoten, vitamin E, vitamin C. Vitamin ini terdapat dalam sayuran dan buah-buahan yang dikonsumsi sehari-hari, jadi bila sayuran yang dikonsumsi cukup dan bervariasi, maka tidak perlu mengkonsumsi suplementasi.

Serat
Yang perlu diperbanyak justru konsumsi serat dalam makanan, khususnya serat yang larut air seperti pektin (dalam apel), jenis kacang-kacangan, dan biji-bijian (bukan digoreng). Bila penderita juga mengalami masalah dengan ginjal, yang perlu diperhatikan adalah jumlah konsumsi protein. Umumnya, digunakan rumus 0,8 g protein per kilogram berat badan. Bila kadar kolesterol/trigliserida tinggi, disarankan melakukan diet rendah lemak. Bila tekanan darahnya tinggi, dianjurkan mengurangi konsumsi garam.
Tabel di bawah ini yang menunjukkan contoh lima kelompok makanan: makanan pokok, lauk pauk, sayuran, makanan ringan/siap santap, buah-buahan, dan minuman.
Makanan dalam kelompok A bisa dibilang berkomposisi paling baik, karena mengandung serat dan atau rendah hidrat arang olahan serta rendah lemak. Sementara golongan C kurang baik karena kandungan gulanya tinggi, rendah atau tanpa serat, dan terlalu banyak lemak. Jadi, dianjurkan untuk memilih A atau B, bukan C. Nasi lebih baik daripada bubur, karena kandungan serat lebih baik sehingga lebih lama bertahan di usus. Pemanis gula bisa diganti dengan pemanis buatan. Sementara itu tingginya serat dalam sayuran jenis A (bayam, buncis, kacang panjang, jagung muda, labu siam, wortel, pare, nangka muda) ditambah sayuran jenis B (kembang kol, jamur segar, seledri, taoge, ketimun, gambas, cabai hijau, labu air, terung, tomat, sawi) akan menekan kenaikan kadar glukosa dan kolesterol darah. Bawang merah dan putih (berkhasiat 10 kali bawang merah) serta buncis baik sekali jika ditambahkan dalam diet diabetes karena secara bersama-sama dapat menurunkan kadar lemak darah dan glukosa darah. Asupan serat yang disarankan adalah 25 g/hari. Serat terdapat antara lain pada sereal, havermut, buah-buahan, sayuran dan kacang-kacangan. Serat larut yang terdapat pada havermut, kacang-kacangan, buah dan beberapa sayuran dapat membantu menghambat penyerapan glukosa di usus, selain itu serat larut dapat membantu menurunkan kolesterol total dan LDL.
Sweeteners (GulaPengganti)
Prinsip makan selanjutnya adalah menghindari konsumsi gula dan makanan yang mengandung gula. Bila menginginkan rasa manis sebaiknya menggunakan gula pengganti seperti: aspartam, sakarin, acesulfame K, sucralose. Juga menghindari konsumsi hidrat arang olahan yakni hidrat arang hasil dari pabrik berupa tepung dengan segala produknya. Ditambah lagi mengurangi konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari (lemak binatang, santan, margarin, dll.), sebab tubuh penderita mengalami kelebihan lemak darah.

Olahraga
Bagi penderita Diabetes Mellitus (DM) komplikasi hipertensi seringkali mendapatkan pesan atau nasihat dari dokter yang merawatnya agar melakukan kegiatan fisik. Seringkali pada pasien DM terutama DM tipe 2, faktor resiko yang menyebabkan ia jatuh ke dalam kondisi DM adalah kegemukan atau obesitas. Obesitas disini mempunyai peran dalam menyebabkan resistensi atau gagalnya tubuh mempergunakan hormon insulin untuk menurunkan kadar gula di dalam darah.
Kegiatan fisik ternyata mempunyai manfaat yang besar bagi pasien penderita DM tipe II yang masih terkontrol gula darahnya dan tidak mempunyai komplikasi. Ternyata dengan melakukan kegiatan fisik seperti olahraga, selain mampu menurunkan berat badan untuk mencapai berat badan yang ideal, ternyata dengan olahraga mampu menurunkan kadar gula darah.
Tubuh manusia mempunyai beberapa sistem transportasi yang mengantarkan gula yang terdapat di dalam darah untuk masuk ke dalam sel, dimana gula ini di dalam sel akan dibakar untuk menjadi energi supaya manusia bisa tetap hidup dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Sistem transport gula tersebut disebut juga sebagai GLUT (Glucose Transporter).
Di dalam otot manusia terdapat GLUT tipe 4, dimana pada saat manusia ini aktif melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang banyak mempergunakan otot, maka GLUT ini akan aktif menangkap gula yang beredar di dalam darah dan akan dimasukkan ke dalam otot dan dibakar untuk dirubah menjadi energi. Uniknya GLUT tipe 4 ini tidak memerlukan insulin dimana pada penderita DM tipe II biasanya ditemukan insulin yang sedikit sekali sehingga kurang cukup aktivitasnya untuk menurunkan kadar gula di dalam darah, sehingga cocok sekali dengan mengaktifkan sistem GLUT ini bagi penderita DM untuk menurunkan kadar gula di dalam darah dengan aktivitas fisik. Namun aktivitas fisik dibatasi hanya pada penderita DM tipe II dimana gula darahnya terkontrol baik oleh obat-obatan dan tidak mempunyai komplikasi yang berat, sehingga tidak ada halangan dalam menjalankan aktivitas fisik seperti olahraga. Selain itu juga penderita DM tipe II yang terutama yang gemuk, perlu berkonsultasi dahulu dengan dokter yang merawatnya untuk pengaturan olahraga yang baik baginya agar olahraga tetap bisa dijalankan dengan baik.
Diet untuk Hipertensi
Pasien dengan hipertensi cenderung kelebihan berat badan, terdapat hubungan antara kelebihan berat badan dengan hipertensi. Risiko hipertensi meningkat 2-6 kali pada orang yang obesitas dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Penurunan berat badan pada pasien dengan obesitas disertai dengan hipertensi umumnya memperbaiki/menurunkan tekanan darahnya. Selain itu penurunan berat badan dapat menurunkan risiko penyakit kardioserebrovaskular, termasuk kelainan lemak darah dan intoleransi glukosa.  Hubungan antara penurunan berat badan dengan penurunan tekanan darah, belum diketahui mekanismenya dengan pasti.

Pembatasan Natrium
Diet rendah garam umumnya dianjurkan bagi penderita tekanan darah tinggi. Akan tetapi banyak ahli kedokteran yang masih meragukan efek diet rendah garam itu terhadap penurunan tekanan darah. Lebih-lebih jika kandungan natrium dalam diet penderita di atas 250 gram sehari. Jadi agar diet rendah garam itu membawa pengaruh berupa penurunan tekanan darah, maka kandungan natrium dalam diet harus berkisar antara 200 – 250 mg sehari. Jika digunakan diet Kempner dengan kadar natrium sekitar 200 mg, diet itu harus diberikan untuk jangka waktu yang lama. Karena itu, penderita hipertensi, sungguhpun ia sudah menjalani diet pantang garam, masih juga memerlukan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah. Natrium ditemukan di hampir semua makanan dan umum ditambahkan pada makanan. Kebutuhan natrium untuk dewasa dan anak-anak kurang dari 200 mg per hari, akan tetapi kebanyakan orang mengkonsumsi 6 - 12 g garam per hari (2,5 - 5 g natrium). Konsumsi tinggi natrium cenderung meningkatkan tekanan darah. Pembatasan asupan natrium pada pasien dengan hipertensi, memperlihatkan penurunan tekanan darah. Belum diketahui keuntungan mengkonsumsi natrium lebih dari yang dibutuhkan, oleh karena itu disarankan untuk mengkonsumsi garam kurang dari 6 g (2,4 g natrium) per hari.

Alkohol
Penelitian memperlihatkan peningkatan prevalensi hipertensi dengan meningkatnya konsumsi alkohol. Asupan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan resistensi terhadap obat-obat darah tinggi, dan penurunan asupan alkohol dapat melindungi terhadap hipertensi. Kebiasaan mengkonsumsi alkohol sebaiknya dibatasi tidak lebih dari 2 sloki per hari.

Kalium
Penelitian mendapatkan hubungan terbalik antara asupan kalium dengan tekanan darah. Asupan kalium pada orang dewasa berkisar antara 2 - 6 g perhari dan umumnya berasal dari buah, sayuran, daging, dan susu.

Lemak
Penurunan asupan lemak terutama asam lemak jenuh dapat menurunkan berat badan dan profil lemak darah. Asupan lemak sebaiknya diganti dengan karbohidrat kompleks terutama buah dan sayuran.

Kafein
Walaupun kafein dapat menaikkan tekanan darah, kebiasaan mengkonsumsi kafein tidak berhubungan dengan nilai tekanan darah atau risiko hipertensi.
Makanan yang dianjurkan bagi penderita hipertensi adalah :
  • Sayuran dan buah-buahan. Kandungan serat dan vitamin Cnya dapat membentu menurunkan tekanan darah tinggi.
  • Serealia juga berfungsi untuk membantu menyerap lemak dan kandungan seratnya membantu dalam poses pencernaan makanan.
  • Jenis ikan yang banyak mengandung lemak seperti salmon, makerel, dan sarden.
 Makanan Yang harus dikurangi
  • Makanan kaleng atau makanan yang sudah diproses dengan kandungan garam yang tinggi.
  • Jenis ikan yang banyak mengandung lemak seperti salmon, makerel dan sarden
  • Makanan berlemak.
  • Minuman beralkohol
Makanan Yang harus dihindari
  • Makanan bergaram tinggi.
  • Konsumsi alkohol berlebih dan merokok.
Rumus perhitungan :
1.      BBI ( BeratBadan Ideal )
BBI = TinggiBadan (cm) - 100 cm - 10%.
BBI digunakanuntukmenghitungjumlahkalori yang dibutuhkan
Untukwanita, kebutuhandasaradalah (BeratBadan Ideal x 25 kalori)ditambah 20% untukaktivitas. Sedangkanuntukpria, (BeratBadan Ideal x 30 kalori) ditambah 20% untukaktivitas
Contoh :seorang pria bertinggi badan 164 cm, berat badan 70 kg, maka BBI = 64 kg - 10% = 58 kg. Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kalori = 1.740 kalori. Ditambah kalori aktivitas 20% = 2.088 kalori. Jadi, pria ini memerlukan diet sekitar 2.000 kalori sehari.
2.      BMR
Merupakan jumlah energi yang dikeluarkan untuk aktivitas vital tubuh sepertidenyut jantung, bernafas, transmisi elektrik pada otot dan lain-lain.



3.      IMT/BMI
                                

4.      BMR (Basal Metabolisme Rate)
BMR Pria        = 66 + (13.7 x berat badan dalam kg) + (5 x tinggi dalam cm) – (6.76 x umur)
BMR Wanita   = 655 + (9.6 x berat badan dalam kg) + (1.8 x tinggi dalam cm) – (4.7 x umur)

Kesimpulan
1.        Penyakit DM tidak dapat disembuhkan, tetapi dengan kemauan keras penyakit ini dapat dikendalikan dan dengan berbekal pengetahuan yang cukup dan keinginan yang kuat makan DM bukan penyakit yang menakutkan.
2.        Hipertensi pada penderita DM tipe 2 menimbulkan percepatan komplikasi pada jantung dan ginjal.
3.    Dalam pengelolaan hipertensi pada DM maka tekanan darah diharapkan mencapai nilai sesuai dengan target yang telah direkomendasikan.


Tidak ada komentar:

Google Ads